Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sisi Lain di Balik Perayaan Natal 2011

24 Desember 2011   12:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:48 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lampu-lampu kerlap-kerlip menyala di mana-mana, khususnya di gereja-gereja dan rumah-rumah umat Kristiani. Berbagai warna memancarkan kekhasannya, merah, kuning, putih, biru, hijau, dan sebagainya. Inilah keragaman manusia. Hiasan-hiasan indah terpasang di pintu gereja, di sekitar kandang natal di dalam gereja, di sekitar altar gereja. Semuanya ini memperindah dan menciptakan suasana khusus. Memang, umat Kristiani sedang merayakan pesta Natal, pesta kelahiran Yesus Kristus.

Seorang teman bercerita, semasa kecil, perayaan Natal merupakan perayaan besar, ramai, dan khusyuk di kampungnya. Satu keluarga bersama masyarakat ikut bergembira menyemarakkan pesta ini. Saat itu, tak ada hal lain kecuali semua orang bersatu dan bergembira bersama. Tiap orang berjabatan tangan dengan tetangganya sambil mengucapkan "Selamat Pesta Natal".

Kita lihat di media beberapa hari belakangan, keluarga-keluarga Kristiani menyiapkan kue dan jenis makanan lainnya. Mulai dari yang tradisional sampai kue dan makanan khusus yang dipesan di rumah makan elit. Kantong dikuras untuk membeli semua itu. Entahlah umat memilih sesuai selera dan kebutuhannya. Semoga saja semua itu membantu mereka menemukan kegembiraan.

Semestinya kegembiraan Natal ini tidak berhenti di sini tetapi berlanjut terus untuk kehidupan selanjutnya. Keluarga menciptakan kegembiraan bagi anggotanya. Pemimpin menggembirakan bawahannya. Bos menggembirakan karyawan/wati dan anak buahnya. Mengutip St Kartono (Kompas, 22/12/2011), para guru menggembirakan para muridnya. Namun, kegembiraan itu semestinya tidak melulu terpaku pada hal material-fisik belaka. Ini sebuah tantangan.

Mol-mol dan pusat belanja berlomba menawarkan barang-barang dengan diskon besar menjelang Natal. Umat mungkin tergoda dengan semua itu. Hendaknya, kita ingat bahwa Yesus datang ke dunia untuk semua manusia. Oleh karena itu, kita semestinya mengingat mereka yang belum beruntung alias miskin. Romo Aloys Budi Purnomo, Pr mengatakan perayaan Natal mesti berpihak pada yang miskin (Kompas, 21/12/2011). Sebagian besar dari masyarakat Indonesia masih miskin secara ekonomi. Maka, agak kurang greget jika kita membeli barang mewah semntara saudari/a kita yang lain belum mendapatkan rezeki secukupnya.

Kemiskinan menjadi masalah besar di negeri ini. Kemiskinan ini kiranya masuk dalam kategori daerah "Lorong Gelap dan Panjang" (Romo BS Mardiadmaja, SJ dalam Kompas, 24/12/2011). Mengutip Mardi, lorong itu gelap dan panjang. Penghuninya berusaha sekuat tenaga untuk keluar namun belum berhasil juga. Pesan Natal bersama PGI-KWI tahun ini menyerukan sebuah semangat baru untuk keluar dari lorong gelap itu. Akankah terjadi bahwa "Bangsa yang Berjalan dalam Kegelapan Telah Melihat Terang yang Besar?" Hemat saya, seruan ini merupakan seruan kenabian untuk menyemangati bagsa ini keluar dari silang sengkarut kegelapan itu. Usaha ini bukanlah usaha mudah. Namun, kalau dikerjakan bersama, mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal kecil, kiranya harapan itu tercapai.

Melihat persiapan Natal di berbagai gereja yang penuh kreasi dan juga tampaknya memakan biaya tinggi, kita mesti waspada. Paus Benediktus XVI dalam pesannya mengatakan, hendaknya kita tidak berhenti dan terpaku pada pohon Natal, tetapi menembus batas cakrawala untuk sampai pada Allah. Ada bahaya jika kegembiraan seperti diserukan pada awal tadi terletak pada persiapan material-fisik belaka. Pohon Natal dengan kemewahannya jauh dari kesan karut-marut situasi masyarakat. Semoga umat Kristiani menyiapkan hati untuk menyambut kelahiran Yesus.

Saat ini, perayaan Natal sedang dan akan berlangsung. Kita semua mengharapkan agar perayaan ini berlangsung aman hingga besok tanggal 25. Kehadiran aparat keamanan di sejumlah gereja hendaknya memperlancar acara ini. Ada yang berkomentar, kehadiran aparat keamanan justru membuat perayaan tidak nyaman. Kita menghargai upaya aparat keamanan dengan kebijakannya. Namun, semestinya mereka juga tahu umat tidak biasa mengikuti perayaan di gereja dengan kehadiran pihak keamanan. Maka, berhati-hatilah agar tidak terjadi kesalahpahaman antara aparat keamanan dan umat. Semua berjalan sesuai perannya. Selamat Natal untuk umat Kristiani yang merayakannya.

CPR, 24/12/2011
Gordi Afri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun