Awal Juli 2018 saya hadir di acara halal bi halal Jogja Paradise Foodcourt, salah satu pujasera terbesar yang terletak di Jalan Magelang km 6, Sleman Yogyakarta. Acara tersebut sekaligus memberikan apresiasi kepada blogger, foodgram, karyawan, dan tennant terhadap kemajuan pujasera tersebut. Terpilih sebagai the best tennant 2018 adalah Sate Ratu, penyedia sate dari daging ayam.
Kok bisa jadi yang terbaik? Menurut manajemen waktu itu, Sate Ratu menjual makanan yang unik dan dikunjungi wisatawan mancanegara. Luar biasanya lagi tercatat ada 60 negara, asal wisatawan yang sudah mencicipi Sate Ratu. Hal tersebut membuat saya penasaran, seperti apa bentuk dan rasa, menu yang ditawarkan Sate Ratu. Kenapa saya baru tahu nama Sate Ratu, padahal sudah terkenal hingga mancanegara?
Sabtu sore, 11 Agustus 2018 rasa penasaran saya terjawab ketika diajak Kompasianer Jogja Dolan Kuliner ke Sate Ratu. Dulu, Sate Ratu menempati ruang paling barat dan utara menghadap selatan (pojok) depan Jogja Paradise. Tapi mulai 3 Agustus 2018 pindah ke ruang paling selatan dan timur menghadap utara (pojok lagi) dalam Jogja Paradise. Tempat baru ini bisa menampung 12 meja, artinya lebih luas daripada di area depan pujasera yang kapasitasnya hanya separuh tempat baru.
Sate Ratu memang mengkhususkan diri hanya mengolah daging ayam. Menu yang tersedia adalah sate merah, lilit basah, dan ceker tugel. Lalu uniknya dimana? Saya tidak akan membicarakan ceker tugel, karena belum mencoba dan tidak suka makan ceker. Sedangkan lilit basah merupakan modifikasi sate lilit khas Bali. Di acara halal bi halal Juli lalu, saya mengira menu ini daging cacah dengan sedikit kuah.Â
Waktu itu saya hanya makan tanpa tahu namanya. Dinamakan lilit basah karena memang bukan sate. Sate identik dengan tusuk satenya, sedangkan lilit basah tidak bertusuk, bentuknya pun balok segi empat. Menurut Pak Budi, sapaan pemilik Sate Ratu; lilit basah menjadi menu alternatif sate merah. "Kasihan pelanggan, sudah datang ingin makan sate merah ternyata sudah habis." imbuh Pak Budi.
Sate merah juga unik, sate ayam tanpa bumbu kacang atau kecap. Proses pembuatannya seperti sate lain, bagian paha ayam dipotong-potong kemudian ditusuk dengan bambu. Satu tusuk bisa berisi lima hingga 6 potong bagian ayam.Â
Sate-sate tersebut lalu direndam dalam bumbu kurang lebih 3 jam. Jangan tanyakan pada saya cara dagingnya bisa empuk, dan bumbu-bumbunya... saya tidak tahu hehe, kata Pak Budi bumbunya rahasia. Yang jelas warna merah pada sate merah berasal dari cabai dan gula merah. Sate-sate tersebut kemudian dibakar di atas arang, tidak sampai hitam dan gosong.... sedang-sedang saja.
Seporsi sate merah terdiri 6 tusuk sate, sudah cukup untuk menemani sepiring nasi. Dagingnya empuk, bumbunya meresap hingga daging paling dekat dengan tusuk bambu, bagian dalamnya pun sudah matang.