kerak dari puisi kita hanyalah esensi-esensi resmi duduk dan menepi dalam imaji adalah agenda berangkat sendiri dalam angan-angan adalah puncak pencapaian paling normatif bagi yang kerap menggunakan kendaraan bawah sadar seseorang yang berlayar dalam ombak dan badai adalah yang pernah terombang-ombing dalam kolam persis ketika cuaca tak lazim yang menderu dalam udara semu adalah ratap iseng dari sajak yang bergolak di permukaan saja seperti samudera yang sekali-kali kita dakwa gelombangnya [caption id="attachment_120170" align="alignnone" width="300" caption="esensi puisi di dinding.doc. LENSAKIRI"][/caption] maka, puisikan saja sesuka hati kalau ada lebih waktu, benturkan dengan kondisi * Idrus Bin Harun, anggota Komunitas Kanot Bu, Banda Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H