Pendidikan merupakan suatu proses di mana seseorang belajar untuk mengembangkan minat dan bakatnya dan menyesuaikan diri di dalam suatu kelompok besar yang dilakukan dengan bimbingan orang lain atau menggunakan cara-caranya sendiri. Kearifan lokal sendiri adalah nilai atau pandangan masyarakat lokal terhadap lingkungannya yang diwariskan selama berabad-abad untuk menyelaraskan hidup.
Pendidikan berbasis kearifan lokal di sini tetap diadakan tentunya untuk menjaga keberadaan nilai-nilai yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Sehingga, dengan adanya pendidikan berbasis kearifan lokal, diharapkan mampu menjaga kelestarian budaya dan kelangsungan hidup umat manusia yang berdasarkan tradisi.
Ekstrakurikuler tari merupakan salah satu eksistensi kearifan lokal yang sejak dulu menjadi sebuah kegiatan cukup diminati. Keberadaan ekstra tari tersebut sangat menarik bagi siswa-siswi pencinta budaya. Pastinya, juga dapat memfasilitasi mereka untuk terus menggali minat dan mengembangkan bakatnya.
Salah satu budaya kearifan lokal yang perlahan memudar adalah membiasakan salam dan senyum pada setiap kesempatan bertemu orang yang dikenal. Suara kebiasaan turun temurun yang telah ditanamkan, seharusnya mampu terus bertahan dalam gempuran arus budaya barat. Kebiasaan salam, senyum, sapa menggambarkan masyarakat Indonesia yang ramah, suka ketenangan dan kedamaian, solidaritas yang tinggi, dan menjaga warisan dari para pendahulunya.
Salam, senyum, dan sapa diharapkan tetap berdiri tegak dalam masyarakat Indonesia, khususnya pada dunia pendidikan. Sehingga ketika hal tersebut ada, dunia pendidikan juga pasti mampu menerapkan peraturan untuk menjaga kebersamaan antar para siswa dengan menjadwalkan piket kelas. Hal-hal kecil seperti inilah yang nantinya menjadi dasar bagi mereka untuk melakukan hal yang lebih besar lagi. Para siswa akan terus mencari sesuatu yang menggambarkan semangat kebersamaan dan ketenangan lain yang lebih banyak untuk dijadikan pusat dalam melanjutkan kehidupan sosial.
Kebudayaan kearifan lokal di tengah para siswa yang hingga hari ini mengikuti perkembangan teknologi tentunya cukup sulit. Apalagi mereka mulai mengikuti gaya hidup kebarat-baratan dan segala hal tentang dunia luar. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menjadikan manusia menyerah untuk tetap mempertahankan eksistensi kearifan lokal agar menjadi sebuah kepentingan yang diutamakan dalam dunia pendidikan.
Seperti halnya kebijakan dari hampir seluruh sekolah di Indonesia yang menerapkan pemakaian baju batik sebagai seragam tetap untuk melaksanakan pembelajaran. Dengan adanya kebijakan seperti ini, akan membuat para siswa perlahan cinta pada ciri khas bangsanya sendiri. Pengadaan baju batik sebagai baju wajib juga mampu menanamkan sebuah pemikiran di dalam diri para siswa bahwa cinta bangsa dan budaya tidak harus menguras energi dengan mengarahkan negaranya untuk mengikuti budaya luar negeri, tapi salah satunya bisa dengan mengenakan kain motif batik dari berbagai daerah. Sehingga nilai tersebut akan terus turun kepada anak cucu bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H