Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan & Owner El-Tsa Collection

hobi Menulis & Berkebun Profesi Pustakawan dan Owner El-Tsa Collection

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa Susahnya Menyempatkan Baca Buku

26 Oktober 2024   10:00 Diperbarui: 26 Oktober 2024   10:13 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tradisi membaca buku makin surut di kalangan masyarakat terutama budaya ilmiah, jangankan membaca perhatian dengan buku saja susah.  Domain buku dianggap sudah tidak menarik lagi padahal ilmu pengetahuan selalu identik dengan buku. Kitab suci Al-Qur'an saja bisa terjaga selain di hafalkan juga di tulis dalam berbagai tafsir untuk mengetahui kandungan ayat secara tersirat dan tersurat. Dunia akan gelap gulita tanpa ilmu karena pada dasarnya Al-ilm adalah Nur. Ketika anak lahir ke dunia butuh pengetahuan dan juga lingkungan yang baik. Maka dikenalkan anak-anak di lingkungan PAUD dan juga praktek membaca huruf hijaiyah. Terkadanga ada anggapan sinis bahwa buku adalah teori saja sedangkan permasalahan di dunia butuh solusi praktis. Anggapan seperti itu sekilas bisa benar namun mengkambinghitamkan buku sebagai sebatas teori juga mindset yang  salah kaprah. Kenapa demikian, peran buku tidak hanya aspek kognitif saja, namun  aspek  teori adalah awal mula dari solusi yang bersifat afektif. Seperti contoh dalam mengendarai kendaraan di jalan raya butuh pengetahuan lalu lintas termasuk rambu-rambu jalan juga harus dimengerti. Apakah pengetahuan berlalu lintas harus menunggu dari pihak kepolisian untuk sosialisasi, tentunya tidak. Pelajaran pengetahuan berlalu lintas sudah diajarkan di bangku sekolah.

Dengan memahami dunia dari sisi pustaka maka kebodohan akan hilang dengan sendirinya karena yang membuat lingkungan itu serba amburadul dan bencana di mana adalah karena manusia lebih mengutamakan hawa nafsu daripada akal sehat. Sekilas membaca buku itu memang berat dan tidak menghasilkan materi. Beda bila baca buku itu menghasilkan sejumlah materi pasti semua orang akan membaca buku. Sampai saat ini belum ada strategi yang efektif  dari perpustakaan untuk memancing orang-orang untuk tekun membaca selain mempromosikan budaya literasi.

Membaca adalah kunci gerbang harapan. Siapapun bila menyempatkan diri  membaca pasti akan terlatih untuk bersikap kritis. Karena dengan membaca menjadi open minded dan tanggap terhadap berbagai dinamika sosial. Dengan banyak membaca karakter literasi akan terbentuk pada masyarakat sehingga akan berdampak positif untuk kemajuan masyarakat.

Buku ibarat lampu penerang di tengah kegelapan, tanpa pengetahuan masyarakt menjadi primitif. Era kini mencari pengetahuan tidak harus melalui buku, bisa juga melalui youtube ataupun media lainya asal mampu menambah pengetahuan namun buku tetap harus menjadi skala prioritas dan simbol pengetahuan. Kerja keras dan produktif adalah sebuah kunci kesuksesan namun dalam melangkah agar sesuai arah dibutuhkan juga bacaan baik itu buku dan sejenisnya. Di Media sosial juga banyak blog yang bisa untuk belajar. Saling berbagi ilmu seperti perkembangan  IT bisa dipelajari juga dalam berbagai blog di media sosial. Minat membaca orang terkadang muncul saat membutuhkan seperti mengerjakan sesuatu yang butuh pemecahan teknis atau juga menjalankan wirausaha seperti  ternak bagi para peternak. Banyak yang mahir dalam elektronik juga hasil membaca namun ada juga yang membaca saat butuh atau tidak butuh seperti seorang cendikiawan.

Yang terpenting adalah membiasakan membaca saat usia anak-anak sudah terlatih untuk membaca. Mulai dari bacaan yang ringan-ringan saja yang terpenting adalah mengenal buku atau blog tulisan di media sosial. Dengan pembiasaan membaca lingkungan menjadi serba melek pengetahuan. Mampu memandang problematika dari berbagai perspektif kehidupan Serta memahaminya dengan solutif. Saat ini anak-anak lebih tertarik pada game, tidak peduli waktu setiap saat bisa dimainkan alat hpnya karena di situ juga ada aplikasi game. Anak-anak sudah tidak berminat lagi dengan buku. Orang dewasa juga makin apatis terhadap buku  akibatnya buku buku bermutu di jual murah muriah. Bahkan toko-toko buku juga banyak yang mengalami kebangkrutan karena sepi peminta atau pembeli.

Proses pengenalan akan dunia buku sebagai bacaan penting, hal ini bisa di mulai ketika pembelajaran tentang keagamaan seperti akhlak dan praktek ibadah dimana sejak dini dituntut untuk membaca dan memahaminya serta buku=buku yang berisikan tentang flora dan fauna pada anak-anak usia dini untuk pengenalan lingkungan. Bagi anak usia dini yang paling dibutuhkan adalah pengenalan lingkungan sehingga buku bisa menjadi tahap awal untuk mengenalinya. Jadi memang membutuhkan strategi dan program serta sasaran yang tepat agar membaca buku kembali membudidaya dan berfungsi untuk mencerdaskan seluruh lapisan masyarakat. (Syahirul Alem, Pemerhati Sosial & Pustakawan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun