Mohon tunggu...
Alia Dhoriyfah
Alia Dhoriyfah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

Saya memiliki hobi membaca dan memiliki ketertarikan dalam hal baru sesuai bidang saya yaitu kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Asap Mematikan, Perokok Mencoba Jalan Singkat Menuju Kanker Paru

16 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:20 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Perbedaan Paru Paru Normal VS Paru Paru yang sudah terkena kanker  (Sumber : wajibbaca.com)

Aktivitas merokok sudah mendarah daging dan menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Data Kementrian Kesehatan melalui Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai sekitar 70 juta orang. Meskipun sudah banyak terdengar bahaya dampak merokok di media, namun hal ini belum bisa menurunkan jumlah perokok aktif di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya berbagai alasan yang mendukung kegiatan merokok, mulai dari gaya hidup dan simbol kedewasaan, harga yang murah dan tersebar di seluruh tempat, alasan untuk menenangkan pikiran, hingga ikut ikutan saja. Tanpa disadari rokok yang mereka konsumsi memberikan efek kecanduan dan sulit untuk ditinggalkan.    

Rokok mengandung ribuan bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, dampak utamanya adalah kanker paru-paru. Laporan Global Burden of Disease (GBD) pada tahun 2023 menegaskan bahwa rokok adalah penyebab utama kanker paru-paru di seluruh dunia. Berdasarkan Data Global Burden of Cancer (Globocan) melalui International Agency For Research on Cancer mencatat jumlah kanker paru–paru di Indonesia mencapai 38.904 kasus pada 2022. Selain itu, kanker paru-paru adalah penyakit tertinggi yang menyerang pria dengan jumlah kasus sebanyak 29.107.

Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru adalah salah salah satu jenis kanker yang dimulai ketika sel-sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali di paru-paru. Berjalannya waktu, sel ini dapat mengganggu fungsi normal paru sehingga tidak dapat bekerja dengan optimal. Kanker paru dapat berkembang dalam waktu cepat atau lambat tanpa menunjukkan tanda dan gejala yang jelas . Sel kanker ini juga dapat menyebar ke tulang, otak, jaringan getah bening, dan hati

Terdapat dua jenis utama kanker paru-paru, yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). Tipe SCLC adalah jenis kanker paru agresif yang berkembang dan menyebar keseluruh tubuh dengan sangat cepat. Sekitar 10-15% kasus kanker paru merupakan tipe SCLC dan sangat berkaitan dengan aktivitas merokok. Sedangkan sebagian besar kasus kanker paru merupakan NSCLC. NSCLC tidak seagresif SCLC, cenderung berkembang dan menyebar secara lambat.

Merokok memiliki risiko tinggi terkena Kanker paru paru. Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), orang yang merokok memiliki risiko 15–30 kali lebih tinggi terkena kanker paru-paru atau meninggal akibat kanker tersebut, dibandingkan orang yang tidak merokok.  Menurut studi American Cancer Society (ACS) pada tahun 2021 menemukan bahwa 85-90% kematian di dunia akibat kanker paru-paru disebabkan oleh merokok.

Asap rokok mengandung lebih dari 7000 bahan kimia beracun dan sekitar 70 di antaranya termasuk dalam zat karsinogenik yang menyebabkan kanker. Arsenik, benzene, cadmium, kromium, formaldehida, N-nitrosamin, nikel, tar, dan vinil klorida termasuk dalam kategori ini. Bahan kimia berbahaya akan masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru saat seseorang menghirup asap rokok. Salah satu zat berbahaya yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah Tar. Tar yang dihasilkan dari asap rokok dapat menempel pada dinding paru-paru sehingga paru paru yang berwarna merah muda berubah menjadi abu abu kehitaman. Tar juga merusak jaringan silia untuk menyaring polutan yang masuk kedalam saluran pernafasan. Semakin banyak konsentrasi tar yang masuk dalam tubuh, maka jaringan silia akan semakin melemah, bahkan dapat mematikannya. Jika silia sudah tidak berfungsi, maka karsinogen/polutan akan masuk kedalam paru paru dan dapat menyebabkan kanker.

Ada pula zat yang memberi dampak tidak langsung, namun menjadi pemeran utama dalam rokok, yaitu zat nikotin. Hal ini dikarenakan zat nikotin yang bersifat adiktif akan menyebabkan kecanduan. Setelah berada di otak, nikotin juga akan meningkatkan pelepasan dopamin, yaitu zat kimia yang berfungsi membantu memperbaiki suasana hati dan menimbulkan rasa puas. Karena zat nikotin ini, perokok memiliki keinginan untuk merokok terus menerus dan susah meninggalkannya. Apabila hal ini dibiarkan, maka dalam tubuh perokok akan mengendap banyak sekali zat zat berbahaya. 

Kuantitas rokok yang dikonsumsi juga akan mempengaruhi risiko terserang kanker paru paru. Risiko terkena kanker paru paru ini tidak hanya berlaku bagi perokok aktif, tetapi juga bagi penyintas yang pernah merokok dalam waktu lama. Meskipun risiko sudah menurun, tetapi fungsi paru paru tidak akan dapat kembali seperti kondisi sebelum merokok. 

Merokok tidak hanya berdampak pada perokok aktif, tetapi juga berdampak pada perokok pasif yang terkena paparan zat berbahaya dari asap rokok. Meskipun mereka tidak pernah merokok secara aktif, tetapi hanya dengan terpapar asap rokok dapat meningkatkan risiko terkena penyakit, termasuk  kanker paru paru. Berdasarkan Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada 2021, prevalensi perokok pasif adalah 120 juta orang. Menurut dr. Bagas selaku dosen FKM UGM,  semakin habis rokok, maka semakin tinggi pula kadar racun yang terbang diudara.  Beberapa golongan yang rentan terhadap bahaya asap rokok adalah Anak-anak, wanita hamil, pasien dengan gangguan paru paru dan lansia.

Banyak perokok yang tidak peduli terhadap kesehatan dirinya dan orang lain. Hal ini dikarenakan efek dari merokok tidak langsung terlihat. Gejala penyakit akibat merokok, seperti kanker paru-paru biasanya baru muncul setelah penyakit mencapai tahap lanjut sehingga kebanyakan orang merasa aman. Selain itu, ketergantungan nikotin membuat mereka sulit untuk berhenti, meskipun sudah terkena penyakit akibat merokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun