Siapapun orangnya tidak ingin gagal dalam menuntaskan pekerjaannya, apapun yang dikerjakan harus sukses apalagi kalau ada hubungannya dengan uang. Selain Uang juga ada satu hal sebagai pendukung kesuksesan yaitu spirit atau motivasi. Siapapun orangnya juga akan makin termotivasi bila kerja yang dilakukan mempunyai nilai prestise dan dihargai secara professional. Kerja keras untuk kehidupan dan biaya hidup saat ini harus berbanding lurus dengan penghasilan.Â
Fenomena kehidupan sosial dimana kehidupan lebih besar pasak daripada tiang membuat seseorang harus jungkir balik mencari tambahan sana sini untuk menutup kekurangan hidup. Tujuan kerja seperti itu terkadang sulit dipertanggungjawabkan secara professional, di satu sisi orang yang bekerja terkadang tidak bisa fokus dengan pekerjaan tersebut, di sisi lain  orang yang memberi pekerjaan terkadang memberi upah sekedarnya saja. Padahal yang namanya pekerjaan harus diukur juga dengan tingkat kepuasan terutama orang-orang yang menikmati hasil pekerjaan  itu.
Dalam berbagai kasus antara kerja dan kinerja juga terkait dengan sebuah kultur. Seperti para TKW di negara Timur Tengah sebenarnya secara skill para TKW tersebut sudah mendapatkan training yang memadai oleh para agen yang mengirimnya namun pada akhirnya banyak juga TKW yang bermasalah di negeri arab. Bahkan ada yang nyaris mengalami berbagai hukuman termasuk juga hukum gantung karena melakukan tindak pidana berat.Â
Ada juga yang mengalami kasus pemerkosaan oleh majikan. Ini semuanya terjadi karena kultur di negeri arab yang memperlakukan tenaga kerja perempuaan layaknya hamba sahaya tanpa peduli para TKW adalah tenaga kerja dari negara lain yang terikat secara aturan. Dan masih banyak lagi contohnya seperti kerja di sektor pendidikan mencakup guru honorer & tenaga kependidikan yang sampai saat ini belum  jelas nasib dan kesejahteraannya.
Kerja-kerja teknis memiliki nilai yang kuat untuk mendapatkan upah yang tinggi seperti kerja IT, kerja-kerja Insiyur sipil maupun pertambangan, selain itu juga kerja kesehatan seperti para dokter karena kesehatan adalah penolong jiwa seseorang. Semangat untuk menghargai profesi apapun penting sekali dalam rangka untuk memotivasi supaya kinerjanya lebih optimal. Jangan sampai ada tenaga kerja yang termarginalkan padahal mempunyai funsi kerja yang jelas dan sumbangsih yang besar seperti tenaga kebersihan rutin
Berbagai pelatihan pekerjaan yang dilaksanakan oleh dinas tenaga kerja juga seiring makin tinggi peminatnya, pilihan SMK Kejuruan dan sekolah Vokasi merupakan kesadaran bahawa tantangan kerja yang kompetitif membutuhkan high skill ataupun bila tidak ada kesempatan kerja daya dukung ketrampilannya bisa  untuk menjalankan usahannya sendiri. Yang terpenting dari kerja keras selain tujuannya yang tercapai  juga di sertai upah yang layak sehingga kesuksesannya mempunyai nilai yang tinggi serta kepuasan batin. Karena kerja seberat apapun bilamana lahir dan batinnya klop tentu akan berdampak positif terhadap kinerjannya.
Satu hal yang penting dalam bekerja harus memiliki moral kerja. Moral kerja adalah suatui yang fundamental untuk menekuni profesinya dengan berbagai lika-liku tantangannya. Saat ini pekerjaan apapun juga dibantu dengan berbagai aplikasi untuk mempermudah pekerjaannya tersebut. Semakin tinggi teknologinya akan mempermudah pekerjaan yang rumit dan tidak efisien.Â
Meskipun Ada juga beberapa pekerjaan yang juga membutuhkan kolektifitas  sehingga kesuksesan tidak hanya secara individu saja tapi juga kesuksesan kolektif seperti kerja-kerja dalam berorganisasi. Kerja-kerja kolektif seperti berorganisasi juga terkait dengan pola pikir untuk memajukan sebuah sistem. Dalam sebuah sistem membutuhkan personel penggerak untuk meningkatkan kinerjanya tersebut. tidak boleh ketika sebuah keberhasilan kolektif terjadi saling klaim sebagai penentu kesuksesan.
Makin tinggi SDM yang di tandai dengan banyaknya lulusan Sarjana adalah bukti bagaimana negara dan Penyelenggara pendidikan sukses meningkatkan SDM sebagai modal untuk mewujudkan kemajuannya. Di sisi lain melimpahnya SDM sarjana juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kesempatan kerja di sektor tersebut. Apapun kerjanya bagi seorang sarjana harus menggunakan mindset dan pola yang sesuai dengan SDMnya.Â
Dalam dunia kerja yang heterogen sering terjadi gesekan antara sarjana dan non sarjana apalaga bila menyangkut skill kerja yang harus dikuasainnya. Maka unsur penentunya adalah bagaimana sebuah kepemimpinan dalam lembaga atau institusi itu mendudukan SDM dan fungsi kerja sesuai petunjuk teknis dan arahan pekerjaan tersebut, sehingga dapat menghindarkan terjadinya gesekan yang justru kontraproduktif dengan dunia kerja itu sendiri. (Syahirul Alem, Pustakawan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H