Mohon tunggu...
12321 12321
12321 12321 Mohon Tunggu... -

komuter tetap jakarta-jogja dengan ransel di bahu. menikmati indahnya dunia dengan kayuhan sepeda serta senyuman pada mentari pagi sepanjang sudirman-thamrin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan: Semua yang Bernyawa Pasti Mati

9 Juli 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:59 1681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_189136" align="aligncenter" width="300" caption="jadikan Al-Qur'an sebagai penerang dan penuntun hidupmu."][/caption]

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Ada yang masih menolak akan hal tersebut? ku rasa tidak ada yang akan bisa mengingkari dan menghindar bilamana sudah datang waktunya untuk mati. Kematian adalah hal yang mutlak adanya. Perkara yang bervariabel adalah masalah kapan. Tiap-tiap yang bernyawa suatu saat nanti akan mati. Tinggallah bagaimana keadaan saat menjemput maut tersebut. Seperti yang ku katakan sebelumnya, perkara kematian adalah hal yang mutlak. Sembari menanti hal yang mutlak itu, apakah masing-masing dari kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum maut datang? Apakah kita akan berleha-leha dan bersantai-santai dalam menghadapi mau tadi? Ataukah kita akan mempersiapkan banyak hal untuk menjemput maut? Walaupun masih ada banyak orang yang menolak adanya kehidupan setelah kematian namun tidak mengurangi rasa takut dari kematian. Alih-alih mereka kembali kepada Maha Pencipta, mereka lebih suka untuk melakukan apa yang mereka pikirkan. Mereka hanya mempersiapkan rencana untuk memperpanjang hidup sementara tidak menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian tersebut. Ketika saatnya datang, jadilah mereka orang-orang yang merugi. Aku pernah berwasiat kepada diriku sendiri tentang apa-apa saja yang ingin ku raih, ingin ku genggam sebelum kematian menjemputku. Ada tiga warisan abadi yang sangat ingin ku miliki sebelum aku mati. Aku yakin bahwa dengan tiga warisan yang abadi ini, kehidupanku setelah kematianku bukan kehidupan yang dipenuhi dengan penyesalan tiada akhir. Walaupun ku yakin, aku masih harus banyak mempersiapkan diri untuk hidup setelah kematian itu. Karena tiada bekal yang cukup untu menjalani kehidupan setelah kematian tersebut. Ku bertanya pada dirimu, sudahkah kau menyiapkan bekalmu? Kematian itu datangnya tidak bisa ditebak namun bukan berarti kematian tidak memberikan tanda-tanda kedatangannya. Sungguh beruntung bagi mereka yang mempunyai keluasaan waktu dan kesempatan untuk membaca dan memahami tanda-tanda tersebut. Hingga mereka telah menyiapkan sejak sedemikian lama.

keluasaan waktu; mereka yang diberi umur panjang merupakan sebuah nikmat yang tiada terperi dalam menyambung kematian. Umur yang panjang adalah kesempatan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tiada orang yang mampu menentukan berapa lama mereka hidup. Oleh karenanya, baik-baiklah dalam memanfaatkan waktu. Gunakan setiap detik untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Kesempatan; ada sekian banyak kesempatan yang diberikan untuk memperkaya diri menyiapkan kematian. Mengajarkan ilmu, berpesan hal-hal yang baik hingga mempunyai niatan yang baik merupakan kesempatan-kesempatan yang sangat berharga. Tidak semua orang mau dan mampu untuk memanfaatkan kesempatan tersebut, hingga akhirnya menjadi orang yang menyesal. Oleh karenanya, manfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk bersiap.

Akhirul kalam, bilamana ada salah satu anggota keluarga atau tetangga atau rekan anda yang meninggal dunia, jadikanlah kesempatan itu untuk mengingatkan kembali mengenai bekal kita masing-masing. Bekal untuk mengikuti sebuah kejadian yang dialami orang itu: kematian. mengingat mati bukanlah alasan untuk menjadikan orang pemalas, melainkan pertanda mengingat pada tujuan dari kehidupan itu sendiri. Innalillahi wa inna lillahi Rojiun. sumber gambar : http://learnalquranonlineacademy.blogspot.com/2008/11/quran-online-learning-reading-tajweed.html


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun