Perkembangan teknologi menjadi hal yang kini sudah dikuasai sepenuhnya oleh kaum Milenial. Peran pendidikan dalam menyikapi perkembangan tersebut sangat penting dalam membekali generasi Milenial untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal untuk menghadapi tantangan global. Peran pendidikan adalah sebagai fasilitator yang dapat menyiapkan generasi yang kompeten dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi ini akan mendorong peningkatan kegiatan pembelajaran berbasis teknologi di lingkungan pendidikan. Pasalnya, dunia pendidikan akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas Pendidikan. Di Indonesia, perkembangan digital saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sektor pendidikan. Sebab, perkembangan tersebut menimbulkan persaingan, sehingga memerlukan peningkatan mutu pendidikan, serta pengembangan lebih lanjut untuk sumber daya manusia.
Artificial Intelligence (AI) telah menjadi salah satu topik terpenting dalam dunia teknologi saat ini. AI telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, Â tidak hanya mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi, namun juga berdampak pada dunia pendidikan, khususnya di kalangan generasi muda di era Society 5.0.
Society 5.0 merupakan era dimana teknologi memudahkan kehidupan sehari-hari masyarakat. Hadirnya Asisten Google, Chat GPT, karakter AI, dan lukisan yang dihasilkan AI adalah  contoh awal mula Society 5.0. Teknologi buatan manusia ini tentunya sangat membantu  untuk memudahkan pekerjaan mereka. Namun kemudahan tersebut justru membuat generasi muda lebih mengandalkan otak mesin komputasi dibandingkan otaknya sendiri.
Salah satu AI yang popular di dunia Pendidikan adalah Chat GPT (Generative Pre-training Transformer). ChatGPT menjadi fenomena baru yang membuat heboh masyarakat. Perkembangan teknologi AI juga menimbulkan perdebatan baru di dunia pendidikan tinggi. Dengan hadirnya website ChatGPT berbasis kecerdasan buatan, pengguna akan bisa mengakses berbagai informasi dalam bentuk gelembung ucapan.
Chat GPT ini langsung menghebohkan dunia teknologi dan internet. Hal ini dikarenakan GPT Chat dapat menjawab pertanyaan pengguna dengan langkah yang sama seperti manusia, namun dalam format teks otomatis. Dengan kata lain, Chat GPT dapat memberikan jawaban ketika pengguna mengirimkan pertanyaan atau perintah dan menyusun sesuatu dalam bentuk teks.
Menurut survei Common Sense Media tahun 2023, lebih dari setengah (58%) siswa berusia 12 hingga 18 tahun telah menggunakan Chat GPT untuk menulis esai tentang drama Shakespeare, atau membuat draf memo hukum yang tampak sangat mirip dengan apa yang dapat dihasilkan manusia.
Perkembangan digital saat ini juga membawa tantangan baru bagi dunia pendidikan dan proses pembangunan tersebut tidak bisa dihindari. Tantangan ini tidak hanya berdampak pada proses pembelajaran di kelas, namun juga memberikan tantangan bagi guru dan siswa. Guru perlu menguasai teknologi untuk menerapkan pembelajaran digital di kelas, dan siswa juga perlu menguasai teknologi digital. Dari fenomena tersebut, Penulis menganalisis tantangan Chat GPT dalam dunia Pendidikan sebagai berikut.
1. Chat GPT membuat ketidakmampuan berpikir kritis, sebab Chat GPT menghasilkan teks berdasarkan data yang tersedia di Internet, termasuk informasi yang belum diverifikasi atau tidak akurat. Siswa tidak mampu menganalisis secara kritis informasi yang diterimanya. Karena mempercayai Chat GPT sebagai satu-satunya sumber jawaban tanpa meragukan validitas atau keandalan informasi.
2. Chat GPT mengkhawatirkan siswa dapat menggunakannya untuk mengerjakan tugas sekolah, mulai dari menulis makalah hingga menyelesaikan persamaan. Mereka juga bisa bekerja dengan informasi yang tidak akurat.