Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bocah Manis dan Koran Merapi

9 Agustus 2012   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:02 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa teman sering mengatakan...mau kerja apa saja boleh asal halal. Maksudnya mau dipekerjakan sebagai apa saja asal menghasilkan uang untuk bisa beli makan sehari-hari. Beginilah prinsip hidup orang tanpa pekerjaan tetap. Dalam hal ini tidak dituntut lagi Anda tamatan apa, ijazah terakhir Anda apa, pengalaman bekerja Anda berapa lama, umur Anda berapa, dan sebagainya.

Prinsip seperti ini juga mudah ditemukan di mana-mana. Beginilah realitas di masyarakat kita. Tadi sore saya kaget ketika bocah kecil, usianya kira-kira 6-7 tahun, berlari-lari di samping sepeda motor saya. Teman saya langsung menyapanya...hai dek...Anak kecil itu mendekat dan menawarkan koran Merapi, koran dari kelompok Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta. Teman saya membeli koran tawaran bocah itu meski sudah sore hari. Kasihan dengan bocah ini. Bukan korannya yang dipentingkan tetapi mungkin dengan uang hasil jualan koran itu, dia bisa membeli nasi bungkus atau keperluan lainnya.

Kadang-kadang lebih dari rasa kasihan, muncul pertanyaan, benarkah bocah kecil ini harus mengalami keadaan seperti ini? Di manakah orang tuanya? Mengapa ia yang masih kecil dijadikan 'tenaga' pencari uang? Ada yang menyindir kehadiran mereka di lampu merah atau perempatan jalan. Jangan-jangan mereka ini disuruh atau dijadikan demikian oleh oknum tertentu yang memanfaatkan tenaga mereka untuk meraup untung. Pagi sampai sore meminta-minta dan mengemis dan malam hari dikumpulkan kepada satu orang saja.

Semoga bocah kecil ini tidak menjadi tenga yang dimanfaatkan untuk emncari uang oleh oknum tertentu. Dia manusia, generasi masa depan bangsa, dia berhak untuk menikmati masa kecilnya, yang bukan dengan menjadi penjual koran di perempatan jalan. Bocah ini gembira setelah menerima uang 2 ribuan dari teman saya. Kami menggodanya dengan bertanya, berapa harga korannya. Dia menjawab dengan senyum...5 ribuan om... Kami tahu dia membutuhkan uang. KAmi menawarkan 2 ribu dan dia mau. Dia menerima uang itu lalu berlari lagi menuju sepeda motor lainnya di depan kami. Dia juga menawarkan korannya.

Bocah ini memang menghasilkan uang dari jualannya dan pekerjaannya itu halal. Tetapi sayang sekali dia masih kecil. Dia belum boleh bekerja berjemur di bawah terika mentari apalagi berhari-hari. Kalau di negara maju anak kecil seperti ini sedang asyik-asyiknya bermain dengan teman-temannya. Kasihan bocah ini tidak bisa menikmati semua itu. Masa kecil kurang bahagia. Mau bilang apalagi, orang lainlah yang menjadikan dia seperti ini. Semoga semakin banyak orang yang peduli akan anak kecil yang tidak bisa diperlakukan begitu saja. Mereka juga mesti mendapatkan masa kecil yang bahagia.

Selamat malam

PA, 9/8/2012

Gordi Afri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun