Di Kalimantan Tengah, ada satu anggapan yang sudah menjadi semacam "kebenaran" tak tertulis: belum sukses kalau belum jadi PNS. Fenomena ini tidak hanya mengakar dalam tradisi, tetapi juga mencerminkan sebuah perubahan besar dalam masyarakat Dayak. Dari yang dulunya cara hidup yang identik dengan cara-cara hidup tradisional seperti bergantung pada pertanian, hasil hutan, dan berburu kini pandangan tersebut bergeser untuk mengejar karier sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ada sebuah cerita berdasarkan pengalaman seorang pemuda Dayak, sebut saja namanya Sangomang, yang berasal dari Desa Kecil di Kalimantan Tengah. Sangomang, sebelumnya bekerja sebagai petani karet, akhirnya memutuskan untuk mengikuti ujian CPNS. Baginya, menjadi PNS adalah impian yang harus dicapai. "PNS itu lebih stabil, ada tunjangan, dan tentu saja pengakuan sosial," ungkap Sangomang saat berbicara tentang pilihan hidupnya. Sama seperti Sangomang, banyak generasi muda Dayak yang kini menjadikan profesi PNS sebagai tujuan utama mereka.
Kenapa hal ini terjadi? Pertama, PNS memang menawarkan banyak keuntungan yang sangat diinginkan banyak orang, terutama di daerah-daerah yang ekonominya masih bergantung pada sektor informal. Gaji tetap, tunjangan, dan jaminan pensiun adalah aspek yang sangat dihargai. Selain itu, menjadi PNS di mata banyak orang Dayak juga berarti status sosial yang lebih tinggi, mengingat profesi ini dianggap memiliki kedudukan khusus di masyarakat.
Namun, ada sisi lain yang perlu direnungkan. Meskipun pekerjaan di sektor pemerintahan dianggap sebagai jaminan masa depan, menjadi PNS bukanlah satu-satunya pilihan untuk mencapai kesuksesan. Di Kalimantan Tengah, seperti halnya di banyak daerah lain di Indonesia, peluang dalam sektor lain seperti kewirausahaan dan industri kreatif semakin terbuka lebar. Banyak orang Dayak yang kini sukses membangun bisnis lokal berbasis budaya dan sumber daya alam atau mungkin merambah ke industri digital misalnya menjadi seorang visual effect artist seperti yang sedang tren di era modern saat ini.
Masyarakat Dayak dewasa ini mungkin perlu membuka mata untuk melihat bahwa kesuksesan tidak hanya datang dari birokrasi. Banyak wirausahawan Dayak yang telah berhasil mendirikan usaha dan memasarkan produk-produk khas daerah mereka, seperti kerajinan tangan rotan dan produk hasil hutan. Bahkan, beberapa produk tersebut kini sudah dikenal hingga ke pasar internasional.
Penting bagi kita untuk merenung: apakah kita sudah siap untuk mendefinisikan ulang arti kesuksesan? PNS memang memberikan stabilitas, namun tantangan zaman kini lebih banyak memberi ruang bagi kreativitas dan kewirausahaan. Bagi masyarakat Dayak, khususnya anak-anak muda sebagai ujung tombak kemajuan bangsa, mungkin inilah saat yang tepat untuk memperluas perspektif, dan tidak hanya mengandalkan satu jalur dalam menjalani kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H