Mohon tunggu...
Dwin
Dwin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang makhluk ciptaan Tuhan yang unik, Hobi menulis dan bermimpi, Karena saya percaya bahwa tidak ada harapan jika tidak ada khayalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Ibrahim tentang Keimanannya untuk Menenangkan Hatinya

3 Juli 2024   12:22 Diperbarui: 3 Juli 2024   12:33 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika Nabi Ibrahim AS mengajukan pertanyaan kepada Allah yang diceritakan dalam QS. Al-Baqarah;260. Ketika itu Nabi Ibrahim AS ingin melihat satu di antara tanda-tanda kebesaran Allah, dan itu adalah bagian dari iman yang ada dalam hatinya, bukan karena beliau kurang yakin atau tidak percaya dengan Allah. Beda antara kebenaran dan pembenaran. Kebenaran boleh menyisakan ruang untuk bertanya seperti pertanyaan Nabi  Ibrahim As. Tetapi pembenaran akan menutupi pintu hati untuk menerima kebenaran yang sejati, seperti yang terjadi pada Abu Jahal Amr bin Hisyam.

Allah menghendaki pengalaman yang hakiki dengan cara Nabi Ibrahim As. Keyakinan Nab iIbrahim AS bertambah kokoh, lalu beliau menjadi orang yang sangat tenang dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Itulah jalan keimanan bukan pembenaran, tetapi betul-betul meyakini kebenaran sembari beramal, bergerak, melaksanakan berbagai perintah Allah, sampai pelaksanaan perintah Allah menjadi ketentraman hati. Taat kepada Allah sebagaimana ingat kepada Allah dan dzikir itu menentramkan.

Dalam QS. ASy-Syu'ara;78 Nabi Ibrahim AS menggambarkan bagaimana kemesraan, keakraban antara beliau dan rabb-nya yang telah beliau tempuh berbagai ujian, yang telah dia tanyakan bagaimana Allah menghidupkan yang mati sampai beliau merasakan betul menaati perintah-nya untuk mendapatkan bukti yang menentramkan hati.

Allah yang menciptakan manusia, bahkan orang musyrik pun meyakini Allah adalah pencipta. Kita sebagai mukmin juga meyakini bahwa "sungguh, kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (QS> At-Tin:4) Maka berbanggalah karena manusia adalah makhluk terindah dalam bentuk dan ciptaan.

Allah menyebutkan Nabi Ibrahim AS bagi kita dengan sebutan "ayah" (QS. Al-Hajj:78). Dipertegas oleh Rasululah ketika Rasulullah mengajarkan sebuah dzikir yang diucapkan beliau setiap pagi dan petang. Inilah yang menjadi tuntunan bahwa tidak akan pernah sempurna kehidupan laki-laki kecuali betul-betul tahu bagaimana ayah teladan bagi orang-orang yang beriman. Kesuksesan Nabi Ibrahim AS ketika menjadi seorang ayah sampai melahirkan seorang Nabi yang luar biasa bernama Ismail AS, bukti ketaatan ketika ada peristiwa penyembelihan yang dilakukan kepadanya. Dan didapati ada anak beliau lainnya, Ishaq AS dan beliau pun menjadi seorang nabi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun