Saya mengambil cerita ini dari sosok-sosok yang sangat menginspirasi, ketika mereka mendapat ejekan, mereka menanggapinya dengan tenang, dan membuktikan kepada yang mengejeknya bahwa itu tidak  benar. Siapakah mereka ?
- kisah Abu ja'far Ath-Tahawi
- Abu ja'far Ath-Tahawi memiliki hubungan kekerabatan dengan seorang ulama besar bernama Muzani. Ketika masih kecil, beliau banyak menemui kesulitan dalam menguasai pelajaran yang disampaikan oleh pamanya itu. Sehinga ketika imam Muzani ini agak kehilangan kesabaran, beliau berkata, kamu ini tidak berbakat menjadi ulama".
- Namun perkataan itu justru menjadi cambukan yang melecut Abu Ja'far Ath-Tahawi. Lalu beliau belajar siang dan malam, begadang, berdoa dan bertawasul dengan kebaikan supaya beliau dimudahkan dalam mempelajari ilmu. Dan dengan seizin ALlah, AKhirnya Abu ja'far ATh-Tahawi mennjadi salah satu ulama besar. Bahkan namanya lebih besar daripada imam muzani, sang paman yang pernah merendahkan beliau. Abu ja'far Ath-Tahawi berkata, " kalau saja saat itu pamanku masih hidup, mungkin dia akan membayar kaffarah atas kalimat yang pernah disampaikan ketika bersumpah bahwa orang semacam diriku tidak akan menjadi seorang ulama."
- Kisah Dawud Azh-Zhahiri
- Dawud Azh-Zhahiri merupakan salah satu ulama Mandzab Zahiriyah ketika menjadi ulama, beliau berangkat dari kondisi tidak tahu apa-apa di usia yang sudah lebih dari 30 tahun. Pada suatu wakktu beliau pergi ke masjid, dan saking bodohnya beliau tidak tahu tentang shalat tahiyatul masjid. ketika masuk ke dalam masjid beliau langsung duduk. Lalu orang-orang di samping kanan kirinya mencolek beliau dan berkata, "kenapa kamu tidak shalat tahiyatul masjid? mengerti sunnah tidak?
- Perkataan itu menjadikan beliau tersadar bahwa ada yang namanya shalat tahiyatul masjid, akhirnya beliau shalat tahiyatul masjid dua raka'at. Lalu beberapa hari kemudian, beliau masuk ke masjid setelah sholat ashar, tanpa sadar beliau melakukan shalat tahiyatul masjid, padahal madzhab yang berlaku pada kawasan itu tidak ada shalat sunnah setelah shalat ashar, walaupun itu shalat tahiyatul masjid. setelah melakukan shalat tahiyatul masjid, ada seseorang yang berkomentar, "bodoh sekali, apakah dia tidak tahu bahwa tidak ada shalat sunnah setelah shalat ashar?"
- Di situlah beliau bingung, dan berkata "bodoh" itulah yang terngiang-ngiang di telinganya, sampai akhirnya beliau semangat belajar. Karena kalimat "bodoh" itu tidak menjadikan beliau luruh dan kalah, beliau pun akhirnya berhasil menjadi seorang ulama besar.
- Kisah Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash
- Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash lahir dari seorang ibu yang terkenal dengan kecantikannya. Tapi Allah menguji bagaimana anaknya kelainan dalam masalah fisik dengan pundak yang tinggi dan menyatu dengan lehernya. Ketika melakukan perjalanan umrah, belau pun berdoa "ya Allah bebaskanlah leherku dari ancaman api Neraka." Lalu ada seorang wannita yang mendengar Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash sedang berdoa, lalu berkata, "mana pundakmu? kan kamu tidak punya pundak"
- Perkataan itu menjadikan Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash merasa sedih, dan beliau datang kepada ibunya. Lalu sang ibu pun memeluknya dengan hangat, sembari berbisik "Nak, tidak ada yang bisa memuliakan dirimu kecuali ilmunya Allah untuk kehidupan akhiratmu dan kehidupan duniamu." "Belajarlah dengan ilmunya Allah, takutlah dengan  ilmu akhirat yang kamu pelajari, insyaAllah kemuliaan yang kamu dapatkan jauh lebih mulia daripada kemuliaan yang diberikan manusia"
- Kalimat itu menjadi bekal bagi seorang Muhammad Abdurrahman Al-Auqash untuk  terus belajar. Akhirnya beliau menjadi ulama besar yang sangat berwibawa, bahkan beliau menjadi Qadi di kota Makkah.
Apa yang bisa dijadikan pengingat dalam kisah ini ?
- Orang mukmin harus memiliki keterampilan pada hatinya, maka setiap hujatan yang ditujukan kepada dirinya haruslah dijawab dengan cara elegan. Karena terkadang celaan dan hujatan itu justru menjadi sebuah tonggak kemenangan dan bisa menjadi sebuah kebaikan pada kehidupan orang yang dihujat.
- Ketika sedang dibully, sebenarnya kita memiliki beberapa pilihan, yaitu: (1) Membiarkan, tidak menganggap penting, dan tidak melakukan apa-apa atas bullyan tersebut. (2) Terkubur dan kalah dengan bullyan tersebut. (3) Menempatkan bullyan tersebut menjadi pemersatu  dan menjadi motivasi untuk bangkit kembali
- Perjalanan untuk membalas setiap bullyan itu tidak selalu dengan kalimat-kalimat provokatif atau bernada ancaman. Tapi cara terbaik untuk kita membalas itu semua adalah dengan membuktikan. Karena membuktikan itujauh lebih melegakan dan menguatkan kebaikan untuk kita.
- Mendapat bullyan itu memang pahit, makanya sunnah bukan hanya melarang bullyan, tetapi sunnah juga mengkondisikan bagaiman kita merespon setiap bullyan untuk disikapi dengan kalimat yang terbaik. Supaya bisa menjadi pelecut yang memberikan kekuatan untuk kita menjadi seorang yang jauh lebih baik.
- Setiap bullyan harus disikapi dengan sikap yang elegan, tidak perlu emosi membabi buta untuk membalas. Cukup berikan pembuktian, karena pembuktian adalah sebuah jawaban yang tidak bisa diingkari oleh siapa pun. Jadikan bullyan itu menjadi sebuah loncatan keberhasilan dan juga keberkahan pada kehidupan kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!