Mohon tunggu...
Ardityya hoswinandar
Ardityya hoswinandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Muhamadiyah Malang

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tersesat bersama "Madilog"

9 September 2024   14:43 Diperbarui: 9 September 2024   15:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada BAB I dalam buku MADILOG, Tan Malaka memulai dengan frasa logika mistika dia menyebutkan "Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tidak bisa dikritik, maka matilah ilmu pasti itu" artinya untuk ilmu pasti atau ilmu lainnya memerlukan adanya proses verifikasi dan  kritik agar dapat menghasilkan sebuah fakta yang kongkret atau memiliki basis yang jelas dan kuat. Seperti gambaran Tan Malaka dengan Dewa Rah-nya yang dapat menghasilkan bumi, Bintang, matahari, tumbuhan, manusia, hewan dan sebagainya dalam satu kalimat "PTAH" maka jadilah, dalam prinsip theology hal terebut tidak bersifat benar atau salah tapi Kembali kepada kepercayaan masing-masing, namun dalam dialektika idealisme tan Malaka mengatakan kita bisa menjumpakan kosong mengandung arti ada, atau tidak ada mengandung arti ada. Tetapi dalam logika ataupun dialektika yang didasarkan pada kebendaan, hal itu adalah mustahil atau omong kosong. Lapar tak berarti kenyang buat si miskin. Si lapar yang kurus kering tak akan bisa kenyang dengan kata saja, walaupun kita ucapkan 1001 kali.

Berfikir logika mistika dalam kehidupan menurut Tan Malaka ialah cara berfikir yang menganggap bahwa segala sesuatu disebabkan oleh pengaruh roh atau hal-hal ghoib. Sederhananya cara berfikir logika mistika merupakan cara berfikir dimana kita menjawab persoalan yang kongkret dalam kehidupan dengan cara pandang yang tidak kongkret atau tidak memiliki basis pembuktian yang kuat. Terlepas dari Tan Malaka sebagai sosok gerakan revolusi, sosial, ekonomi, dan politik serta ideologinya Tan Malaka dalam bukunya "madilog" mengkritik cara pandang masyarakat dalam melihat kehidupan yang kemudian dapat menghambat kita untuk berkembang. "Madilog" oleh Tan Malaka dikategorikan sebagai cara berfikir, yang didasari pada materialisme, dialektika dan logika dalam mencari akibat, yang bertumpu atas bukti yang cukup banyaknya dan tujuan diperalamkan dan di peramati.

Tan Malaka menganggap madilog sebagai suatu jelmaan dari pusaka yang dia terima dari barat. Dalam bukunya dia mengatakan bahwa Madilog sangat berlawanan dengan "ketimuran" atau lebih jelas dia menerangkan segala hal yang berhubungan dengan mistika, kegaiban, dari manapun juga datangnya dari timur. Tan Malaka juga menegaskan madilog tidak dimaksudkan bahwa sudah tidak ada hal gaib di dunia ini artinya tidak ada klaim pasti bahwa hal mistika ada atau tidak ada tapi yang pasti "Pengetahuan tidak bisa habis dan tidak boleh habis" artinya seruan tersebut dia tegaskan sebagai asumsi dasar yang harus di kuatkan untuk terus mencari setiap kebenaran yang ada pada realitas.  Demikianlah juga pengetahuan baru menimbulkan persoalan baru, terus-menerus. Tetapi persoalan baru itu akan terus-menerus pula bisa diselesaikan. Tidak ada batas pengetahuan dan tiada pula batas persoalan. Inilah bagian dari kehidupan manusia dan bagian dari dunia pikiran. Barang siapa mengaku, bahwa ada batas pengetahuan atau batas persoalan, maka dia jatuh kelembah mistika terperangkap dogmatisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun