Mohon tunggu...
gufron afandi
gufron afandi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

terus maju dan bangkit lagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Individualisme hingga Apatisme Sosial

4 April 2019   22:32 Diperbarui: 4 April 2019   22:50 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pesatnya perkambangan teknologi yang semakin hari semakin melesat dapat kita rasakan pada diri sendiri saat ini. Dunia teknologi dan informasi hari ini dapat memudahkan para penggunanya untuk saling berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa mengenal batas ruang dan waktu.

Pada hari ini pula untuk menyambung komunikasi dan tali silaturrahmi dengan sanak famili atau pun teman-teman yang jauh di sana, dapat kita lakukan dengan cara yanng sangat mudah, hanya bisa dengan cara duduk sambil menikmati secangkir kopi di ruang tamu. Layaknya dunia yang dilipat.

Terjangan arus modernisasi yang salah satu contohnya dapat diketahui dengan ketergantungan seseorang pada alat teknologi yang mampu menggiring penggunanya kepada situasi dan kondisihyper reality. Kondisi seperti inilah yang mampu memanipulasi seseorang untuk bersifat apatis sosial yang sangat kontradiktif dengan sifat manusia sejati (makhluk sosial).

Pada situasi seperti ini sangatlah berbahaya jika sifat apatis sosial melekat pada diri seorang pemuda-pemudi sebagai generasi penerus bangsa mengingat manusia adalah makhluk sosial dan manusia juga butuh dengan lingkungan sekitar untuk memenuhi kehidupannya. Apa dampak dari semua itu?

Pertama, hilangnya interaksi sosial pada diri pengguna. Sering kali kita ketahui semua bahwa kebanyakan dari orang-orang pengguna teknologi menjadi sangat malas untuk saling tegur sapa didunia nyata.

Mereka selalu beranggapan bahwa kallimat atau ucapan sapaan kepada orang lain dapat terejawantahkan melalui kecanggihan teknologi tanpa bersusah payah untuk bertegur sapa di dunia nyata.            

Kedua adalah kerancuan dalam berkomunikasi, dampak yang kedua ini sering kita temui setiap hari. Bagi mereka yang memiliki ketergantungan lebih terhadap teknologi, untuk menyampaikan pesan mereka lebih suka untuk menyampaikannya secara tertulis (misal: via sms, chat dll).

Hal tersebut semakin memperburuk pola komunikasi sehingga kerancuan dalam komunikasi dapat terjadi. Semua itu disebabkan karena terlalu seringnya berkomunikasi lewat dunia maya dan terlalu sedikit berkomunikasi di dunia nyata sehingga membuat penggunanya menjadi malas untuk memperbaiki pola komunikasinya.            

Ketiga hilangnya rasa kepedulian terhadap keadaan sekitar. Kita sering menemui dampak yang ketiga ini ketika lagi asik berkumpul bersama teman-teman. Di kala kita sedang berkumpul kita kadang menemui seseorang yang lebih cenderung untuk fokus kepada barang yang di pegang (gadget).

Seolah-olah pengguna gadget tersebut tidak memperhatikan teman yang duduk di sampingnya dan lebih mementingkan seseorang yang ada di dalam gadget tersebut maka muncullah sebuah istilah "menjauhkan yang dekat". 

Ketiga dampak tersebut dapat kita reka-reka betapa sangat berbahaya teknologi jika tidak di gunakan dengan semestinya. Menyalah gunakan teknologi canggi pada hari ini akan membuahkan penyesalan di kemudian hari dan menimbulkan sikap dan sifat yang tidak seharusnya melekat pada diri seorang pemuda apalagi pemuda penerus pimpinan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun