Mohon tunggu...
Mirza Gemilang Gemilang
Mirza Gemilang Gemilang Mohon Tunggu... -

Berteman dengan pena dan kertas..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ekonomi Indonesia Diujung Lentera

28 Juni 2014   17:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:26 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 20 Mei, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) memasuki usia ke- 49 tahun. Hari itu diperingati sebagai hari ulang tahun Lemhannas RI. Sejumlah perwira tinggi dari ketiga angkatan dan Polri serta para pengajar berkumpul di Auditorium GedungAsta Gatra Lantai 4, Kantor Lemhannas RI, di Jakarta.Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio, Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya dan duta besar negara-negara sahabat seperti Srilangka, India, dan Nigeria hadir dalam acara itu.

Gubernur Lemhannas ProfDr Budi Susilo Soepandji mengatakan dipilihnya tanggal 20 Mei sebagaihari berdirinya Lemhannas RI bukan sekedar penetapan hari tanpa makna. Tanggal 20 Mei memiliki makna sekaligus pesan filosofis dan psikologis bagi bangsa Indonesia dan Lemhannas.Pesan moralnya adalah bahwa Lemhannas harus tampil sebagai garda terdepan dalam mengawal persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan pemahaman kebangsaan sebagai bangsa yang majemuk yang dipersatukan oleh perbedaan.

Esensi pesan moral inilah yang harus direnungkan setiap kali memperingati hari jadi Lemhannas dan harus dijadikan momentum untuk menyegarkan dan meneguhkan kembali komitmen terhadap semangat kebangsaan yang terbangun 106 tahun lalu.

Selama rentang waktu 49 tahun pengabdiannya, tantangan dan dinamika kehidupan berbangsa yang muncul pada setiap era, telah mendewasakan dan membentuk karakter Lemhannas sebagai lembaga yang memiliki kekuatan moral mempersatukan berbagai komponen bangsa, dalam membangun wawasan kebangsaan.Ada empat konsensus dasar pembangunan wawasan kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Saya memandang apa apa yang telah dicapai Lemhannas sudah berada pada posisi dan jalur yang benar, walaupun belum memenuhi kebutuhan ideal,” kata Gubernur Lemhannas.

Dalam aspek pembangunan SDM, Lemhannas bersama Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Pertahanan (UNHAN) telah membentuk jaringan kerjasama pendidikan dalam bentuk Lemhannas Inter University Network. Jaringan ini merupakan kontribusi nyata Lemhannas untuk secara aktif menghasilkan intelektual-intelektual muda yang memahami konsep kebangsaan yang kuat.Diharapkan para intelektual muda itu dapat memberikan kontribusi nyata dalam penyemaian wawasan kebangsaan dilingkungannya masing-masing.

Saat ini Lemhannas bersama pemangku kepentingan lainnya seperti Wantimpres dan Bapennas RI tengah menyiapkan kajian komprehensif terkait dengan “Indonesia Skenario Tahun 2045”. Hasil kajian ini nanti akan jadi sumbang pemikiran untuk pemimpin nasional dalam menyusun pembangunan bangsa 2045.

Ada empat institusi negara sahabat yang tengah menjalin kerjasama strategis dengan Lemhannas yakni LKY Singapura, NUFFIC Belanda, CDSS Australia, dan IHEDN Prancis. Kerjasama itu masih terus berlangsung dan memberikan optimisme buat peningkatan kapasitas Lemhannas.HUT Ke-49 Lemhannas, diwarnai dengan pertunjukan musik, aksi teatrikal yang mengusung tema persatuan dan kesatuan bangsa dibawah bendera merah putih dan orasi ilmiah.

Dalam rangka menyambut HUT Ke-49 Lemhannas, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Dr Anthonius Tony Prasetiantono, melakukan orasi ilmiah berjudul “Menyiapkan Episode Baru Perekonomian Indonesia”. Dia mengatakan, perekonomian Indonesia tengah menanti kehadiran pemerintahan baru, yang akan mulai terbentuk sesudah 20 Oktober 2014. Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan pertama di 2014 ternyata tidak sesuai ekspektasi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,21 persen atau dibawah ekspektasi 5,7 persen.Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 adalah 5,78 persen. Melemahnya pertumbuhan ekonomi ini akan menyebabkan berkurangnya daya serap tenaga kerja untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan.

Salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi China (Tiongkok) yang hanya mencatat 7,4 persen pada periode Januari-Maret 2014. Level ini merupakan yang terendah dalam 18 bulan terakhir.

“Sebenarnya angkanya tidak terlalu buruk, masih melebihi proyeksi pesimistis 7,3 persen yang dilakukan Reuters, namun lebih rendah daripada kinerja triwulan terakhir 2013, yakni 7,7 persen,” ujar Anthonius.

Pertumbuhan ekonomi China sebenarnya diharapkan bisa mengela perekonomian dunia. Indonesia termasuk berkepentingan, karena jika perekonomian China tumbuh tinggi, maka akan meningkatkan permintaan terhadap komoditas primer yang menjadi andalan Indonesia, seperti batu bara, kelapa sawit, dan timah. Inilah kunci betapa Indonesia sangat berkepentingan terhadap kinerja perekonomian China.

Namun, permasalahannya, pemerintah China juga sedang tidak ingin perekonomiannya tumbuh tinggi. Kenapa? Jika pertumbuhan ekonomi terus digenjot tinggi, pemerintah China khawatir akan menimbulkan gelombang perekonomian, yakni upah tenaga kerja naik, harga properti naik (property bubbles), harga tanah naik, yang akan bermuara pada kenaikan inflasi.

Bila itu terjadi, maka suku bunga pun akan naik pula.Akibatnya, daya saing China akan menghadapi masalah besar di kemudian hari. Karena itu, pemerintah China memilih perlambatan ekonomi (soft landing) daripada celaka (hard landing). Itulah sebabnya pemerintah China sudah puas dengan level pertumbuhan saat ini 7,4 persen.

Produk Domestik Bruto (PDB) China saat ini secara nominal 8,3 triliun dollar AS, dibawah Amerika Serikatdengan 16,3 triliun dollar AS. Namun jika menggunakan metode purchasing power parity (meniadakan bias harga pada masing-masing negara), maka PDB China mencapai 14,8 triliun dollar AS, atau hanya sedikitkalah dibanding Amerika Serikat.Statistik ini menunjukkan, betapa peran China sangat menentukan nasib perekonomian global, termasuk Indonesia.

Perekonomian Indonesia sebenarnya memiliki momentum untuk memperbaiki keadaan, yakni dari peristiwa pemilu dan pembentukan pemerintah baru. Menjelang pemilu legislatif, rupiah sempat menguat ke level Rp 12.200an per dollar AS ketika Jokowi diajukan menjadi calon Presiden (14 Maret 2014).

“Sayang, sentiment positif ini dihempas oleh rencana pengurangan stimulus moneter dan kenaikan suku bunga oleh Gubernur Bank Sentral AS yang baru, Janet Yellen (19 Maret 2014), dan kemudian semakin sengsara dengan hasil pemilu legislatif kita yang tak sesuai ekspektasi,” katanya.

Semula pasar berharap akan ada partai yang memenangkan pemilu secara meyakinkan, misalnya di atas 30 persen. Faktanya partai pemenang pemilu PDI-P hanya sanggup mengumpulkan 19 persen suara parlemen. Kemenangan yang tidak meyakinkan ini menimbulkan ekspektasi bahwa pemerintahan mendatang akan mengikuti pola sebelumnya, yakni kabinet akan diisi oleh hasil kompromi partai-partai.

Karena ekspektasi tak terpenuhi, maka pasar pun menghukum hasil pemilu dengan pelemahan rupiah. Saat ini sektor financial mengalami likuiditas yang ketat. Meski resminya suku bunga acuan Bi rate 7,5 persen, namun faktanya para penabung utama mendapatkan suku bungadeposito yang jauh lebih tinggi, yakni 10,5 persen. Bahkan di bank-bank kecil dan BPR, suku bunga deposito bisa lebih tinggi lagi. Dalam situasi seperti ini BI rate tidak mungkin diturunkan, yang bisa dilakukan BI adalah tetap mempertahankannya 7,5 persen.

Apa jadinya jika BI rate diturunkan? Bank-bank umum dipastikan tetap mempertahankan suku bunga depositonya yang lebih tinggi. Jika dipaksakan turun, maka akan terjadi penarikan dana masyarakat di bank, untuk “dilarikan” ke pembelian valuta asing (valas), selanjutnya kurs rupiah akan mengalami tekanan berat.

Skenario terbaik kita adalah pemilu Presiden 9 Juli ini berjalan sukses. Presiden baru seyogyanya membentuk kabinet yang professional, sehingga menimbulkan semacam “efek Jokowi” kedua, sesudah yang pertama pada 14 Maret 2014 lalu. Jika ini terjadi, akan timbul keyakinan kuat para pelaku ekonomiuntuk bergairah kembali menjalankan roda perekonomian. Jika confidence index naik, maka rupiah pun akan menguat.

Itulah skenario terbaik yang bisa diharapkan pada semester kedua 2014. Sukseskan agenda pemilihan Presiden, bentuk kabinet baru yang tidak mengulang kesalahan sebelumnya, dan rebut simpati sebesar-besarnya dari rakyat, namun juga para investor asing dan dalam negeri.

“Hanya dengan cara ini persepsi dan kepercayaan bisa direstorasi, untuk mengakhiri periode ketidakpastian pada akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” ucapnya.

Perekonomian Indonesia benar-benar tengah menanti sentiment positif dari agenda politik. Karena itu, Presiden baru kelak, tidak boleh menyia-nyiakan momentum ini. Perekonomian Indonesia 2014, apa boleh buat, memang agak sedikit melambat dan tersendat, namun akan kembali melaju diatas 6 persen pada 2015. Kepada Presiden baru dan kabinet baru harapan itu disandarkan.

Beberapa isu sentral yang akan dihadapi oleh Presiden dan kabinet mendatang adalah pertama mendorong kecepatan dan volume penyediaan infrastruktur yang sangat tertinggal dibandingkan negara-negara emerging countries lainnya, terutama China dan negara-negara sekitar kitaseperti Malaysia dan Thailand. Kedua, meningkatkan daya saing kualitas sumber daya manusia. Ketiga, meningkatkan level inklusi financial (financial inclusion) agar sektor financial dapat mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Keempat, perbaikan iklim usaha melalui perbaikan birokrasi, dan yang kelima adalah kepastian menjalankan usaha yang hanya bisa dicapai jika pemerintah secara agresif memberantas tindak pidana korupsi.

“Saya tetap bisa melihat adanya lentera diujung terowongan. Era reformasi seharusnya menyebabkan kita melihat cahaya berpendar-pendar sinarnya, sangat terang,” ujarnya.

Namun, sinar tersebut kadang berubah temaram karena berbagai kasus korupsi yang mendera para elit, yang membuat kita ragu, benarkah jalan reformasi yang kita tempuh sudah benar? Jalan reformasi sudah benar, dari rezim sentralistik dan otoritarian menuju desentralistik dan demokratis. Demokrasi hendaknya bukan tanpa batas.

Di Amerika Serikat, liberalism dan kapitalisme pun tetap ada rambu-rambunya. Di dunia ini tak ada hal yang tanpa batas, seperti the sky is the limit . Semuanya ada batas toleransi, begitu pula dengan era reformasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun