Baru saja kembali dari Yogyakarta. Tujuh tahun lalu, mengenal kota ini. Sebagai orang yang dating dari kampong, dari daerah, ada rasa kagum melihat kota ini. Kagum karena kemegahannya dibandingkan dengan suasana di kampong/daerah saya.
Kini, kota ini tampil beda. Dalam tempo 7 tahun, ada perubahan. Masih ada bayangan tentang situasi kota ini ketika masih dalam perjalanan menuju ke sana beberapa hari lalu. Namun, tiba di sana, situasinya mulai berbeda.
Dari dalam bis tampak ada perubahan sana-sini. Suasana jalan juga berbeda. Ini perubahan. Perubahan yang idealnya membawa kemajuan kepada warganya. Yogya memang tampil beda.
Entah mungkin karena sudah terbiasa dengan Jakarta, begitu berjalan kaki di beberapa kawasan Yogya, jalanan tampak semakin sempit. Padahal tidak ada jualan di pinggir jalan. Meski jalan tampak sempit pengguna jalan tetap tertib. Yogya memang tampil beda.
Dulu sering lewat di sekitar kampus unversitas negeri terkenal di sana. Kemarin sempat melewati kawasan yang sama. Di sana juga ada perubahan. Kawasannya semakin rapi, bersih, dan asri.
Ada juga perubahan yang membawa pada kemunduran. Gedung perpustakaannya mengalami perubahan. Tampak tidak terawat. Warna cat di tembok dindingnya semakin pudar. Bintik-bintik hitam mulai kelihatan. Yah....ini salah satu perubahan yang kalau dibenahi akan menambah perubahan yang mengarah pada kebaikan penghuninya dan pengagumnya.
Boleh jadi penghuninya diam-diam menikmati suasana nyaman di dalam gedung. Namun, pengagum yang hanya mampu melihat dari seberang jalan akan menghindar dari pemandangan itu.
Yogya memang tampil beda.
CPR, 29/6/2012
Gordi Afri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H