Tubuhku bergetar mendengar kata-katanya, kalimat yang seperti sudah terencana untuk diucapkan di hadapanku. Begitu datar namun terasa bagai badai, mengombang-ambingkan perasaan seorang wanita kuat sepertiku, dan ekspresi wajahmu saat mengatakannya benar-benar seperti aktor drama Korea, senyum terpaksa, mata berkaca-kaca, tatapan penuh derita, sungguh, aku tidak tahan melihatnya.
Aku bertanya dalam hati mengapa sekarang dirimu tampak amat mempesona? tidak seperti kau yang biasanya. Apa sedari dulu kau begini adanya?apakah kau sengaja menyembunyikannya? atau hanya aku saja yang tidak menyadarinya?
Sedari dulu hingga detik ini kau tidak lebih dari seekor lalat pengganggu di mataku. Tingkahmu norak dan memuakkan, mengikuti kemana pun kupergi, mengisi kotak pesanku dengan gombalan tak bermutu, memberi hadiah yang murahan seharga lima ribu, memasang senyum aneh saat bertemu denganku, bertingkah seperti berandal untuk menarik perhatianku.
Praakkk!! Aku melemparkan setumpuk kertas ke wajahmu, aku benar-benar kehilangan kesabaran saat kulihat mading sekolah dipenuhi poster yang bertuliskan aku telah resmi berpacaran dengan mahluk menjijikkan sepertimu.Â
Poster tersebut kini bertebaran di lantai, Â semua siswa di kelas diam melihat dan mendengarkan. Kau hanya tersenyum dan berjongkok memunguti poster-poster tersebut, setelah semuanya terkumpul kau melangkah pergi meninggalkanku terpaku dengan marah. Dengan segera kukejar dan kutarik lenganmu "jawab, jawab pertanyaanku!, sebenarnya apa maumu?!!."
"Apa yang menjadi kemauanku sudah kau penuhi" kau menjawab dengan santai.
"Apa? jelaskan padaku apa? Kau, berani-beraninya memasang poster ini, kau pikir siapa dirimu hah?! dasar tak tahu diri!", kurampas dengan kasar kumpulan poster tersebut dari tanganmu dan kembali kubanting ke lantai tidak lupa kutambah dengan injakan-injakan sepatu. Kutatap wajahmu yang klasik itu dengan tatapan puas,
Masih dengan tersenyum kata-kata ini mengalir dari mulutmu:
"Seandainya kutahu dengan poster ini kau bisa bereaksi sehebat ini, pasti sudah kulakukan sejak dulu. Kau bertanya apa yang kumau? aku ingin kau seperti ini, bereaksi terhadap perlakuanku padamu, aku manusia, perlakukan aku seperti adanya. Apapun itu akan kuterima, katakan kalau tidak suka diganggu, ludahi aku tepat di depan wajahku, blokir semua media sosialku, buang semua pemberianku......... Semua itu lebih manusiawi dibandingkan kau mengacuhkanku. Lebih dari apapun, aku ingin kau menganggapku ada."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H