Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rencana Kenaikan BBM: Kebijakan Pro-Rakyat atau Pencarian Popularitas?

13 Maret 2012   05:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:08 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rencana pemerintah menaikkan harga BBM pada awal tahun 2012 menuai protes masyarakat. Di kompasiana ini ada banyak tulisan yang membahas isu-isu seputar kenaikan BBM.

Beberapa berita hari ini di kompas.com juga menayangkan isu-isu seputar BBM. Mahasiswa di Solo dengan tegas menolak kenaikan BBM ini. Aksi dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Solo ini menarik karena sekaligus mempromosikan penghematan BBM. Mereka mendorong sepeda motor sejauh satu kilometer menuju gedung DPRD Kota Solo. Aksi ini boleh dibilang langka. Biasanya orang berunjuk rasa dengan pawai kendaraan yang tentu juga memboroskan BBM.

Aksi mahasiswa ini pun bisa ditafsirkan macam-macam. Sebab, sehari-harinya mereka juga menggunakan sepeda motor, meskipun sebagian mungkin menggunakan sepeda. Apakah ini (mendorong sepeda motor) hanya aksi sesaat untuk menarik simpati rakyat? Tetapi kiranya aksi ini punya tujuan jelas, mengajak masyarakat melakukan protes atas rencana kenaikan BBM yang diajukan pemerintah. Tampaknya tidak masuk akal jika aksi mendorong sepeda motor ini ditujukan untuk mengajak masyarakat melakukan hal serupa. Sebab, motor mesti berjalan dengan bahan bakar. Beda dengan sepeda yang tanpa bahan bakar.

Di Semarang ceritanya lain lagi.Sekitar 100 elemen dan komponen masyarakat di kota ini mengadakan pertemuan di Markas Polrestabes Semarang. Dari pertemuan ini dihasilkan beberapa himbauan yakni mengajak masyarakat untuk tetap hidup damai, tanpa ricuh menanggapi rencana kenaikan BBM ini. Mereka melihat penjual dan pembeli (BBM) sebagai saudara sehingga tidak perlu ribut. Mereka juga mengajak siapa saja yang melakukan aksi untuk beraksi secara damai, menjaga suasana kondusif di ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini.

Banjarmasin sudah lebih jauh lagi. Di sana sudah terasa antrian besar-besaran. SPBU yang biasanya tidak menjadi tempoat antrian kini malah mulai antri. Harga BBM (khususnya bensin) pun sudah dipatok oleh pengecer. Harga bensin Rp 6.000 per botol dengan ukuran sekitar 1 liter, biasanya harga di pengecer hanya Rp 5.500 per botol. Demikian diwartakan kompas.com hari ini.

Tiga situasi ini menandai keresahan masyarakat terhadap rencana pemerintah ini. Bagi saya yang orang awam terhadap masalah BBM, rencana ini tampaknya memiliki agenda tersembunyi. Kondisi global memang emmpengaruhi harga BBM kita. Namun, bukankah Indonesia termasuk negara yang kaya BBM? Ke manakah orang elit negeri ini yang bisa mengelola kekayaan alam ini dengan bijaksana?

Rencana pemerintah ini juga cenderung dinilai aneh. Pemerintah berencana menaikan BBM lalu memberi subsidi BLT. Mengapa dana BLT ini tidak digunakan untuk menstabilkan harga BBM? Apakah pemerintah mau populer di mata masyarakat dengan kebijakan BLT ini? Padahal semua orang juga tahu pemberian benatuan semacam ini tidak mendewasakan (mandiri) rakyat. Beberapa hari yang lalu, seorang tokoh publik menilai kebijakan BLT seperti ini bagai perumpamaan memberi ikan kepada pemancing dan bukan memberi kail. Jadi, pemerintah kita mau memanjakan rakyatnya?? Kalau begitu kapan rakyat mandiri dan Indonesia bangkit dari kemiskinan ini??***

Sumber acuan: Elemen.Masyarakat.Bahas.Dampak.Kenaikan.Harga.BBM

KAMMI.Solo.Tolak.Rencana.Kenaikan.Harga.BBM

Antrean.Kendaraan.di.Banjarmasin.Makin.Terasa

CPR, 13/2/2012

Gordi Afri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun