Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Akhir Bulan: Jurus Jitu Menghadapi Anak-anak Nakal

31 Januari 2012   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:15 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hanya ada satu jurus ampuh menghadapi anak-anak yang nakal saat mengikuti pelajaran. Memukul tidak boleh, mencela tidak boleh, membentak tidak boleh. Lalu?

"Betapa nakal anak-anak ini", celoteh seorang teman pengajar pada Sabtu yang lalu. Hal yang sama saya alami juga. Anak-anak ribut saat belajar. Tak dipungkiri usia mereka masih anak-anak, usia untuk bermain. Kami mencoba mengemas pelajaran dalam permainan. Selalu saja ada yang lebih nakal saat mengikuti permainan itu. Gimana ya caranya?

Hampir kehilangan cara. Kami hanya membantu mereka mengerjakan soal dari sekolah, melatih mereka berhitung, membuat perkalian, pembagian, pengurangan, dan sebagainya. Kami tidak bisa memberi lebih dari situ. Kami pun sudah memberikan semua itu kepada anak-anak. "Hai anak-anak....tahukah kalian kalau kami berkorban untuk kalian?" gumamku dalam hati.

Anak-anak tak menggubris. Mereka berlari ke sana kemari. Sebantar-sebantar muncul dan meminta soal penjumlahan. Satu orang betah duduk di atas terpal sambil mengerjakan soal, tiba-tiba datang teman lainnya menariknya untuk berlari-lari. Wah...kacau ne... datang lagi satu minta koreksi atas pekerjaannya. Sesudah dikoreksi, ia minta nilai, lalu puas dengan itu. Dia lari-lari lagi dan kembali meminta soal baru...Beginilah suasanya.

Kalau dipikir-pikir akan sia-sia. Sungguh sia-sia jika berpikir hanya sampai pada kegiatan ini saja. Akan ada kekecewaan yang besar ketika kami tidak dihargai, tidak diterima di mata anak-anak. Namun, saya berpikir lebih dari itu. Memang kami hanya bisa memberi ilmu dan sedikit mendidik mereka. Lebih dari situ, kami tidak punya. Kami tidak punya uang untuk membiayai sekoalh mereka. Kami pun membagi ilmu dengan gratis dengan mereka. Tanpa ada semangat yang kuat, berbagi ilmu dengan anak-anak ini akan menjadi kegiatan yang tidak bermakna.

Saya memboboti kegiatan ini dengan pelayanan total. Meski kami tidak bisa mengontrol anak-anak sebagaimana mestinya, kami memberikan CINTA, HATI, dan PERHATIAN  kepada mereka. Degan jurus ini, kami bisa betah berada di antara anak-anak untuk sekadar berbagi ilmu dan bermain bersama. Terima kasih adik-adikku yang manis dan nakal. Kalian menyadarkanku akan pentingnya CINTA, HATI, dan PERHATIAN. All they need love and understanding....

Salam akhir bulan,

CPR, 31/1/2012

Gordi Afri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun