Mohon tunggu...
Hifni Fathoni
Hifni Fathoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - kreator

pencinta alam

Selanjutnya

Tutup

Trip

Baca Ini Sebelum Anda ke Dieng: Berkendara ke Alam Dieng

28 April 2021   00:04 Diperbarui: 28 April 2021   00:11 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kagum, itulah perasaan saya ketika mengunjungi tempat ini, tempat yang tak henti -- hentinya membuat hati saya berdebar. Kali ini, sudah kali ke tiga saya mengunjungi Dieng. Anehnya semakin sering saya datag, semakin kagum dan jatuh hati pula saya dengan tempat sejuta kenangan ini. Dieng, negri diatas awan ini selalu memberi pesan positif ketika saya datang. Ahkir januari lalu, tepatnya pada tanggal 31, saya berkesempatan lagi untuk menjenguk alam Dieng. Setelah suntuk dengan tugas kuliah dan UTS, saya dan delapan teman saya memutuskan untuk berlibur ke tempat itu.

Pagi itu saya terbangun oleh bunyi alaram pukul 04.30 pagi, berat rasanya untuk bangkit karena malam itu jam tidur saya kurang dari dua jam. Setelah itu saya bergegas untuk siap -- siap melakukan perjalanan panjang dengan sepeda motor. Kami berangkat berpasang -- pasangan tapi ada juga yang sendiri untuk menikmati suasana berkendara. Sebelum pergi saya menjemput teman saya Rinno pada pukul 05.30, lalu kami berdua bergegas ke titik kumpul yang telah disepakati di alun -- alun sleman yang berlokasi di jalan magelang. Delapan orang berangkat dari jogja sedangkan satu orang berangkat dari purworejo. Setelah semuanya berkumpul kami pun langsung tancap gas. Sesampainya di daerah magelang, kami memutuskan untuk sarapan. Tubuh kami  juga perlu asupan untuk melanjutkan perjalanan yang ditempuh sekitar 3 sampai 4 jam lamanya, yahh itung -- itung untuk istirahat juga. Akhirnya kami berhenti di warung soto, di tempat itu pula kami dan Bibit, teman kami yang berngkat dari purworejo bertemu. Ketika dirasa cukup, kami langsung melanjutkan perjalanan lagi. Rute yang kami lalui lumayan seru dan menyenangkan. Melewati medan dengan rute yang naik turun gunung dengan keasrian alamnya yang masih terjaga. Saat sudah berada di kawasan Wonosobo, kami berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar dan meluruskan kaki untuk beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan lagi.

Kami menyadari lama - kelamaan atmosver disekitar mulai dingin. Tak lama setelah itu, dari kejauhan mulai terlihat pintu menuju TPR yang menandakan kita sudah memasuki kawasan wisata Dieng. Dengan membayar Rp10.000 per orang kami sudah dapat masuk gerbang TPR. Terlihat perumahan yang berada di kaki gunung dan bukit -- bukit yang membentuk pola unik dari kejauhan membuat saya berandai -- andai betapa menyenangkannya jika salah satu dari rumah itu adalah rumah saya. Mulai dari situ jalanan yang tadinya naik turun kini maenjadi naik terus -- menerus. Salah satu teman kami Fauzi, menggunakan motor tua sehingga tidak kuat untuk menaiki beberapa tanjakan yang agak ekstrim, kami pun bergantian untuk mendorongnya menggunakan kaki. Sepanjang perjalanan tak henti -- hentinya saya tersenyum merasakan ketenangan alam dieng yang terkemas asri dengan teras siring perkebunan warga nan cantik. Tidak hanya alamnya, masyarakat disana sangatlah ramah dan lugu. Rinno dengan santainya berteriak menyapa salah satu petani yang sedang bekerja, tak disangka -- sangka petani tersebut membalas sapaannya dengan penuh kegembiraan. Setelah itu saya ketagihan menyapa orang -- orang disana. Terlihat beberapa anak kecil ikut membantu orang tuanya bekerja di kebun. Walau tersengat panasnya matahari mereka masih sanggup untuk tersenyum. Seketika itu juga saya merasa bahwa saya adalah sosok lemah yang selelu mengeluh dan susah bersyukur atas apa yang tuhan berikan kepada saya. Saya juga melihat remaja yang usianya lebih muda dari pada saya telah bekerja sebagai buruh angkut material. Hal itu membuat saya merasakan tamparan yang lebih keras lagi. Terima kasih Dieng kau telah mengajarkanku rasa syukur. Tujuan pertama kami adalah bukit ratapan angin, tapi sebelum itu kami berkeliling dulu merasakan suasana asri dataran tinggi sejuk dengan penduduk yang hangat ini. Dari atas bukit, kami dapat melihat hamparan pegunungan Dieng yang sangat cantik dengan pemandangan tepat dibawah kami adalah telaga warna . Sekali lagi tak henti -- hentinya saya merasa kagum dengan alam Dieng. Disitu saya merasakan relax sambil berbagi cerita dengan kawan -- kawan sampai lupa kalau ada destinasi lain yang harus kami kunjungi. Sekitar pukul dua siang kami melajutkan berkeliling negri di atas awan ini lalu bergegas pindah ke destinasi selanjutnya yaitu Umbul Sidomukti yang berada di kawasan Semarang.

Saat kami meninggalkan Dieng, kami disuguhkan dengan hamparan kebun teh yang sanagat luas. Ingin rasanya singgah sebentar tapi sayang waktu kami tidak memungkinkan dan kami harus melanjutkan perjalanan. Sekali lagi saya dibuat takjub dengan pemandangan hutan pinus dengan kabut tipis di dalamnya membuat nafas saya semakin lega untuk menghirup udara yang sangat menyegarkan. Sebelum sampai tujuan kami makan di warung nasi padang sambil menentukan rute mana yang akan kami tempuh. setelah sepakat kami pun berangkat. Tak disangka di tengah perjalanan kami disambut oleh kabut sangat tebal yang belum pernah saya jumai sebelumnya. Dengan jarak pandang yang sangat terbatas perasaan saya campur aduk, saya senang karena dapat berjumpa dengan fenomena langka ini tetapi disisi lain saya sadar betul bahwa kiri -- kanan saya adalah jurang yang sanagat dalam dengan rute naik turun yang berkelok -- kelok. Setelah sampai di Umbul Sidomukti kami memesan kopi dan makanan sambil bersantai menikmati pemndangan semarang dengan rawa pening yang terbentang luas di dalamnya.

Hari pun mulai gelap, pemandangan tergantikan dengan lampu kota yang menghiasi sejauh mata memandag. Setelah sholat magrib kami pun bergegas turun dan pulang. Ditengah perjalan tak disangka hujan deras menerjang, kami melanjutkan perjalanan dengan jas hujan.  Sesampainya di Magelang kami berpisah dengan  Bibit, dia pulang lagi ke Purworejo. Setelah sampai di jogja kami memutuskan untuk makan di alun -- alun sleman tempat kami berkumpul tadi. Setelah itu kami berpisah, saya mengantar Rinno pulang dan sampai di rumah sekitar jam 11 malam. Sungguh perjalanan yang sangat mengesankan. Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari perjalanan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun