Mohon tunggu...
Wanda Betricia
Wanda Betricia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang kreatif dan memiliki minat besar dalam beberapa bidang, seperti fotografi, musik, pelajaran, makanan, sejarah, dan ekonomi. Saya senang mengeksplorasi ide-ide baru melalui foto dan musik, sekaligus memperluas wawasan saya melalui pembelajaran dan penelitian, khususnya dalam sejarah dan ekonomi. Ketertarikan saya pada ekonomi membuat saya semakin memahami dinamika sosial dan keuangan yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, minat saya terhadap kuliner memberikan perspektif unik terhadap budaya dan tradisi. Minat-minat ini membantu saya untuk tetap antusias dan berpikiran terbuka dalam setiap aktivitas yang saya lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Merawat Keberagaman di Desa Padangbulia

28 Desember 2024   17:30 Diperbarui: 28 Desember 2024   16:56 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan Multikultural merupakan salah satu aspek terpenting yang layak di terapkan pada lingkungan masyarakat maupun sekolah, contohnya adalah penerapan di desa desa seperti desa padangbulia, kecamatan sukasada, kabupaten buleleng, provinsi bali, dengan keragaman budaya dan tradisi yang sangat kental dan damai, saya semakin yakin bahwa pendidikan multikultural sangatlah penting dalam menjaga nilai nilai kebergaman, toleransi, gotong royong, dan kebersamaan dalam masyarakat

Desa Padangbulia memiliki populasi sekitar 2.000 jiwa (berdasarkan data kependudukan 2023) dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan pengrajin. Keberagaman agama di desa ini mencakup komunitas Hindu, Islam, dan beberapa keluarga Kristen yang hidup berdampingan secara damai. Bali sendiri merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kunjungan wisatawan tertinggi di Indonesia, yang mencapai lebih dari 6 juta turis pada 2022. Hal ini menjadikan pendidikan multikultural semakin relevan untuk diterapkan di desa-desa seperti Padangbulia. Sebagai contoh, siswa di sekolah dasar di desa ini telah mulai mempelajari tarian Pendet dan Janger sebagai bagian dari kurikulum seni budaya yang mencerminkan keberagaman lokal. Desa yang berlokasi tak jauh dari pusat kota ini sama halnya seperti desa desa kebanyakan di bali, yaitu sama sama dihuni oleh masyarakat yang mayoritasnya menganut agama hindu. Namun tidak dapat disangkal bahwa desa ini juga memiliki komunitas-komunitas kecil yang memiliki agama dan budaya yang berbeda dari masyarakat setempat. Dalam hal ini pendidikan multikultural memegang peranan penting yang fungsinya tidak hanya untuk merayakan keberagaman tetapi juga dapat menjadi hal yang bisa melindungi dari konflik yang dapat terjadi akibat dari komunikasi dan pemahaman yang kurang antar satu dengan yang lainnya. Bagi saya, seseorang yang telah terlebih dahulu mersakan keberagaman sejak di bangku pendidikan, saya sangat setuju bahwa pendidikan multikultural harus mulai ditanamkan sejak dini, di bangku pendidikan mulai dari yang paling dasar hingga menengah atas, anak anak harus dibiasakan untuk saling menghormati perbedaan yang ada, baik itu dari suku, ras, agama, maupun cara pandang. Implementasi dari pendidikan multikultural ini dapat diajarkan melalui pengajaran seni budaya, sejarah maupun extrakurikuler seperti siswa dapat mempelajarin tarian tradisional dari budaya bali maupun belajar kesenian dari daerah lainnya, Dengan cara ini siswa tidak hanya akan mencintasi warisan budaya yang mereka miliki tetapi juga mengenal dan secara tidak langsung membantu melestarikan beragam kebudayaan yang ada dan menghormati kebudayaan daerah lain. Akan tetapi, pendidikan multikultural tidak hanya relevan diterapkan pada lingkungan sekolah saja, namun masyarakat desa secara keseluruhan juga harus dilibatkan dengan melakukan kegiatan seperti gotong royong lintas kelompok dan dialog antaragama, di desa padangbulia dimana memiliki tradisi gotong royong yang sangat erat, pendekatan ini terasa sangat cocok untuk dilakukan, tradisi lokal layaknya seperti ngopin (membantu secara sukarela pada acara orang lain) dapat menjadi sebuah jembatan penghubung untuk mempererat hubungan antarwarga terlepas dari perbedaan yang ada di masyarakat desa padangbulia.

Meski penerapan pendidikan multikultural terlihat mudah untuk dilakukan, namun fakta di lapangan mengatakan sebaliknya, tangtangan terberat yang harus dihadapi salah satunya adalah sifat ekslusifitas yang masih di pegang sebagian masyarakat. Terkadang terjadi kecenderungan yang menganggap bahwa budaya atau tradisi yang mereka miliki lebih unggul daripada tradisi dan budaya yang dimiliki oleh daerah lain. Itulah salah satu sebab pendidikan multikulturan harus diterapkan secara hati hati, pendekatan yang dilakukan melalui dialog dan penghormatan timbal balik sangat penting untuk mengatasi hal teersebut. Selain beberapa point yang telah disebutkan, dukungan dan peran dari pemerintah dan tokoh masyarakat juga sangat diperlukan, karena tanpa adanya kebijakan yang mendukung atau tokoh yang menjadi panutan dalam menjadi promosi nilai nilai multikultural , sulit rasanya program pendidikan multikultural ini dapat berjalan secara berkelanjutan. Di sisi lain, melalui perkembangan teknologi yang sangat pesat, saya yakin bahwa teknologi ini dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memperkuat program pendidikan multikultural, melalui persebaran informasi yang sangat pesat dan akses internet yang sangat luas di masyarakat, mereka dengan mudah dapat mengenal keebudayaan maupun tradisi dari daerah lain, sekaligus mempromosikan kebudayaan lokal ke dunia luar.

Pada akhirnya saya melihat pendidikan multikultural sebagai sebuah investasi jangka panjang sekaligus wadah bagi masyarakat untuk saling menghormati, harmonis, inklusif dan menghargai sesama meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda beda, Desa padangbulia dengan beragam kebudayaannya memiliki potensi yang besar unttuk menjadi contoh penerapan pendidikan multikultural ini, dengan mengajarkan generasi muda untuk menghormati setiap perbedaan dan melibatkan semua lapisan masyarakat dalam proses pembelajaran, saya yakin desa padangbulia tidak hanya akan indah secara fisik, tetapi juga kaya secara sosial dan buday

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun