Alhamdulillah, akhirnya hari ini saya bisa sekolah juga. Ini hari pertama sekolah di kota kami. Beda dengan di Jakarta atau kota-kota lain dari berita saya ketahui liburnya di tambah. Alasannya untuk memberikan dispensasi kepada pemudik yang terjebak macet. Kota kami memang belum mengenal macet. Kalau pun macet, itu hanya terjadi di pasar-pasar tertentu dan dihari-hari tertentu saja. Macetnya pun tidak berjam-jam seperti di Jakarta. Paling banter 10 sampai 15 menit. Bukan karena jalannya yang luas, tetapi memang karena volume kenderaannya yang relatif sedikit. Namanya juga kota kecil.
Sebenarnya awalnya saya tidak yakin bisa ke sekolah, maklum empat hari kemarin kaki saya benar-benar sakit. Mungkin asam urat saya lagi naik. Waktu lebaran sulit sekali menghindar dari makanan pantangan. Rendang daging, opor ayam ditambah dengan burasa atau soko tumbu sudah menjadi hidangan wajib yang tidak perna ketinggalan di hari lebaran.Â
Burasa dan soko tumbu adalah makanan khas hari lebaran di sulawesi. Jika bukan hari lebaran, biasanya kita juga jarang menemukannya. Kedua makanan ini umumnya mengandung santan yang menjadi salah satu pemicu penderita asam urat seperti saya. Apalagi jika ditambah lauk dari rendang atau sate. Jadi deh asam uratnya ...he...he
Pagi-pagi saya sudah siap dengan seragam dinas keki. Sarapan nasi goreng buatan istri juga tidak bisa menunggu lama. Saya ingin cepat-cepat ke sekolah. Selain ingin hadir lebih cepat di hari pertama juga maunya bisa segera bersalam-salaman dengan semua rekan guru dan staf di SMK negeri 1 Tolitoli.
Selama masa libur lebaran kami memang belum dapat saling berkunjung. Ada yang mudik, ada pula yang sibuk dengan kerabat dan keluarga dekatnya masing-masing. Kami sendiri, sejak hari pertama sampai hari ketiga lebaran lebih memprioritaskan bersilaturahmi ke keluarga di Kampung. Kebetulan di sana terdapat makam orang tua, jadi bisa sekaligus ziarah ke makam bapak yang ada di kampung.
Di hari ketiga lebaran sebenarnya kami sekeluarga sudah sampai di rumah. Jarak antara kampung dengan kota tempat kami tinggal memang relatif dekat. Dari desa Lakuan ke kota Tolitoli hanya butuh waktu perjalanan kurang dari 3 jam. Oleh sebab itu, ketika sampai di rumah saya sudah merencanalan untuk langsung bersilaturahmi ke tetangga dan ke rekan-rekan kerja. Tapi sayang seribu sayang, tiba-tiba kaki saya sakit. Ditunggu sampai hari berikutnya malah semakin sakit. Alhasil acara silaturahmi yang sudah direncanakan batal.
Syukur dihari pertama sekolah, kaki sudah sedikit bisa berkompromi. Pagi-pagi saya sudah mengatur rencana bersama istri. Kami berbagi kenderaan. Maklum istri juga harus masuk sekolah dan bersilaturahmi dengan teman-temannya.
Istri menggunakan motor beat dan saya kebagian motor lain yang kebetulan dititipkan oleh keluarga yang mudik ke Ambon. Motornya kempes sejak semalam. Belum lagi bensinnya sudah sekarat. Tapi itu bukan masalah, kebetulan bengkel motor juga hanya beberapa meter dari rumah.
Saya berangkat duluan dari istri menuju bengkel. Di bengkel saya harus menunggu karena pemilik bengkel sedang keluar. Selang beberapa saat pemilik bengkel datang juga. Alhamdulillah ban motor langsung ditambal.
Tidak menunggu lama setekah ban motor siap saya langsung meluncur. Tetapi tidak langsung ke sekolah. Saya berbelok dulu ke pompa bensin karena bensin motor juga hampir habis. Pagi itu pompa bensin masih cukup sepi. Hanya beberapa motor dan dua mobil yang sedang antri.