Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan & Owner El-Tsa Collection

hobi Menulis & Berkebun Profesi Pustakawan dan Owner El-Tsa Collection

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cita-cita Kesiangan

9 Agustus 2024   07:35 Diperbarui: 9 Agustus 2024   08:25 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memasuk tahun ajaran baru, Arul sangat bersemangat menyosongnya. Kelas baru, wali kelas baru, terasa memotivasi dirinya. Ketika pertama kali masuk kelas XII  kawan-kawan dekat Arul di OSIS masuk satu kelas mereka adalah Jamal, Eddy dan Sriyati. Dan sesuai dugaan Arul. Santi teman yang mulai akrab waktu di rumah Agus ternyata juga satu kelas. Wali Kelas XII A adalah Pak Hilman. Kelas XII A adalah kelas favorit yang siswanya pandai-pandai dan rajin.

Ketika pertama masuk, pak Hilman lebih banyak memotivasi anak-anak kelas XII A dalam belajar supaya nanti di ujian akhir mendapat nilai bagus. Pak Hilman berharap kelas ini mempertahankan tradisi 80% siswanya di terima di perguruan tinggi Negeri. Setelah lama menyampaikan kata-kata untuk memotivasi anak-anak tibalah waktunya Pak Hilman  mendengarkan harapan dan cita-cita para siswa.

Satu per satu mereka harus sampaikan di depan kelas. Setelah beberapa anak menyampaikan harapan dan cita-citanya, kini giliran Arul menyampaikan di depan teman-teman dan Pak Hilman.

Semua tampak serius memperhatikan Arul,

"Terimakasih atas izinnya, terus terang kalau bicara cita-cita sejak kecil saya ingin jadi Dokter, namun tiba-tiba berubah saat saya membantu paman bertani dan berkebun kemarin waktu kelas XI. Ternyata jadi Petani adalah pekerjaan yang asyik dan mulia, sehingga saya terobsesi menjadi Insiyur Pertanian"

Tiba tiba Pak Hilman bertanya "kenapa cita-cita yang sudah lama kamu pupuk tiba-tiba berubah"

"Ma'af pak, saya merasa lebih pas jadi Insiyur Pertanian karena punya hobby menanam. Kalau saya jadi Dokter kurang sreg kayaknya"

"Ya...semoga kamu konsistensi... Rul, punya cita-cita terpendam harus dicamkan sejak dini, kalau sudah besar gini termasuk cita-cita kesiangan tapi lebih baik daripada sekedar ikut arus.

Kemudian Arul diminta meneruskan bicaranya.

"Harapan saya, ketika lulus dari SMA ini. Saya ingin lanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor"

"Sebuah cita-cita dan harapan yang bagus Rul, kalau kamu ingin masuk IPB". Motivasi Pak Hilman.

Walau dikatakan Pak Hilman Cita-cita Kesiangan, Arul justru terbakar hatinya bahwa dia konsisten dengan apa yang di katakanya. Arul ingin mewujudkan itu lewat jalur pretasi Akademik melalui nilai raport dan piagam yang dia terima, sehingga dia tidak susah-susah ikut test masuk PTN . Cerita-cerita tentang kampus IPB sebagai Kawah Candradimuka ahli ahli pangan baik ilmu pertanian maupun peternakan menjadi motivasi tersendiri bagi Arul. Apalagi tantangan dunia adalah kerawanan pangan bisa saja terjadi. Itulah alasan kuat bagi Arul seorang anak pintar yang punya dedikasi dan harapan tinggi.

Idealisme Arul makin menggelora di awal-awal masuk sekolah, apalagi sudah masuk jenjang penjurusan. Kisah dengan Aida agak terhambat namun kedekatan dengan Indah masih terjaga bahkan cenderung intens karena sama-sama klas XII A dan punya cita -cita yang sama sebagai Insiyur Pertanian.

Kini berkunjung ke rumah Indah tidak lagi canggung bahkan sudah terbiasa, orang tua Indahpun sudah mengenal Arul. Pernah terbesit ide bersama antara Arul dan Indah untuk sama-sama memiliki green house. Green house ini adalah sebuah rumah sederhana yang didalamnya dipenuhi berbagai tanaman. Agar lebih bermanfaat mereka memilih tanaman Apotik hidup, di samping bibitnya murah dan mudah di dapat.

Proyek bersama Arul dan Indah makin mengakrabkan keduannya. Mereka sering berkomunikasi lewat chat WhatsApp maupun bertemu langsung. Semua teman-teman mereka tidak banyak yang tahu perihal kedekatan mereka termasuk Aida sendiri.

Suatu saat mereka agak bingung dengan tempat Green house mereka, akhirnya Indah ada ide kalau Green house itu berada di samping rumahnya. Lahan yang lumayan sekitar 4x6 meter. Ayah Indah bersedia membuatkan Green House tersebut. Walaupun agak menyusahkan Arul karena harus sering-sering ke rumah Indah, setidaknya sebagai aktivitas pengganti karena sebentar lagi purna jadi pengurus OSIS.

Awalnya Arul agak sungkan sering datang ke rumah Indah, namun karena ini proyek bersama jadi penyemangat bagi Arul. Semua jenis tanaman Arul tanam melalui polybag bersama Indah. Keduanya juga sama-sama belajar dengan membaca berbagai literasi dalam bacaan .

Sehingga terbesit dalam pikirannya Arul untuk menawarkan bibit tersebut secara on-line.

"Wah, bagus juga idemu....Rul, Aq setuju". Jawab Indah

"Motivasi dari cita-cita kesiangan".Jawab Arul teringat ucapan wali kelasnya.

"Ada-ada saja kamu, Rul".Balas Indah yang tidak mengerti maksud ungkapan Arul.

Jadilah mereka yang hanya sekedar bikin Green house terus jadi penjual bibit tanaman Apotik hidup. Arul dan Indah jadi teman karib dalam berjuang untuk menggapai masa depan.

Karena terbiasa sebenarnya ada niat untuk jadi sepasang kekasih tapi karena idealisme keduanya dan usia masih remaja untuk sementara terabaikan walaupun sebatas cinta monyet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun