Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata Perokok Itu Bisa Sombong

1 Mei 2012   02:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru-baru ini kita heran dan sedih mendengar seorang bocah 8 tahun meronta-ronta meminta rokok kepada bapak dan ibunya. Diberitakan bahwa dia bisa menghabiskan 2 bungkus rokok sehari. Kalau dihitung-hitung, seminggu dia bisa menghabiskan 14 bungkus rokok. Saya yakin orangtuanya tidak sanggup memenuhi permintaan anak ini.

Hari Sabtu, 27/4/2012, saya dan beberapa teman singgah di salah satu tempat pengisian bahan bakar berminyak (pombensin) di daerah Sukabumi. Sementara teman saya mengisi solar, saya mampir di toilet. Toiletnya bersih dan wangi. Di depan pintu, ada kotak derma, bertuliskan Rp. 1000, 00. Saya tahu ini artinya bahwa kita membayar sejumlah itu jika menggunakan toilet itu. Uniknya, di situ tidak ada penjaga. Pengguna diberi kebebasan untuk bertindak jujur. Bisa saja tidak membayar sesuai harga yang tertera, toh tidak ada yang lihat. Tetapi, model (tanpa penjaga) seperti ini justru mendidik orang untuk bertindak lebih dewasa.

Alangkah terkejutnya saya, ketika melihat sepuntung rokok tergeletak di saluran pembuangan air. Batang rokok itu masih panjang. Kira-kira ¼ bagiannya sudah diisap. Betapa cerobohnya orang ini. Boleh jadi dia tidak sadar membuang puntung itu. Tetapi, kebersihan toilet terganggu, kenyamanan pengguna toilet juga demikian. Ulah perokok ini merugikan banyak orang. Kalau saja dia sadar dan tahu dampaknya, dia akan membuang puntung rokok itu di tempat sampah.

Saya pikir-pikir, ternyata menjadi perokok itu bisa sombong juga. Dia bisa saja membuang puntung di mana dia mau. Kalau diperhatikan, di tempat-tempat umum, banyak puntung rokok dibuang begitu saja. Di terminal, stasiun, pasar, dan sebagainya. Benar kata-kata dalam lagu lama, bagaikan rokok, kau isap lalu kau buang. Memang untuk membuang puntung itu mudah sekali. Banyak perokok aktif mempunyai kecenderungan untuk membuang puntung rokoknya di sembarang tempat.

Merokok memang justru banyak ruginya. Bukan hanya perokok pasif-yang setiap saat mengisap asap yang keluar dari mulut dan hidung perokok aktif-mengalami kerugian. Pengguna toilet-seperti kasus yang saya temui di atas-juga mengalami kerugian. Tak beda jauh dengan itu, merokok juga mengisap kekayaan. Tak terhitung uang yang dibuang begitu saja demi asap yang diisap lalu dibuang itu. Bahkan ada juga yang menggunakan argumen demi gengsi untuk membeli asap itu. Tak macho, tak gengsi, kalau tidak merokok. Apa memang demikian? Bagaimana dengan binaragawan dan olahragawan yang macho tetapi dilarang merokok??

Hati-hati, merokok bisa memupuk sifat sombong.

CPR, 28/4/2012

Gordi Afri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun