Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh kelompok PMM UMM Gelombang 17 Kelompok 63, pihak KWT (Kelompok Wanita Tani) Sri Mulyo menyatakan bahwa salah satu kesulitan yang ada di KWT tersebut adalah pemasaran abon lele. Hal ini dikarenakan kemasan yang digunakan pihak KWT terlalu besar sehingga harganya pun mahal. Abon ikan lele yang berharga Rp 30.000 dengan berat 100gram masih dianggap mahal oleh konsumen.
"Saya merasa konsumen enggan mengeluarkan uangnya karena harga abon lele yang terlalu mahal. Menurut riset yang saya lakukan konsumen merasa harga Rp 30.000 terlalu mahal. Beda cerita apabila suatu barang diberi harg dibawah Rp 20.000 maka konsumen akan dengan mudah mengeluarkan uangnya untuk membelinya. Nah, karena itu kemasan abon lele kami perlu diubah", ujar Ketua KWT Sri Mulyo.
Kemasan kerap kali diartikan sebagai pembungkus sebuah produk yang berfungsi untuk melindungi, menampung, memberikan identifikasi, serta mempromosikan suatu produk. Akan tetapi kemasan juga memiliki pengaruh besar terhadap daya tarik konsumen. Konsumen sering membeli produk karena kemasannya unik dan lucu.
Berdasarkan hal tersebut mahasiswa PMM UMM langsung berinisiatif untuk mengubah ukuran kemasan agar harganya lebih murah. Selain itu, juga dilakukan desain ulang kemasan agar lebih terlihat eyecatching sehingga masyarakat pun tertarik untuk membelinya karena desain kemasan yang bagus, unik, dan lucu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H