Apa itu toleransi dan toleransi beragama,
Pada era majapahit?
Dalam kamus umum Bahasa Indoonesia, toleran berasal dari kata "toleran" yang berarti batas ukur atau pengurangan yang masih di perbolehkan, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.
Konsep dari toleransi yaitu mengarah kepada saling menghargai satu sama lain baik dari segi agama, ras, suku, budaya, maupun warna kulit. Jadi toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
Toleransi beragama bukan berarti kitab isa seenaknya berpindah-pindah agama seperti halnya hari ini kita menganut agama ini, besoknya kita menganut agalam lain yang berbeda dan mengikuti ritualitas atau ibadah dari agama lain tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi maksud dari toleransi beragama sendiri yaitu bagaimana car akita menghargai atau memahami segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya agama lain yang berbeda dari agama kita.
Lalu apa Toleransi antaragama pada era majapahit? Majapahit yang berdiri sekitar abad 13-15 masehi dikenal sebagai Kerajaan besar yang hampir menguasai seluruh wilayah Nusantara. Kerajaan majapahit memiliki peran penting dalam menyatukan berbagai suku, budaya, dan agama yang ada di wilayah sekitar Kerajaan. Banyak sekali bukti toleransi beragama di era majapahit
- Keberagaman agama di Majapahit: Pada masa majapahit terdapat banyak agama yang berkembang salah satunya yaitu Hindu-Buddha yang meruppakan agama yang diterima oleh raja, namuan pada saat yang beriringan juga terdapat agama lain seperti islam maupun animisme
- Bangunan suci berupa candi: Dimana candi tersebut memiliki sifat dari beberapa keagamaan, candi itu tidak untuk kalangan Hindu-Buddha namun juga untuk kalangan muslim karena di era Hayam Wuruk sudah ada yang memeluk islam
- Toleransi antar ikatan keluarga: Dimana Raja majapahit berbeda keyakinan,menganut agama yang berbeda, seperti Hayam wuruk yang menganut agama Hindu Siwasidharta dan ibunya Tribhuana Tunggadewi menganut agama Buddha
- Toleransi dalam keperibadatan sehari-hari: Meski Hindu dan Buddha adalah mayoritas, upacara dan perayaan keagamaan Hindu-Buddha dan agama-agama lainnya sering kali berlangsung berdampingan,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H