Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Dosen Mengucapkan Terima Kasih kepada Karyawannya

5 Mei 2012   12:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:40 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap orang mendambakan dirinya dihormati oleh orang lain. Seorang anak mendambakan agar dia dihormati oleh orang tuanya. Ini merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, ingin dihormati dan ingin menghormati.

Banyak kisah tentang seorang pimpinan perusahaan yang menghargai dan menghormati karyawannya. Ini perilaku yang patut dicontoh demi kebaikan sang pemimpin dan karyawannya serta kebaikan lingkungan kerja. Namun seiring dengan cerita kebaikan itu tak jarang ada cerita memilukan lainnya. Seorang bos seenaknya saja berperilaku buruk terhadap bawahannya. Simaklah kasus-kasus seperti bos yang melecehkan sekretaris pribadinya, seorang bos yang tidak menghargai kinerja karyawannya. Sungguh ini perilaku yang membuat ketidaknyamanan dalam lingkungan kerja.

Saya tertegun dengan beberapa dosen kami. Ketika kuliah pagi hari, ada karyawan kampus yang mengurus minuman dan makanan untuk para dosen. Ketika sang dosen berada di kelas selama lebih kurang 30-45 menit, sang karyawan membuka pintu ruang kelas dan membawa segelas teh hangat untuk sang dosen. Kami sebagai mahasiswi/a hanya meneguk air liur sendiri melihat teh hangat itu. Belum saatnya kami disuguhi minuman seperti itu. Saya kira tidak bijak juga kalau kami diberi minuman teh. Jumlah kami banyak. Nanti merepotkan karyawan kami. Tetapi kami tetap diberi minum yang bisa diambil sendiri di tempat khusus. Di situ ada air aqua dalam galon yang bisa diambil kapan saja. Asalkan kami membawa botol minuman masing-masing.

Beberapa dosen mengucapkan Terima Kasih sambil menunduk dan menoleh ke muka karyawan itu. Beberapa yang lain lagi hanya menunduk saja. Dan, beberapa dosen lagi tidak mengucapkan apa-apa karena mungkin sedang serius menjelaskan bahan kuliah kepada kami. Ada yang, meski sedang menjelaskan materi dengan semangat, dia berhenti sejenak dan mengucapkan Terima Kasih sambil menunduk dan menoleh ke arah karyawan itu. (sekadar catatan, ada beberapa dosen yang membawa sendiri gelas airnya di ruang kelas sehingga karyawan kami tidak perlu mengantar air ke kelas). Lama sekali saya mengerti apa arti ucapan terima kasih sang dosen. Dari dulu saya menganggapnya hanya ucapan biasa belaka. Namun, betulkah itu sudah menjadi kebiasaan para pemimpin dalam sebuah lembaga?

Dalam sistem ketenagakerjaan bos dan karyawan adalah orang yang berada di atas dan di bawah. Jika diibaratkan demikian, di kampus kami, dosen adalah sang bos, sang pimpinan, dan karyawan itu adalah karyawan, sang bawahan. Relasi antara atasan dan bawahan ditentukan oleh kebijakan masing-masing kantor. Relasi ini juga tergantung pada kemampuan sang bos dan karyawan untuk membangun sistem komunikasi yang membuat masing-masing pihak bekerja dengan nyaman. Ada yang mungkin mengira bawahan tetap menjadi bawahan untuk selamanya baik di kantor maupun di luar kantor, baik waktu formal maupun nonformal. Ada pula yang menganggap bawahan sebagai patner kerja yang memandang relasinya setara meski dalam status kantor tetap berbeda.

Saya menduga relasi antara dosen dan karyawan kami sudah berjalan baik. Sang karyawan sudah dihormati, diakui kinerjanya oleh sang bos yang adalah dosen. Meski masing-masing dosen mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan terima kasih ini, dari beberapa dosen sudah menunjukkan perhatian kepada karyawannya. Pekerjaan mengantar teh hangat ke hadapan sang dosen tampak seperti pekerjaan kecil. Dalam kekecilannya tersirat makna yang sangat mulia. Pekerjaan mulia yang diakui oleh sang dosen yang bergelar profesor dan doktor. Ada rasa senang dan bangga ketika seorang karyawan menerima ucapan terima kasih dari seorang profesor.

Dengan demikian, sudah terpenuhi kebutuhan dasar sang karyawan itu yakni menerima pengakuan dan dihormati oleh orang lain yang ada di lingkungan kerjanya. Pengakuan dan penghormatan ini membuatnya semakin rajin bekerja dan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada orang yang dilayaninya. Dalam sistem relasi seperti ini tidak ada sekat yang menciptakan jarak antara atasan dan bawahan. Komunikasi akan mudah jika atasan dan bawahan sudah membangun relasi yang baik.

Jika dalam sebuah perusahaan atau tempat kerja sang bos sudah menghormati bawahannya termasuk sekretaris pribadinya maka dia sudah memenuhi kebutuhan dasar bawahannya. Boleh jadi penghormatan akan martabat bawahannya sebagai manusia juga ikut dihormati. Bawahan bukan hamba yang bisa diperlakukan seenaknya seperti majikan di Malaysia yang seenaknya memperlakukan TKW kita dengan tindakan yang tidak manusiawi. Bawahan adalah manusia seperti sang bos yang memiliki martabat dan harga diri yang sama, yang patut dihormati oleh siapa pun.

Terima kasih saya ucapkan kepada para dosen. Semoga kami sebagai generasi muda tidak berhenti pada rasa kagum dan hanya mampu melihat perilaku sang dosen. Semoga kami mengingat dan berani mempraktikkan dalam kehidupan kami di mana saja kami berada nanti.

CPR, 5/5/2012

Gordi Afri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun