Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan & Owner El-Tsa Collection

hobi Menulis & Berkebun Profesi Pustakawan dan Owner El-Tsa Collection

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi Buku Ensiklopedia bagi Anak-anak

2 Maret 2024   10:46 Diperbarui: 2 Maret 2024   11:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mencengangkan sebuah data dari World Population Review 2022 yang diberitakan oleh berbagai media, nilai rata-rata IQ penduduk di Indonesia adalah 78,49. Skor ini menempatkan Indonesia di posisi ke-130 dari total 199 negara. Bahkan dengan sesama negara-negara di kawasan ASEAN dari sebelas negara,  Indonesia berada diurutan ke 10 sedikit diatas bekas saudara propinsi yaitu : Timor Leste. Sedangkan Negara di kawasan ASEAN dengan rata-rata skor IQ tertinggi yang pertama adalah Singapura. Rata-rata skor IQ dari negara tersebut sebesar 105,89. Nilai IQ ini erat kaitannya dengan sistem pendidikan sebagai otoritas yang mencerdaskan sumber daya manusia Indonesia. Perpustakaan sekolah sebagai bagian dari sistem sekolah mencoba menginisiasi buku-buku ensiklopedia sebagai media untuk melejitkan wawasan anak-anak sejak usia sekolah dalam rangka menyambut hari perpustakaan sekolah internasional setiap tanggal 18 Oktober.

Pengalaman membaca buku ensiklopedia, terasa tidak membosankan bagi orang yang benar-benar hobby membaca buku, seolah-olah bagaikan orang yang haus pengetahuan, kenapa dikatakan demikian karena bila kita buka lembar demi lembar buku ensiklopedia, seorang pembaca seakan dibawa pada berbagai pengetahuan baru walaupun pengetahuan tersebut hanya sebatas ringkasan. Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tumbuh berkembangnya budaya instan asal copy paste terutama dengan memanfaatkan perkembangan teknologi internet, anak terkesan malas untuk sekedar membaca sehingga banyak dijumpai anak yang sok pintar sejatinya miskin pengetahuan apa yang mereka tahu adalah sekedar baca di internet melalui berbagai aplikasinya seperti facebook, twitter, Instagram, Konten Youtobe maupun tiktok dan aplikasi lainnya. Lalu adakah harapan bagi anak untuk sekedar memperhatikan buku ensiklopedia sebagai jendela menuju sumber keilmuan yang sebenarnya yang telah mereka pelajari lewat bangku sekolah. Untuk menggugah minat anak terhadap buku ensiklopedia tersebut tentu tidak hanya sebatas mengenalkan saja tapi juga disertai penindaklanjutan seperti: adanya sinergi antara mapel tertentu dengan buku buku ensiklopedia dalam tugas harian anak ataupun tugas untuk meresum suatu materi yang bersumber dari buku ensiklopedia.

Untuk mengakrabkan lingkungan sekolah dengan buku ensiklopedia pada anak butuh kelengkapan buku ensiklopedia tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit yaitu  ketersediaan maupun kelengkapannya di perpustakaan sekolah, kalau itu dibebankan pada pihak sekolah mungkin berat karena fokus sekolah hanya menyediakan buku-buku mapel. Maka dari itu agar ketersediaan buku ensiklopedia mencukupi, diperlukan bantuan dari berbagai pihak terutama para pemangku kepentingan misalnya kalau itu terkait dengan ensiklopedia keagamaan bisa dimintakan pada yayasan dibawah naungan ormas keagamaan seperti : NU atau Muhammadiyah, MUI, DMI dan sebagainya. Bila terkait dengan ilmu-ilmu faal bisa  juga pihak rumah sakit atau PMI, terkait dengan ilmu social atau tentang ensiklopedia cegah bencana alam bisa melalui yayasan dan perguruan tinggi ataupun berbagai pihak yang terkait dengan hal-hal tersebut sebagai donatur buku-buku ensiklopedia.

Mengingat peran strategis buku ensiklopedia sebagai buku dengan berbagai khasanah keilmuan yang luas serta menimbang peran buku buku ensiklopedia sebagai penghantar jendela ke ilmuan akan lebih baik jika pengenalannya lebih ditekankan pada anak anak didik, karena kalau tidak dikenalkan sejak dini barangkali buku-buku ensiklopedia hanya tinggal pajangan saja,masalahnya  anak anak sekarang lebih tertarik memainkan gadget sebagai media untuk mengenal dunia luar. Agar tidak punah karena perkembangan zaman maka buku buku ensiklopedia bisa dibuat dalam dua versi yaitu versi manual yang dibuat dari buku atau juga melalui buku elektronik seperti e-book ataupun ensiklopedia online, memang bila dilihat dari kondisi fisik buku ensiklopedia, orang melihatnya sudah malas karena terlalu tebal, agar terkesan tidak malas maka berbagi isi dari buku ensiklopedia perlu di jelaskan serta manfaat penggunaannya, disilah peran pustakawan untuk lebih intens Mengingat manfaat yang sangat besar, perlu dan mendesak untuk dibentuk kajian ensiklopedia di lingkungan sekolah sebagai upaya untuk mengakselerasi kemampuan anak yang ujung-ujungnya  melejitkan pengetahuan anak-anak.

Bila sejak dini anak anak terlatih dengan buku ensiklopedia bukan mustahil bakat-bakat literasi, sehingga sekolah memiliki duta-duta yang kompetitif untuk bersaing dalam lomba Olimpiade Sains. Karena sudah mempunyai podasi yang kuat karena terbiasa berliterasi dengan buku-buku ensiklopedia. Harapannya pada masa yang akan datang bakat-bakat sains terjadi pemerataan sehingga cerita-cerita para juara Olimpiade Sains kebanyakan dimenangkan sekolah yang punya keunggulan dan wawasan akademis bisa pudar. Maka dari itu sejak dini buku ensiklopedia harus sudah tersedia di semua jenjang pendidikan mulai tingkat PAUD sampai perguruan tinggi. Selain untuk melejitkan pengetahuan anak juga untuk meningkatkan berbagai wawasan anak sehingga mereka mampu menyikapinya dalam pergaulan dengan lingkungannya, anak yang mengenal berbagai hal tentu sangat memudahkan terbentuknya lingkungan yang dinamis dan terbuka apalagi di tengah kebhinekaan masyarakat kita, mungkin hanya pribadi pribadi yang punya keilmuan yang mendalam dan berwawasan yang mampu menyatukan berbagai perbedaan di tengah masyarakat. Karakter anak yang punya dasar keilmuan yang luas tidak akan mudah terpancing dengan berbagi isu terutama SARA yang akhir akhir cenderung mengemuka bahkan sudah merambah ke dunia politik.

Sebagai upaya untuk melejitkan pengetahuan anak, buku buku ensiklopedia layak dipertimbangkan sebagai bacaan umum layaknya buku buku lainnya karena kemajuan tanpa pengetahuan adalah suatu hal yang mustahil, apalagi kado emas 100 tahun Indonesia merdeka adalah anak-anak yang diharapkan punya pengetahuan yang luar biasa tentu akan sia-sia bila bakat bakatnya tergali hanya sebatas pengetahuan biasa atau hanya sebatas waswasan internet. Boleh dikatakan kalau kita punya tokoh hebat seperti BJ Habibie maka untuk mencetak Habibie Habibie baru butuh anak yang mempunyai ketekunan dan kemauan, buku buku ensiklopedia adalah menu yang juga harus dilahap. Tekad pemerintah sekarang yang menjadikan pilar kemajuan menuju Indonesia hebat dengan membangun infrastruktur dimana dimana, adalah sebuah contoh bagi modernisasi bangsa ke depan yang tentunya harus diimbangi dengan SDM di semua tingkatan dan lapisan masyarakat, sehingga penting untuk ketersediaan buku ensiklopedia tidak hanya perpustakaan di sekolah tapi juga perpustakaan di daerah dan juga perpustakaan keliling.

Cita-cita besar untuk mewujudkan generasi emas telah diwujudkan dengan menggalakan pendidikan anak usia dini di tiap satuan pendidikan di desa-desa maka akan lebih lengkap bila sarana prasaran pendukungnya perlu juga di galakkan dengan memberi bantuan berupa buku-buku ensiklopedia. Penting juga digalakkan di tingkat desa ataupun RT RW sebuah taman bacaan masyarakat dalam bentuk buku ataupun juga e-book sebagai bentuk pemanfaatan jaringan internet, dengan tujuan supaya tidak hanya anak anak saja tapi juga para orang tuanya juga mengenal apa itu buku ensiklopedia karena biasanya orang tua cenderung menginginkan anaknya memiliki keterampilan hidup supaya bisa kerja dan sejahtera. Bagi orang tua yang mampu barangkali senang membelikan anak anaknya barang barang lux, jadi pengenalan buku ensiklopedia hanya sebatas eksklusif untuk kalangan terbatas yaitu keluarga yang terdidik. Sehingga sasaran pemerintah untuk perbaikan sumber daya manusia supaya lebih melejit pengetahuannya hanya mengena sekian persen dari penduduk Indonesia akibatnya gap sumber daya manusia makin melebar.

Sistem demokrasi yang saat ini terus berjalan dan makin berkembang yang ditandai dengan pemilihan langsung baik presiden, wakil presiden dan wakil rakyat secara serentak, penting sekali untuk membangun tatanan demokrasi lewat usaha untuk melejitkan pengetahuan rakyatnya dengan dukungan literatur yang berwawasan luas dan dinamis. Sehingga tatanan masyarakat yang dicita citakan yaitu adil, makmur, sejahtera, cerdas dan mandiri dapat terwujud manakala masyarakatnya akrab dengan dunia literasi sebagai  bagian dari pilar untuk membangun demokrasi yang sehat, mapan dan menyejahterakan. Diharapkan kedepannya anak-anak Indonesia makin cakap dengan dinamika zaman yang menuntut untuk berpacu dalam keunggulan sains, hanya bangsa yang memiliki keunggulan SDM yang akan menguasai peradaban. (Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun