Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya

Seorang mahasiswa yang memiliki hobi menggambar dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3M (Melihat, Mendengar, Meniru): Peran Lingkungan Sosial Terhadap Kejadian atau Tindakan Bullying pada Anak-Anak

9 Desember 2024   15:34 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:38 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Anak-Anak di Mushola Shirojul Huda (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Vince Miagoni, Imilda Aprianti, Imelda Intan Permata Sari, Mutiara Putri Rizanti, Albert Atanasius Horas Meha, Nur Hasanah, M. Fathurrahman Al-Bahri, Syfa Azahra

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya

Editor: Nur Hasanah

Bullying adalah sebuah tindakan yang berbentuk kekerasan yang dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau sekelompok orang terhadap orang lain baik secara fisik ataupun emosional, karena pelaku merasa dirinya lebih kuat dari korban yang dianggapnya lemah. Bullying sendiri secara umum itu terbagi menjadi dua bentuk, yaitu verbal yang berupa penghinaan, penyebaran fitnah, atau pemberian kata-kata kasar kepada korban, dan non-verbal yang berupa kekerasan fisik yang dilakukan secara langsung untuk membuat korban tersakiti dan dijauhi lingkungan sosialnya.

Menurut UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund), Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada peringkat tinggi dalam kasus bullying pada anak. Hal ini terjadi karena masih banyaknya masyarakat kita yang menganggap tindakan bullying adalah suatu hal yang sepele atau tidak penting, sehingga ketika terjadi tindakan bullying ini, penanggannya tidak dilakukan secara serius. Lalu mengapa hal ini dapat terjadi? Yaitu berawal dari kurangnya intervensi dini serta minimnya edukasi kepada masyarakat terkait dampak bullying. Akibatnya, kasus bullying terus meningkat dan menjadi bagian dari interaksi sosial sehari-hari, terutama antar teman sebaya. Perlu kita ketahui, bahwa lingkungan sosial yang mendukung normalisasi kekerasan akan semakin memperburuk situasi ini. Ketidakpedulian kita terhadap nilai-nilai empati dan rasa aman akan membuat bullying selalu dianggap sebagai hal yang biasa, padahal dampaknya sangat merugikan korban.

Berbicara terkait bullying pada anak, kami memiliki sedikit pengalaman yang berkaitan dengan topik ini. Melalui kegiatan Community Service yang kami lakukan di Mushola Shirojul Huda, Palembang bersama dengan anak-anak dari SMA Negeri Sumatera Selatan, yaitu Syfa, Fathur dan lain-lain, kami melihat langsung bagaimana kondisi lingkungan anak-anak, ketika mereka bermain, belajar, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan ini ada beberapa hal yang kami lakukan, yaitu mulai dari melaksanakan photovoice bersama anak sekitar, pemberian edukasi terkait bullying, cuci tangan yang baik dan benar, kesehatan gigi dan mulut, hingga pendidikan seksual untuk anak, disertai dengan bermain bersama setiap minggunya.

Berdasarkan pengamatan kami ketika melakukan kegiatan tersebut, anak-anak sebenarnya adalah seseorang yang masih sangat lugu dan ceria, antara satu sama lain mereka dapat berinteraksi dengan baik, belajar dan bermain bersama ketika lingkungannya mendukung dan mempunyai suasana yang positif. Tetapi mungkin, perilaku seperti saling ejek, pukul, atau marah-marahan dapat saja muncul dalam prosesnya, apalagi ketika mereka tidak dalam pengawasan orang dewasa. Dan jika kita biarkan, maka tindakan tersebut dapat menjadi bibit bullying. Oleh karena itu, perlu kesadaran bersama untuk lebih banyak memberikan edukasi kepada masyarakat, baik orang tua, anak-anak, dan sebagainya tentang pentingnya mencegah tindakan bullying ini.

Tantangan Normalisasi Bullying di Kalangan Anak-Anak

Normalisasi bullying adalah salah satu penyebab utama tindakan ini selalu terjadi. Banyaknya orang dewasa yang mengabaikan perilaku-perilaku bibit bullying seperti mengejek, memukul, atau mengucilkan sebagai hal yang wajar dan dimaklumi sebagai “perilaku anak-anak”, akan memperkuat budaya kekerasan ini terus terjadi. Anak-anak yang terbiasa melihat dan mendengar hal tersebut dari lingkungan sosial sekitarnya, akan meniru hal tersebut di lain waktu, karena mereka menganggap hal tersebut boleh dilakukan dan tidak diajarkan apa dampak buruk dari perilaku tersebut terhadap orang lain.

Normalisasi ini biasanya terbentuk mulai dari sikap orang tua atau guru yang tidak menganggap serius perilaku negatif anak-anak. Misalnya, ketika anak saling mengejek, respon yang muncul dari mereka hanya berupa candaan seperti “Ah gpp, nanti juga mereka baikan lagi”, padahal hal ini dapat membuat korban merasa diabaikan. Di sisi lain, pelaku akan merasa perilakunya dapat diterima tanpa konsekuensi, sehingga dapat saja dilakukannya berulang kali pada korban lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun