Untuk menangkal ancaman terorisme, radikaliame dan ekstrimisme, maka diperlukan perhatian dan kerja sama internasional seperti kerja sama trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Philipina yang ditandatangani pada2016 yang kemudian diikuti oleh pembentukan mekanisme pertukaran informasi strategis yang disebut sebagai "Our Eyes Initiative".
Dalam pertemuan para Menteri Pertahanan Asean ke-12 di Singapura pada Oktober 2018, seluruh Menteri Pertahanan negara-negara Anggota ASEAN telah menyepakati untuk mengadopsi konsep kerja sama "Our Eyes" yang digagas Asean ini.
Ketika di launching Januari 2018, kerja sama "Our Eyes" diikuti enam negara yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand. Konsep kerja sama "Our Eyes" diinisiasi Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu sebagai upaya dan kolaborasi bersama negara -- negara di kawasan dalam menangkal berkembangnya ancaman terorisme, radikalisme dan ekstrimisme yang merupakan ancaman bersama yang nyata saat ini.
Kini, ada sepuluh negara-negara Asean berkumpul di Semarang, Jawa-Tengah, Rabu (23/1/19). Negara-negara tersebut adalah Indonesia sebagai tuan rumah bersama Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Negara- Negara Asean berkumpul dalam ajang The 2nd Our Eyes Working Group.
Delegasi Kementerian Pertahanaan dari masing-masing negara itu membahas tentang mekanisme kerja sama pertukaran informasi strategis dalam kerangka "Our Eyes", untuk menangkal berkembangnya ancaman terorisme, radikalisme dan ekstrimisme di kawasan.
Ajang The 2nd Our Eyes Working Group yang berlangsung selama dua hari itu dihadiri delegasi-delegasi dari Sekretariat ASEAN dan dibuka oleh Direktur Kerjasama Internasional (Dir Kersin) Ditjen Strahan Kemhan RI, Brigjen TNI Rizerius Eko Hs.
Menurut Brigjen TNI Rizerius Eko Hs, terorisme di Asia Tenggara telah tumbuh secara signifikan, terutama dipengaruhi oleh munculnya jaringan teroris global yang muncul di banyak kelompok, termasuk ISIS dan afiliasinya di seluruh dunia.
Ia menerangkan, dengan kekalahan ISIS di Irak dan Suriah, kelompok-kelompok teroris di seluruh dunia telah mengubah operasi mereka menjadi fase yang memungkinkan mereka untuk mengambil beberapa tindakan termasuk pemboman bunuh diri, perampokan, serangan bersenjata, penyelundupan, penyanderaan, mendirikan kamp pelatihan dan merekrut anggota baru.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga merupakan salah satu faktor yang membuat kelompok terorisme dapat dengan mudah menyebarkan ideologi mereka, sehingga mereka dapat menarik lebih banyak pendukung dan merekrut anggota baru. dalam beberapa kesempatan, mereka dapat bergabung dengan kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi di masyarakat.*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H