Mohon tunggu...
Marissa Widya
Marissa Widya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiwa

saya hidup sehat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Multidrug Resistance Tuberculosis (MDR-TB)

24 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 24 Agustus 2023   07:01 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Di seluruh dunia, 150.359 penderita MDR-TB terdaftar dalam pengobatan pada tahun 2020, turun 15% dari total 177.100 pada tahun 2019. Jumlah orang dengan MDR-TB berobat dari tahun 2018 hingga tahun 2020 adalah 482.683. 2 Indonesia adalah salah satu dari 10 negara yang menyumbang sekitar 70% dari Kejadian global MDR-TB setiap tahun dan jumlah orang yang terdaftar dalam pengobatan pada tahun 2020 (WHO, 2021). Jumlah kasus MDR-TB di Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan sebanyak 6.700 kasus yang berasal dari kasus baru TB sebanyak 1,9% dan dari TB pengobatan ulang sebanyak 12% (Permenkes, 2016).

Multidrug Resistance Tuberculosis disebut dengan MDR-TB menjadi masalah kesehatan terbesar dan serius karena penularannya yang cepat dan kasusnya terus meningkat, terjadi karena tata laksana pengobatan pasien TB yang tidak adekuat sehingga muncul resistensi obat.

 Penyebab lain resistensi obat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terlambatnya diagnosis, ketidakpatuhan pasien dalam menyelesaikan pengobatan menyebabkan kegagalan pengobatan (Ama et al., 2020). Dampak MDR-TB selain menyebabkan kesakitan dan kematian, jika tidak diobati maka akan menyebabkan kerugian ekonomi karena 3 jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan cukup besar. Waktu yang diperlukan untuk pengobatan MDR-TB adalah kurang lebih selama 18-24 bulan berdampak pada isolasi sosial serta menyebabkan produktivitas kerja bagi seseorang penderita MDR-TB akan terus menurun, penghasilan berkurang, dan pertumbuhan ekonomi nasional pun dapat terganggu (Soepandi, 2014).

Penanganan penderita MDR-TB lebih kompleks dibandingkan dengan penanganan pada penderita TB. Keterlambatan diagnosis dapat dicegah apabila diagnosis MDR-TB ditegakkan lebih dini dengan uji resistensi pada fase pengobatan TB awal. Penderita dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur selama 18-24 bulan dengan pengawasan menelan obat karena ketepatan dosis, frekuensi dan durasi antibiotik yang digunakan dalam terapi MDR-TB. Dalam upaya pengendalian penyakit dilakukan baik dari segi penderita sendiri, pelayanan kesehatan, maupun lingkungan untuk mencegah terjadinya kasus MDR-TB (Restinia et al., 2021). Terapi dilakukan sesuai dengan kesepakatan TAK bersama

 ke tim terapeutik. Efek samping yang tidak diinginkan harus dilaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien untuk ditatalaksana, efek samping yang mungkin dirasakan oleh pasien, dicatat pada formulirfollow-up pasien. Penatalaksanaan efek samping obat yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan MDR-TB (Reviono et al., 2014).

Aristiana, C. D., & Wartono, M. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Multi Drug Resistance Tuberkulosis (MDR-TB). Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 1(1), 65--74.https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2018.v1.65-74
Komalasari, W., & Indrawati, F. (2020). Penatalaksanaan Program Pengendalian Tuberkulosis Multi Drug Resistant. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 4 (Special4),
887897.https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/37527
Nurhayati, I., Kurniawan, T., & Mardiah, W. (2015). Perilaku Pencegahan Penularan dan Faktor-Faktor yang Melatarbelakanginya pada Pasien Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB MDR). Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 3(3), 166--175. https://doi.org/10.24198/jkp.v3n3.5

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun