semua orang ribut masalah narkoba dan prostitusi serta kancah politik yang semakin membuat karut marut wajah indonesia, semua menjadi korban teori terkait hal tersebut dari mulai akibat pendidikan rendah sampai pengawasan orang tua yang tidak seimbang dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. kalau hanya narkoba dan prostitusi dalam bingkai kerasnya kehidupan saya fikir itu hanya bagian dinamika kehidupan karena perut butuh makan, nah bagaimana jika narkoba dan prostitusi merambah dalam bingkai budaya, ini yang akan sulit dientaskan sampai kapanpun.
saya tidak punya teori mumpuni untuk sobat pembaca terkait masalah tersebut tapi saya hanya membagi informasi yang sebenarnya bukan rahasia umum lagi. coba lihat link berikut https://www.youtube.com/watch?v=qH15cMdVlXk dan link ini https://www.youtube.com/watch?v=7gJOd1qK5RU, https://www.youtube.com/watch?v=eyHj6OVbq_I link link tersebut adalah contoh dari puluhan link serupa yang ada di youtube.
sudah dilihat link nya sobat?
cukup bilang sudah saja atau ada kata gila keluar dari mulut sobat semuanya? lihat dari link saja saya sudah cukup untuk bilang ini gila..apalagi lihat dilapangannya.. untuk diketahui itu acara khitanan dan pernikahan loh. informasi yang saya dapatkan dari mulai sabu sabu, inex sampai obat batuk komix bertebaran, belum lagi minuman keras ber ember ember kalau bahasa lebaynya..
polisi apa tidak tahu..jelas tahu konsumen narkoba di acara tersebut yang berpakaian dinas atau anak penggede berpakaian dinas pastinya sementara untuk kaalangan menengah konsumen minuman keras..untuk kalangan kelas bawah sekali minum komix obat batuk sepuluh biji sampai 20 biji langsung mak jos.... polisi setempat gak kenal dengan bandar penjualnya jelas kenal la wong ada jatah juga masuk, terus kenapa gak ditangkepin tuh para pemakai dan para pengguna, gimana mau nangkap la wong ini sudah budaya..hahahaha budaya...tiap khitanan dan nikahan para penggede di area sumatera pasti gelar acara begini.. kalau gak percaya datang saja..saya juga berdecak kagum plus kaget hahahaha... di jawa belum pernah melihat acara tiga dimensi begini..narkoba, prostitusi dan miras dalam satu bingkai acara resepsi nikahan atau khitanan..kalaupun ada acara di jawa paling para pendekar mabuk saja bertebaran berebut joget dengan biduan bersenjata uang saweran tidak ada penjual miras terang-terangan seperti di acara resepsi wilayah sumatera..
acara ini biasanya dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore..istirahat maghrib habis itu jam 8 malam mulai lagi selesai sampai jam 2 malam.. bisa dibilang acara ini sebagai mabok sekampung.. untuk wanitanya dari yang kelas bispak sampai kupu kupu bayaran pun ada..wanita baik-baik juga banyak namanya juga acara resepsi tapi akan samar untuk membedakannya seiring gelengan kepala dan dentuman house musik.
jangan bikin teori ini mungkin karena kurangnya tempat hiburan...kota palembang tidak kurang tempat hiburan dari mulai cafe remang-remang sampai diskotik kebal hukum semua ada, tempat prostitusi ada yang namanya kampung baru..mau perempuan macam mana banyak tersedia, bukan hanya wanita lokal saja import dari bandung tasik dan indramayu juga banyak disitu..
inilah sobat salah satu kondisi yang memprihatinkan, bagi saya terkadang bahaya laten itu bukan bentuk produk dari miras dan narkotikanya karena barang apapun jika digunakan berlebihan bisa menimbulkan mabuk...tapi penggunaannya pada bingkai mana itu yang bisa membuat menjadi bahaya laten.. seandainya narkoba dan miras masih digunakan secara adil hanya di diskotik dan cafe remang-remang masih bisa di tolerir tergantung apes atau tidak si pengguna kena razia polisi.. nah kalau narkoba sudah digunakan pada bingakai budaya resepsi seperti ini efeknya akan lebih luas dari mulai anak-anak sampai tua bangka akan terbiasa melihat orang mabuk narkoba itu pada awalnya..pada tahap berikutnya bukan hanya terbiasa melihat tapi terbiasa menggunakan khusus pada acara-acara tersebut..
terserah sobat mau pakai teori apa melihat fenomena inih.. tapi pikirkanlah narkoba sudah dipergunakan secara tidak adil dan tidak lagi sembunyi-sembunyi..penggunaan narkoba berbalut budaya resepsi seperti ini harus digimanakan..dilarang apakah polisi berani sekarang ini tiba-tiba melarang dan tidak memberi ijin sementara praktik budaya resepsi ini sudah dimulai sejak tahun 2000 di area palembang dan 2003 sudah masuk ke area pelosok sumatera bagian selatan.
mulai ditertibkan atau dibiarkan atau kita ikut larut saja didalamnya hahahaha..itu saja... toh aparat juga tutup mata hahaha
palembang, 29 april 2015