Mohon tunggu...
Ririn Oktivia
Ririn Oktivia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

simple and cheerful..never ending for adventurer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kami yang Selalu Bersama

16 Desember 2012   23:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:32 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak banyak kata yang terlontar ketika kami bersama.
Tak perlu banyak cakap untuk mengerti akan kami.
Tak perlu banyak pertanyaan kenapa kita sedang bersama.
Tak perlu banyak bualan yang harus kami keluarkan sama lain.
Tak perlu banyak lontaran buah kata perhatian yang saling kami ucapkan.

Radar kami masih cukup kuat bahwa masing-masing dari kami sedang membutuhkan salah satu dari kami.
Kami mempunyai bayangan dan impian yang sama mengenai tempat yang kami butuhkan.
Kami mendambakan suasana yang sama.
Suasana yang damai, alami, nyaman, sunyi yang selaras dengan mimpi kita.
Ketika kami bersama terkadang hanya membutuhkan secangkir kopi untuk menghangatkan kebersamaan kita.
Selain secangkir kopi, kami pun membutuhkan bacaan, entah novel, koran atau majalah.
Dan kami pun menyukai musik.

Untuk memulai pembicaraan. Kami hanya cukup bersandar. Menyandarkan punggung kami masing-masing dengan nyaman. Merentangkan kaki sebebas-bebasnya.
Pandangan mata kami pun jarang bertemu. Salah satu dari kami berbicara mengungkapkan apa yang sedang dirasakan tanpa saling memandang. Pandangan kami mengawang-ngawang keatas, kedepan, kesamping memandang indahnya karunia yang masih terselip dalam kegamangan ini.

Terkadang kami hanya ingin didengarkan. Oleh karena itu, salah satu dari kami pun siap menjadi pendengar yang baik.
Dalam keheningan air mata pun kadang jatuh tak tertahan membasahi pipi.
Air mata ini menetes begitu saja tanpa sadar. Berusaha mengusap secepat mungkin. Sebagai penyangkalan bahwa tidak mungkin ini bisa terjadi.
Mengingat bahwa dalam situasi berbeda dulu pernah bisa tertawa, pernah bisa kuat, dan saling menguatkan.

Sebagai manusia yang terlahir paling sempurna diantara ciptaan-ciptaan-Nya yang lain. Kami pun tetaplah seorang insan yang biasa. Ada kalanya kita mengeluh, rapuh atas keadaan yang menyapa kita, kalah dengan keadaan. Tak selamanya tampil berdiri tegak di tengah beban yang mendera.

Namun, ada kekuatan besar diantara kami yang bisa menguatkan satu sama lain. Walaupun kami mempunyai dunia yang berbeda, namun pada suatu waktu kami menginginkan kebersamaan kami.

Ketika kami bahagia, kami pun tertawa bersama. Tidak perlu kehebohan, hanya cukup dengan pelukan dan genggaman tangan kami yang kuat dan hangat lah yang mewakili. Dan kami akan berjalan menyusuri jalan bersama-sama. Menikmati dan mensyukuri arti kehadiran kami masing-masing.

Jika jalan itu tak selamanya lurus dan mulus seperti jalan tol, maka jalan pun tak selamanya akan dipenuhi dengan batu kerikil, didepan ada tujuan yang akan kita capai.

Kami menyukai kebersamaan kami. Rindu akan diskusi-diskusi hangat yang kami bangun.
Rindu akan berbagi pandangan mengenai hal-hal yang terjadi di sekeliling kita. Kami selalu berbagi dan saling mengisi apa yang tidak atau yang belum kami tahu. Tapi, kami pun menghormati perbedaan pendapat yang kami lontarkan.
Dari semua hal yang telah terjadi, saya mengerti bahwa kita dipertemukan oleh waktu, dan pada akhirnya, waktu jugalah yang memisahkan kita. Tapi, tak perduli kemanapun kita mengayuh, kita tahu dimana dermaga kita kan berlabuh. Kebersamaan kita tidak bicara jarak, tapi bicara hati dan  rasa saling memiliki.

-kami yang merindukan kehangatan-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun