Mohon tunggu...
12321 12321
12321 12321 Mohon Tunggu... -

komuter tetap jakarta-jogja dengan ransel di bahu. menikmati indahnya dunia dengan kayuhan sepeda serta senyuman pada mentari pagi sepanjang sudirman-thamrin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sore Hari di Kauman Saat Ramadhan

18 Agustus 2010   02:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berburu takjil di Jogja akan terasa kurang bila tidak berkunjung di Pasar Sore Ramadhan Kauman. Bukan sebuah pilihan yang opsional tetapi sebuah kewajiban untuk berkunjung di salah satu gang sempit kampung kauman ini. bertempat di jalan KH Ahmad Dahlan (seberang RS PKU Muhammadiyah) menyajikan pelbagai macam jajanan khas ramadhan baik makanan ringan maupun makanan berat. Sebuah gapura kecil dengan bentangan spanduk berbunyi "Pasar Sore Romadlon Kauman Yogyakarta” menyambut para pemburu kuliner yang sudah mulai berdatangan walaupun waktu baru menunjukkan pukul 15:20 WIB. Di sore hari yang tidak terlalu panas, para pemburu kuliner berdatangan dari penjuru kota Jogja dan sekitarnya untuk mendapatkan makanan khas yang hanya ada di bulan ramadhan. Tak ayal, banyak pemburu yang datang guna meretas kembali nostalgia masa lalu di kampung kauman. [caption id="attachment_230162" align="aligncenter" width="300" caption="Gapura Pasar Kauman"][/caption] Kampung kauman adalah sebuah komplek perumahan jaman dahulu yang pada mulanya ditinggali oleh ketib atau pemuka agama Islam yang ditugasi oleh Sultan Hamengkubuwono I untuk memakmurkan Masjid Gedhe Kauman. Dari kampung inilah organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Sebuah kampung yang sangat kental nuansa ke-Islam-annya. Nuansa tersebut masih terpancar hingga kini, salah satunya direfleksikan dalam Pasar Sore Ramadhan Kauman yang sudah ada sejak tahun 1970an. Perburuan takjil di pasar sore ramadhan kauman ini dimulai pada 6 enam langkah melewati gerbang kampung. Deretan lapak sederhana tertata dengan rapi di sebelah kiri. Membelah jalan kampung yang sempit (hanya sekitar 2 meter lebarnya) seakan sedang menjalani parade kuliner khas ramadhan yang sangat langka. [caption id="attachment_230168" align="aligncenter" width="300" caption="melangkah masuk lorong kampung Kauman"][/caption] [caption id="attachment_230170" align="aligncenter" width="300" caption="Penjaja dan Pembeli"][/caption]

Kicak, kue lumpur, kue semar mendem, jaddah manten, bubur saren, serabi kocor, dan banyak penganan lain yang menggugah selera tertata dengan rapi. Belum lagi deretan kolak, jus buah segar, es carica memaksa air liur terbit sebelum waktunya. Makin garang dengan sajian makanan berat yang benar-benar menggoda selera seperti pepes hiu, bothok, gudeg, sate ayam, opor ayam membuat para pemburu makin bergelora untuk memasukkan dalam daftar santap sore hari ini. Pelan tapi pasti, tak terasa sudah 100 meter menyusuri jalan di gang sempit ini. Selama itu mata hanya melihat di balik viewfinder kamera tanpa satupun takjil yang terbeli. Bukan karena mahal tetapi karena bingung ingin memilih yang mana. Harga penganan disini relatif terjangkau mengingat kekhasan penganannya. Penganan berharga diantara kisaran Rp 1.250 hingga Rp 5.000 tergantung jenis penganannya. Yang paling mahal adalah es carica (saya akan tulis lebih lanjut pada lain kesempatan). Makanan favorit kali ini adalah kicak dan jaddah manten. Tunggu ulasannya. Sekarang mari kita nikmati beberapa foto penggugah selera berikut ini. [caption id="attachment_230171" align="aligncenter" width="300" caption="penganan penggugah selera"][/caption] [caption id="attachment_230172" align="aligncenter" width="300" caption="penganan penggugah selera - 2"][/caption] [caption id="attachment_230173" align="aligncenter" width="300" caption="Rupa-rupa pepes"][/caption]

[caption id="attachment_230177" align="aligncenter" width="300" caption="Kicak"][/caption] anda tidak batal kan puasanya setelah melihat penganan penggugah selera diatas? Tulisan yang terkait: Kue Khas Kauman : Kicak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun