Mohon tunggu...
Ram Tadangjapi
Ram Tadangjapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cuma senang menulis

Kutu Buku, Penggila Film, Penikmat Musik

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film Yowis Ben (2018)

21 Maret 2019   20:33 Diperbarui: 21 Maret 2019   20:56 2866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.id.wikipedia.org)

Bayu (Bayu Skak) menjalani hari-harinya dengan berjualan pecel sehingga dijuluki oleh teman-teman sekolahnya "Pecel Boy", ia juga kesulitan mendapatkan pacar karena sering dipandang sinis, termasuk Susan (Cut Meyriska) salah satu siswi cantik di sekolah Bayu yang membuat Bayu tergila-gila.

Bersama Doni (Joshua Suherman), Bayu berpikir bagaimana caranya agar bisa populer dan tidak lagi dipandang sinis. Mereka berdua lalu memutuskan untuk membuat sebuah band, mereka kemudian mencari dua pemain tambahan untuk mengisi posisi drummer dan keyboardist. Dari audisi asal-asalan mereka mendapatkan Yayan (Tutus Thompson) sebagai drummer yang biasa menjadi pemukul gebuk, kemudian bergabung pula Nando (Brandon Salim) sebagai keyboardist. Mereka lalu sepakat membentuk band dan diberi nama Yowis Band.

Nama Yowis Band mulai terkenal setelah beberapa lagu mereka berhasil menjadi viral di YouTube, kepopuleran pun didapatkan para personil Yowis Band. Berkat kepopuleran tersebut Bayu mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan Susan, bahkan lambat laun kedekatan mereka membuat Bayu kehilangan fokus terhadap band-nya. 

Ketika Yowis Band memutuskan untuk ikut dalam sebuah kompetisi band Bayu justru sering menghabiskan waktu bersama Susan, alhasil perilaku Bayu membuat kisruh di dalam kelompok Yowis Band sehingga nasib band ini berada di ujung tanduk.

Bayu Skak dan Joshua Suherman (sumber: Screenshot/Dok. Pribadi)
Bayu Skak dan Joshua Suherman (sumber: Screenshot/Dok. Pribadi)
Bayu Skak lebih dikenal sebagai salah YouTubers Indonesia yang kreatif, entah mengikuti tren atau apa kali ini Bayu Skak merambah dunia film dengan mengusung konsep yang unik.

Dengan dibantu Fajar Nugros di kursi sutradara Bayu Skak mampu membuat sebuah tontonan menarik, patahan-patahan komedinya juga sangat mengena meskipun bukan sesuatu yang baru namun masih ampuh membuat terpingkal-pingkal.

Meskipun hampir 90 persen dialog film ini menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timur-an namun tidak menggangu karena ada subtitle Indonesia yang membantu. Setidaknya penonton yang tidak terlalu mengerti bahasa Jawa bisa memahami budaya keseharian masyarakat Jawa Timur.

Saya rasa film ini semakin memperkaya khazanah budaya di dalam perfilman Indonesia dan menambah alternatif tontonan yang menghibur bagi para penikmat film.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun