Mohon tunggu...
Alvian Tahitu
Alvian Tahitu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingnya Komunikasi Lingkungan!

22 Februari 2016   02:03 Diperbarui: 22 Februari 2016   02:54 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMUNIKASI LINGKUNGAN (review)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya membawa kebaikan, justru membuat manusia semakin leluasa menguras dan memerkosa alam, membawa berbagai dampak yang menghancurkan. Namun, di sisi lain ilmu pengetahuan ini pula yang kemudian meningkatkan kesadaran sekelompok kecil orang yang masih peduli. Ketika alam mulai tampak kewalahan dengan eksploitasi yang terus dilakukan, ada manusia-manusia yang beritikad memperbaikinya, yang mau melakukan sesuatu demi masa depan bumi. Penguasaan terhadap alam dan pengetahuan yang dimiliki mulai digunakan untuk merawat dan mengayomi. Harapan belum boleh mati.

Melihat bagaimana manusia dengan semena-mena memperlakukan alam, para ilmuwan berpendapat bahwa ada yang keliru terkait relasi antara manusia dan alam. Para ilmuwan pun kemudian mengembangkan gagasan bahwa dengan berbagai cara, komunikasi menjadi perantara bagi relasi manusia dengan alam, dan sebaliknya, bahwa alam mungkin memediasi komunikasi. Mereka percaya bahwa berbagai krisis lingkungan yang disebabkan oleh manusia berhubungan dengan cara manusia berkomunikasi mengenai lingkungan alamiah. Penelitian dan teori-teori terkait komunikasi serta relasi manusia-alam ini pun dirangkum dalam suatu bidang baru ilmu komunikasi, yakni komunikasi lingkungan / environmental communication. (Milstein dalam Littlejohn & Foss, 2009) Seperti dinyatakan oleh Cox (2010), komunikasi lingkungan merupakan kajian terhadap cara manusia berkomunikasi mengenai lingkungan, dampak dari komunikasi ini terhadap persepsi manusia tentang lingkungan dan diri sendiri, serta relasi manusia dengan lingkungannya.

Teori-teori komunikasi lingkungan didasari oleh asumsi bahwa persepsi manusia mengenai lingkungan hidup sangat dipengaruhi oleh caranya berkomunikasi. Persepsi ini yang kemudian membantu manusia mendefinisikan relasinya dengan alam serta bagaimana manusia memperlakukan alam. (Milstein dalam Littlejohn & Foss, 2009) Studi komunikasi lingkungan juga menjelaskan adanya konsekuensi material dari pilihan/keputusan komunikasi yang manusia lakukan (Cox, 2010). Maka, komunikasi tidak hanya merefleksikan, melainkan juga mengonstruksi, memproduksi, dan menaturalisasi relasi manusia dengan lingkungan. (Milstein dalam Littlejohn & Foss, 2009) Dari mana representasi mengenai alam ini muncul?

Para ilmuwan komunikasi lingkungan berasumsi bahwa relasi manusia-alam ini dinegosiasikan melalui komunikasi kultural, media massa, komunikasi publik, komunikasi interpersonal, budaya populer, dan sebagainya. Segala bentuk komunikasi ini, baik verbal maupun nonverbal, publik atau interpersonal, tatap muka maupun termediasi, terangkum dalam konteks sosial, ekonomi, dan politik tertentu yang memuat kepentingan tertentu. (Milstein dalam Littlejohn & Foss, 2009)

Tanpa disadari, konteks dan kepentingan ini membentuk cara kita berkomunikasi, mengarahkan kita untuk memandang alam dari sudut pandang tertentu, serta mempersempit cara pandang lain mengenai alam. Sebagai contoh, melalui pendekatan etnografi, para peneliti menemukan bagaimana mereka yang bukan anggota dari budaya Barat berbicara mengenai “mendengarkan” alam, sebuah bentuk komunikasi yang menunjukan pandangan reflektif mengenai hubungan antara manusia dengan alam. 

Seiring dengan semakin luasnya bidang kajian komunikasi lingkungan, definisi terhadap istilah tersebut semakin sulit dilakukan. Definisi yang dianggap paling mewakili oleh Cox (2010) adalah: sarana pragmatis dan konstitutif bagi pemahaman manusia atas alam serta relasi manusia dengan lingkungan alamiah; medium simbolis yang digunakan untuk mengonstruksi masalah-masalah lingkungan dan menegosiasikan tanggapan-tanggapan masyarakat yang berbeda-beda terhadapnya. (hlm. 20)

1. Fungsi Pragmatis Komunikasi Lingkungan

Apabila seseorang telah menganjurkan, mendorong, memberitahukan, mengajak, dan mengajarkan kita tentang kepedulian lingkungan, maka orang tersebut telah menjalankan fungsi pragmatis dari komunikasi lingkungan. Komuniksi lingkungan yang baik dan benar adalah apabila dijalankan dengan menggunakan strategi-strategi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan si pendengar tentang lingkungan.

Sebelum menentukan strategi mana yang harus digunakan dalam komunikasi lingkungan, kita harus mengetahui siapa target audience kita, bagaimana profil dan kebiasaan orang tersebut sehari-hari. Setelah mengetahui bagaimana kesehariannya dan tingkat kepeduliannya terhadap lingkungan maka langkah selanjutnya adalah mencari strategi yang tepat untuk mengajak orang tersebut untuk mau berubah menjadi peduli terhadap lingkungan.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, ini menegaskan bahwa manusia memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Seseorang harus digugah secara perasaan dan intelektual yang merangsang mereka untuk berpikir dan melakukan apa yang dipikirkannya tersebut. Komunikasi lingkungan dapat dimulai dengan memaparkan betapa mengerikannya fakta-fakta di dunia dimana lingkungan kita semakin rusak. Ketertarikan manusia terhadap fakta-fakta inilah yang nantinya akan membuat seseorang merasa perlu melakukan sesuatu, tentu saja dengan catatan pesan yang kita sampaikan harus mengena kedalam hati dan pikiran orang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun