Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan & Owner El-Tsa Collection

hobi Menulis & Berkebun Profesi Pustakawan dan Owner El-Tsa Collection

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan SDM Perpustakaan Sekolah

15 Januari 2025   20:01 Diperbarui: 15 Januari 2025   20:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpustakaan sekolah harus terus berpacu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan kurikulum dan teknologi digital menuntut pelayanan perpustakaan harus senantiasa aktif. Pelayanan perpustakaan yang dinamis akan membiasakan para pemustaka tidak sekedar berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar pinjam buku namun menjadikan perpustakaan sebagai pusat berliterasi dan berinteraksi secara positif. Tantangan para pustakawan sangat berat karena Era sekarang anak cenderung acuh tak acuh terhadap dunia pustaka. Semisal ada kunjungan ke perpustakaan juga karena ada pembelajaran yang terkait dengan literasi dari gurunya. Ironisnya keberadaan perpustakaan sekolah pada umumnya seperti gudang buku. Tata tertib maupun sistem administrasi perpustakaan terkadang tidak dipahami oleh para siswa saat berkunjung. Ada yang lebih parah lagi yaitu fungsi perpustakaan berubah menjadi tempat nongkrong anak-anak untuk tidak mengikuti pelajaran di kelas.

Banyak perpustakaan sekolah kesulitan mencari lulusan sarjana atau diploma perpustakaan sehingga tenaga pustakawan di sekolah banyak dari non pustakawan. Di samping itu fasilitas perpustakaan sekolah juga terbatas. Buku-buku yang tersedia terkadang juga tidak up to date sehingga kurang mendukung budaya literasi sekolah. Sumber daya manusia di perpustakaan yang kebanyakan non pustakawan justru kurang melek terhadap perkembangan literasi. Di tinjau dari SDM sangat jelas bila perpustakaan sekolah perlu banyak pembenahan untuk mendukung gerakan literasi sekolah. Gaji yang serba minimalis membuat petugas perpustakaan bekerja tanpa motivasi dan orientasi atau sebatas pelengkap saja. SDM perpustakaan bukan sebagai bagian decision maker yang turut aktif dalam menggerakan literasi di sekolah.

Bisa dibayangkan Apa jadinya bila sebuah sekolah tanpa ruang perpustakaan, tentu citra sekolah akan dipertanyakan dalam menggerakan literasi, karena bagaimanapun perpustakaan adalah bagian dari ikon literasi. Saat ini tuntutan perpustakaan harus terus up to date mengikuti perkembangan literasi. Apa yang menarik perhatian anak-anak juga harus diperhatikan seperti buku cerita, novel ataupun juga komik. Buku-buku baru membelinya juga mahal untuk dapat membelinya butuh dana operasional yang tidak sedikit. Buku novel penulis terkenal seperti Tere Liye per buku juga mahal. Hanya pustakawan yang selalu peduli dengan kegiatan literasi yang akan terus bertahan dan mengusahakan buku-buku untuk pengembangan literasi perpustakaan.

Perpustakaan sekolah butuh ruangan yang strategis dan representatif. Pembenahan perpustakaan secara menyeluruh dari pihak sekolah terlihat saat akreditasi perpustakaan oleh Perpusnas. Saat ini sudah banyak sekolah yang mengikuti kegiatan akreditasi tersebut. Upaya ini mendorong seluruh warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, pegawai ikut terlibat dalam mengkondisikan perpustakan serta berbagai kegiatannya supaya nilai akreditasinya tinggi. Kegiatan akreditasi ini mempunyai dampak yang baik untuk mendorong pihak sekolah memenuhi komponen-komponen akreditasi secara maksimal.

Ketika perpustakaan mampu mendapatkan nilai yang baik, perpustakaan sekolah membutuhkan pustakawan yang kompeten untuk mengelola administrasi supaya opersional perpustakaan berjalan dengan baik sesuai dengan hasil akreditasinya. berbagai pelatihan, seminar maupun webinar bisa diikuti pustakawan sekolah supaya wawasannya selalu up to date. Perpustakaan membutuhkan jaringan untuk sama-sama berbagi informasi tentang ilmu perpustakaan itu sendiri. Berbagai pengembangan literasi juga menuntut pustakawan selalu hadir dalam khasanah keilmuan dan pengetahuan sebagai bagian dari dinamika perpustakaan.

Dalam rangka pengembangan SDM perlunya tukar pikiran dengan perpustakaan yang levelnya lebih tinggi seperti perpustakaan perguruan karena untuk menyamakan persepsi pengembangan perpustakaan. Bagi para pustakawan juga membutuhkan keahlian entrepreneur karena gaji perpustakaan yang sedikit. Seorang pustakawan bisa juga mempunyai keahlian jurnalistik, MC atau keahlian mendesain. Dengan keahliannya tersebut menjadi nilai tambah bagi pustakawan. Atau bagi yang memiliki kemampuan intelektual memadai seorang pustakawan bisa juga sebagai periset. Keahlian seperti itu akan selalu dibutuhkan tidak hanya untuk para guru saja namun juga para peneliti sebagai pendamping penelitian.

Harapannya para pustakawan sebagai aktor utama penggerak senantiasa bertindak dan berpikir yang kreatif agar profesi seorang pustakawan tidak dipahami hanya sebatas melayani pinjaman buku layaknya seperti pelayan tokp buku. Ada nilai lebih dari profesi pustakawan bila itu di sadari oleh sesama pustakawan maka tidak hanya pendidikan tapi juga masyarakat juga merasakan manfaatnya. Profesi pustakawan akan betul-betul punya nilai seperti halnya profesi dokter, pengacara ataupun juga guru. Dengan demikian kesejahteraan ujung-ujungnya akan diperoleh oleh seorang pustakawan.

Kalau di perguruan tinggi pustakawan adakah bagian dari dunia riset, Di sekolah pustakawan adalah bagian dari dunia literasi. Bila pustakawan mampu bermitra dengan baik dengan dosen maupun juga para guru maka pustakawan adalah profesi yang juga harus diperhitungkan sebagai jembatan masa depan anak bangsa (Syahirul Alem, Penggiat Perpustakaan Sekolah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun