kubentak kau dengan pedikaku
seracik hardik menantang syairmu
ku mengetuk sikap diammu
dengan surat api jumawaku
ku kirim lembar suci,bersanding pekatnyatinta ini
padikamu bak galaksi ,hidup tapi tak menyinari .
sekumpulam anak dara,terdayuh oleh asmara
kidung syairnya hampa,dimakan belatung pujangga .
masih sama seperti dahulu,kalimatmu bagaikan debu
melesat bernada rindu,semua tentang komplotanmu .
kuayunkan ujung penaku ,tuk memberontak emosimu
namun,kau dan indukmu, tetap saja membeku bak batu
dulu ku saratui dengan judul "puisi mereka"
tapi masih santai diam saja tidak curiga
malah menikmatiukiran kata
mengenggam asa sebenarnya
kamu tidak punya kamu bahasa
atau di sebabkan miskin kata ,hahaha
tawaku mengundang iba akanmu
maksudku pada komplotanmu
puisiku tak manis lagi
menyayat hati kau kuhakimi
puisiku tak senikamat kopi
kini,memancing emosi kartini
nama:Pujiyanti astutik
nim: 1130022024
prodi:S1 Keperawatan
univ: universitas nahdlatul ulama surabaya
salamku pada pemangkumu
kalimatmu merobek kertas sastramu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H