Mohon tunggu...
Khazat Zikrullah
Khazat Zikrullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hi there!

Hanya seorang mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Berharap Net-Zero Emissions Sukses, Sudah Sesuaikah Perilaku Kita?

24 Oktober 2021   23:42 Diperbarui: 25 Oktober 2021   00:09 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang mendukung adanya kehidupan di dalamnya. Hanya di planet bumi lah kita manusia dapat hidup dan menjalani kehidupan yang beragam dan penuh warna. Namun, akibat pemanasan global suhu permukaan bumi semakin hari semakin memanas.

Semakin tinggi suhu di permukaan bumi maka akan menyebabkan perubahan iklim yang ekstrem di muka bumi, seperti mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan. Pemanasan global ini biasanya diakibatkan oleh pelepasan emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfer bumi, seperti karbon dioksida (CO2 ), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (CFC). Disebabkan oleh hal tersebut, kini Net-Zero Emissions menjadi topik yang banyak diperbincangkan masyarakat dunia. 

Singkatnya, Net-Zero Emissions itu merupakan sebuah upaya untuk mengurangi atau meminimalisir produksi emisi seperti CO2 dan gas-gas rumah kaca lainnya di lingkungan kita sebagai suatu langkah untuk memperlambat laju pemanasan global. Indonesia sendiri menargetkan untuk mencapai NZE paling lama di tahun 2060.

Beberapa langkah sudah diambil pemerintah Indonesia dalam menyukseskan Net-Zero Emissions. Di sektor energi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM melalui siaran pers Nomor: 271.Pers/04/SJI/2021 menyatakan bahwa strategi yang dilakukan adalah pengembangan Energi Terbaru dan Terbarukan (EBT) yang rendah emisi yang meliputi solar fotovoltaik, angin, biomassa, panas bumi, energi laut, dan lain-lain.

Di sektor perpajakan, Kementerian Keuangan melalui Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) telah mencetuskan suatu jenis pajak yang baru, yaitu Pajak Karbon. Pajak ini dikenakan atas pembelian barang yang mengandung bahan karbon baik yang dilakukan oleh orang pribadi maupun badan. Melalui pajak ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan barang-barang berbahan dasar karbon. Dalam penerapannya, hasil penerimaan Pajak Karbon ini dapat dialokasikan untuk membantu menyukseskan Net-Zero Emissions melalui pengendalian perubahan iklim berupa mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Beberapa pihak-pihak lain juga sudah memulai beberapa langkah, seperti pengembangan kendaraan berbahan bakar gas maupun listrik, sampai pembangunan pembangkit listrik tenaga air, angin, dan surya.

Lalu, apa peran kita dalam mendorong NZE? Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Kita bisa melakukan hal-hal berikut.

  • Mengurangi penggunaan produk berbahan plastik

Terdapat sebuah penelitian yang menyatakan bahwa plastik menyumbang sekitar 3,8% dari emisi gas kaca secara global. Maraknya penggunaan produk-produk berbahan dasar plastik ini jika terus dibiarkan tentunya akan berdampak buruk bagi lingkungan. Oleh karena itu, kita harus mulai mengurangi penggunaan plastik di kehidupan kita sehari-hari. Hal ini dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti menggunakan sedotan kertas atau besi, menggunakan tas belanja berbahan kertas maupun kain, dan menggunakan barang-barang lainnya yang berbahan besi anti karat.

  • Melakukan penanaman pohon

Berbagai macam jenis tanaman dan pepohonan terbukti dapat mengurangi emisi karbon yang berkeliaran di udara. Melalui fotosintesis, pepohonan dan tanaman mengubah karbon dioksida yang beracun menjadi oksigen yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dari hal tersebut, maka ikut melakukan penanaman pohon akan sangat membantu menjaga kelestarian alam di sekitar kita bahkan apabila hanya menanam tanaman kecil sekalipun.

  • Membatasi pemakaian Air Conditioner (AC)

Alat-alat elektronik yang berfungsi menciptakan udara dingin biasanya menggunakan freon, seperti pendingin ruangan (AC) dan pendingin makanan (kulkas, freezer). Freon sendiri merupakan salah satu emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan global. Oleh karena itu, penggunaan alat-alat tersebut harus dibatasi. Penggunaan kipas angin dapat menjadi alternatif piihan untuk menggantikan penggunaan AC.

  • Membatasi penggunaan kendaraan bermotor

Gas buangan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor berbahan bakar fosil menjadi sumber polusi udara yang sangat tinggi terutama di kota-kota besar. Maraknya penggunaan kendaraan pribadi mengakibatkan semakin panasnya udara di sekitar. Untuk membatasi penggunaan kendaraan bermotor, kita boleh memanfaatkan kendaraan-kendaraan umum yang tersedia, seperti commuter line, bus transjakarta, bajaj berbahan bakar gas, dan banyak yang lainnya. Kemudian kita juga dapat menggunakan sepeda atau berjalan kaki apabila tujuan yang ingin dicapai tidak jauh alih-alih menggunakan sepeda motor atau mobil.

  • Perbaiki etika dalam berkehidupan

Sebenarnya segala persoalan kembali kepada diri kita sendiri. Kita sedari kecil diajarkan etika untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat serta untuk tidak serakah dan boros dalam menggunakan atau memanfaatkan segala sesuatu. Apabila kita tidak serakah, maka kita tidak akan merasa sangat perlu untuk menggunakan benda-benda yang berbahan dasar unsur yang dapat merusak lingkungan. 

Apabila kita memperlakukan orang lain layaknya memperlakukan diri sendiri, maka akan timbul kepedulian terhadap lingkungan dengan saling menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Umat manusia tidak hanya hidup di masa kini, melainkan juga di masa lalu dan masa yang akan datang. Bumi masa kini yang kita tempati adalah bumi yang ditinggalkan oleh para pendahulu kita. Dan generasi selanjutnya, orang-orang di masa depan, keturunan-keturunan kita, akan menempati bumi yang kita wariskan.

Kita harus memperlakukan generasi masa depan layaknya perlakuan yang kita harapkan dari pendahulu kita. Kita tidak boleh mewariskan bumi yang lebih buruk daripada bumi yang saat ini kita tempati. Sumber daya alam yang lebih sedikit. Iklim yang rusak. Udara yang panas menyengat. Bagaimana rasanya ketika kita disalahkan oleh penerus kita apabila kita mewariskan bumi yang buruk?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun