Ditulis oleh : Oma Eni K & Hesya
Gila ! Gila, Gilaaaaa.... ! Aku benci dirimu ! Benci, benci, benciiii.... ! Kau main dukun, ya ? Kau ngguna-gunai aku, ya ? Hesya, seumur-umur, sejak lahir sampai melahirkan berkali-kali, aku baru merasakan dan mengalami hal sekonyol ini. Duh, gustiiii......
Hesya, dengerin/baca  yah ! Sejak sebelum nikah sampai pernikahan perak kami, aku belum mengerti apa itu cinta, belum merasakan bagaimana rasanya dicintai dan mencintai! Aku pernah baca novelnya dan filmnya Ketika Cinta Bertasbih, film-film Syahruk Khan,aku  bisa terhanyut, terbawa alur jalan  ceriteranya.-  aku menangis, meraung-raung, menjerit-jerit seperti sirine ambulance lewat. Pernah aku diusir Satpam dari gedung bioskop ketika nonton film Kuch Kuch Ho Tahe. Seperti itukah cinta ?
Hesya yang membuat diriku merasa gila,
Mau tahu seberapa besar kegilaanku padamu ? Dengerin nih ! Musim duren kemarin, aku memborong duren lokal satu truk, tak ada satu bijipun, biji duren itu yang tidak aku simpan. Biji duren itu aku tumpuk di ruangan khusus, kujemur lalu kubuat kalung. Bila aku rindu padamu, kugenggam kalung itu, kuhitung satu persatu biji duren itu sambil merem, membayangkan dirimu .Seribu untaian kalung biji duren yang setiap untainya berisi seribu biji duren, selesai kuhitung sambil menggumamkan namamu.
Pernah pula aku seharian keluar masuk Mall hanya untuk mencari daleman merk namamu. Aku sampai ngotot dan marah-marah kepada pelayannya, kenapa Mall-mall lebih suka memajang barang-barang produk luar ? Aku meyakinkan mereka bahwa barang merk namamu itu asli produk lokal dan harus dipajang .
Yang aku takuti, akhir- akhir ini aku jadi betah di dapur ! Musim hujan mulai membuat diriku kedinginan, Tidak ada salahnya memang, seorang wanita betah di dapur, bahkan seharusnya begitu....tapi ini ? Aku sering tiba-tiba tanpa sadar menyalakan kompor..ceklek, ..dan tiba-tiba apinya menjelma menjadi dirimu, mengulurkan kedua tanganmu seakan ingin memelukku, ...
(^-^)
Oma yang selalu kurindukan,
Tak ada detik yang berdetak tanpa menyebut namamu, Oma...Oma...Oma ! Tak ada menit yang tak mencubit perasaan hatiku, jeletit...jeletit...jeletit ! Setiap pagi sebelum mandi, searah dengan jarum jam dinding yang berputar, aku pun berputar-putar di tengah rumah, dengan menggendong kedua tangan kosongku, tapi rasanya aku seperti sedang menggendong dirimu.
Akupun pernah ngigau menyebut-nyebut namamu... ketika bangun, ternyata anakku yang masih kuliah yang aku peluk. Untung bukan isteriku. Untung anakku laki-laki.