Mohon tunggu...
Dio Nanda Pratama Hidayat
Dio Nanda Pratama Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/ Politeknik Keuangan Negara STAN

DIV Manajemen Keuangan Negara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Program Makanan Bergizi Gratis: Kebijakan Sarat Manfaat atau Mudarat?

12 Januari 2025   22:19 Diperbarui: 18 Januari 2025   19:51 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) merupakan inisiatif yang diperkenalkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada awal masa jabatannya di tahun 2025. Program ini lahir dari latar belakang yang cukup mengkhawatirkan, yaitu tingginya prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021, 2022, dan 2023, yang secara berurutan mencapai 24,4%, 21,6%, dan 21,5%. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk menurunkan angka prevalensi stunting ini hingga 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, program MBG diadakan dengan tujuan utama untuk memperbaiki gizi masyarakat dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul.

Program MBG telah memulai tahap uji coba dalam beberapa bulan terakhir, dengan target mencapai 600.000 orang. Sasaran utamanya adalah anak-anak Sekolah Dasar yang berada di wilayah kabupaten atau kota besar. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk memastikan bahwa program ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien sebelum diluncurkan sepenuhnya. Namun, pelaksanaan program ini telah menimbulkan beberapa isu, terutama yang berkaitan dengan persiapan dan kualitas makanan yang disediakan.

Berdasarkan dokumentasi yang beredar di media massa dan media sosial, banyak masyarakat yang menilai bahwa pelaksanaan MBG cenderung kurang persiapan. Selain itu, makanan yang disediakan dalam program ini juga mendapatkan kritik. Banyak masyarakat yang merasa bahwa makanan tersebut kurang layak dan tidak sesuai dengan harapan mereka dalam memenuhi standar kebutuhan gizi. Ini menunjukkan bahwa ada ruang untuk perbaikan dalam hal kualitas dan standar makanan yang disediakan dalam program ini.

Dilihat dari segi manfaat yang ditawarkan, program MBG memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada sekadar perbaikan gizi masyarakat. Program ini juga dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga pemanfaatan bahan pangan lokal. Pertama, program ini dapat membuka peluang pekerjaan baru di berbagai sektor yang terlibat, seperti pertanian, pengolahan makanan, dan distribusi. Ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kedua, program ini dapat mengurangi beban ekonomi bagi penduduk miskin dengan menyediakan makanan bergizi secara gratis. Ini dapat membantu mereka mengalokasikan pengeluaran rumah tangga mereka ke kebutuhan lainnya, seperti pendidikan atau kesehatan.Terakhir, program ini juga dapat memanfaatkan bahan pangan lokal yang diproduksi oleh petani dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ini dapat meningkatkan permintaan terhadap produk lokal, yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta pelaku UMKM.

Meski program MBG memiliki manfaat yang signifikan, ada beberapa kekhawatiran yang muncul seputar biaya dan implementasi program ini. Sejumlah warga menunjukkan kecemasan bahwa program ini dapat mendorong kebijakan masa depan yang menyulitkan rakyat, seperti peningkatan pajak atau peningkatan pinjaman dari luar negeri. Netizen juga mengekspresikan keprihatinan bahwa program ini berpotensi menjadi sasaran penyalahgunaan atau korupsi. Ini disebabkan oleh kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, yang telah meningkat belakangan ini.

Untuk merangkum, program MBG memang menjanjikan manfaat besar dalam perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Namun, tantangan yang muncul seputar persiapan dan kualitas makanan, biaya, dan potensi penyalahgunaan harus ditangani dengan hati-hati. Implementasi yang transparan, akuntabilitas tinggi, dan analisis biaya-manfaat yang cermat adalah elemen penting untuk memastikan efektivitas dan efisiensi program ini, serta dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, Program MBG dapat menjadi sebuah langkah maju yang signifikan dalam upaya Indonesia untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memerangi masalah gizi buruk dan stunting.

Referensi:

BBC News Indonesia. (26 Juni 2024). "Mengapa program makan bergizi gratis ala Prabowo-Gibran dikhawatirkan tidak tepat sasaran dan 'menggerogoti' anggaran?". Diakses melalui https://www.bbc.com/indonesia/articles/c72273z6xmdo

BBC News Indonesia. (26 Juni 2024). "Makan bergizi gratis perdana sasar 600 ribu orang, jauh dari target awal - Apakah program ini terlalu tergesa-gesa?". Diakses melalui https://www.bbc.com/indonesia/articles/cx2ywv21708o

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun