Menurut saya Prabowo sebenarnya tidak terlalu mempersoalkan 'perjanjian Batu Tulis' mengingat rasa pede-nya yang besar sekali dan merasa yakin dirinya paling tidak akan bisa mengalahkan sosok Megawati-nya PDI-P kalau ternyata nanti Megawati-lah yang tampil sebagai calon dari PDI-P. Yang tidak disangka-sangka adalah tiba2 di dunia politik Indonesia ini dikejutkan dengan munculnya seorang 'Rising Star' dengan elektabilitas yang sangat tinggi sekali dibandingkan calon2 partai lain, dan sang 'rising star' ini diusung oleh PDI-P. Inilah yang membuat timbul rasa ketakutan yang sangat besar tidak hanya pada Prabowo bahkan kepada semua calon2 lainnya yang ingin/sudah mendeklarasikan diri, bahkan mungkin cenderung menjadi frustasi. Rasa frustasi ini menimbulkan rasa kekecewaan yang sangat dan diimplementasikan dengan rasa marah yang meluap (baru disini 'perjanjian Batu Tulis' itu dipersoalkan). Dan karena marah maka segala ankara murka keluar dari mulut yang bersangkutan seakan-akan beliau satu-satunya orang tidak pernah berbuat kesalahan.
Diingatkan pula istillah dari Bung Karno, Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan Sejarah, dan yang dituju adalah perjanjian Batu Tulis (sejarah buat siapa, pribadi-pribadi atau bangsa ?). Tapi menjadi benar kalau kita memang harus jangan pernah melupakan sejarah, bahwa dinegeri tercinta kita ini, pernah terjadi suatu masa dimana orang2 kehilangan hak-hak sipil/azasinya, tidak boleh mengekspresikan pemikirannya, tidak boleh menuntut hak2 politiknya, dan segudang 'tidak boleh' yang ditentukan oleh penguasa saat itu untuk mengabadikan kepentingan politik mereka. Dan tentu yang masih melekat dalam ingatan kita (dan masih menjadi tanda tanya besar sampe sekarang) adalah sejumlah orang yang diculik dan dibunuh (?) hanya karena berbeda pandangan politik mereka. Bahkan orang2 tsb hingga kini masih tetap tidak ketahuan bagaimana nasib mereka. JANGAN PERNAH MELUPAKAN ITU !!!
Kembali pada Prabowo, dapat dipahami dan sangat manusiawi kalau dia merasa kecewa dan marah, tapi dengan mengumbar ankara murka, orang-orang akan bisa melihat 'Watak Asli'nya.
Pertanyaannya : Apakah menculik dan membunuh (?) dengan Santun juga boleh ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H