Mohon tunggu...
Ram Tadangjapi
Ram Tadangjapi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cuma senang menulis

Kutu Buku, Penggila Film, Penikmat Musik

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi Film In Bruges (2008)

24 November 2018   19:34 Diperbarui: 24 November 2018   19:37 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brendan Gleeson dan Colin Farrell (sumber: www.kembangpete.com)


Maybe that's what hell is, the entire rest of eternity spent in fucking Bruges.

Dua orang pembunuh bayaran berbeda usia, Ray (Colin Farrell) dan Ken (Brendan Gleeson) tiba di kota Brussel. Keduanya diperintahkan oleh agen mereka untuk tinggal dulu di kota tersebut sambil menunggu target baru mereka, bagi Ray yang sedang mengalami kekalutan pikiran karena pada tugas terakhirnya secara tak sengaja ia menewaskan seorang anak kecil tak bisa menikmati keindahan kota Brussel yang justru semakin membuatnya terus teringat pada peristiwa tersebut, namun Ken justru menjadikan waktu luang tersebut sebagai masa untuk liburan.

Pikiran Ray sedikit teralihkan ketika ia bertemu dengan wanita cantik bernama Chloe (Clemence Poesy) yang berhasil membuatnya terpesona. Dari awalnya Ray menganggap kota Brussel membosankan namun kehadiran Chloe mampu membuat Ray mulai menikmati situasi kota tersebut, meskipun ia kemudian tahu bahwa Chloe adalah spesialis pencuri turis. Dari Chloe pula Ray mengenal aktor cebol, Jimmy (Jordan Prentice) yang sangat rasialis sehingga membuat Ken kurang begitu menyukai Jimmy.

Ken kemudian mendapatkan perintah rahasia dari sang agen, namun Ken tak mampu melaksanakan perintah tersebut yang harus ia rahasiakan dari Ray apalagi Ken melihat Ray berusaha bunuh diri sehingga membuat Ken merasa wajib menyelamatkan hidup Ray sebagai bentuk solidaritas terhadap kawan.

Kegagalan Ken menjalankan perintah membuat Harry (Ralph Fiennes) yang selama ini menjadi agen mereka turun tangan sekaligus mengancam kehidupan Ken dan Ray.

Salah satu syarat tak tertulis ketika menonton film bergenre dark/black comedy adalah jangan berharap ada scene yang bisa membuat anda tertawa terbahak-bahak, biasanya lelucon yang ditampilkan di film jenis ini tersembunyi dibalik kata-kata yang kadang keras, sarkastis, bahkan cenderung menghujat.

Sutradara sekaligus penulis skenario film ini, Martin McDonagh ternyata mampu membuat film ini dengan cerita tentang pembunuh bayaran tersaji lebih sederhana tanpa perlu adegan berdarah-darah yang berlebihan namun tidak kehilangan arah cerita. 

Lelucon yang terselip disetiap dialog antar cast dan tingkah para karakter mampu tersamarkan tanpa harus membuat kata-kata yang susah dipahami, bahkan sajian keadaan kota Brussel meskipun tidak secara keseluruhan namun mampu memanjakan mata sehingga setting kota Brussel tidak sekedar tempelan saja. Sayangnya ending film ini dibuat menggantung dan membuat ada beberapa pertanyaan tentang konflik antar karakter yang belum terjawab.

Colin Farrell dan Brendan Gleeson tampil sangat baik sebagai dua pembunuh yang saling melindungi. Colin Farrell terlihat begitu rapuh, sesekali sinis, dan terkadang kurang perhitungan sedangkan Brendan Gleeson sangat berhati-hati, komitmen pada perintah, plus setia kawan. Bahkan Ralph Fiennes juga memberikan performa apik sebagai pembunuh yang mengejar Ken dan Ray meskipun ia baru muncul sekitar setengah jam sebelum ending.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun