Mikroplastik, meskipun kecil dan tak terlihat, ternyata selalu ada di sekitar kita, bahkan ada di dalam tubuh kita. Coba kamu perhatikan barang-barang di sekelilingmu? Mungkin kursi yang kamu duduki saat ini, atau pakaian yang kamu kenakan, sebagian besar terbuat dari plastik. Bahkan, banyak barang yang kita gunakan sehari-hari berbahan plastik, baik itu botol minuman, kantong belanja, atau peralatan rumah tangga. Di tahun 1950, dunia hanya memproduksi sekitar 2 juta ton plastik. Tapi, pada 2019, produksi plastik melonjak hingga lebih dari 450 juta ton, 225 kali lebih banyak dibandingkan tahun 1950. Peningkatan yang luar biasa, ya?
Sayangnya, peningkatan produksi plastik juga berarti peningkatan sampah plastik. Di Indonesia saja, setiap tahunnya dihasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastik. Untuk memberikan gambaran, berat seekor gajah dewasa sekitar 4 ton, jadi 7,8 juta ton itu setara dengan hampir 2 juta gajah! Bayangkan, sebanyak itu sampah plastik yang dihasilkan setiap tahunnya, dan jika tidak dikelola dengan baik, sampah ini bisa mencemari lingkungan.
Apa Sih Mikroplastik Itu?
Mikroplastik adalah potongan plastik yang sangat kecil, dengan ukuran kurang dari 5 mm, yang berasal dari produk plastik terurai di lingkungan. Selain itu, ada juga nanoplastik, yang bahkan lebih kecil lagi, dengan ukuran kurang dari 0,1 μm. Meskipun kecil, mikroplastik tidak bisa dianggap remeh karena bisa bertahan di lingkungan selama ratusan hingga ribuan tahun. Mikroplastik ini dapat memberikan dampak berbahaya, baik bagi lingkungan maupun kesehatan manusia.
Dampak Mikroplastik Bagi Lingkungan
Mikroplastik dapat berdampak pada ekosistem air, terutama pada organisme akuatik atau hewan air. Karena ukurannya yang kecil, mikroplastik mudah diserap oleh ikan dan hewan lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah terdeteksi dalam jaringan organ ikan seperti European Bass, Goldfish, Fathead minnow, dan Japanese medaka. Selain ikan, mikroplastik juga ditemukan pada springtail, udang, dan tiram. Dampak mikroplastik terhadap kesehatan organisme akuatik bisa cukup serius, seperti menghambat pertumbuhan, merusak sistem reproduksi, dan mempengaruhi penetasan telur. Selain itu, mikroplastik juga dapat berfungsi sebagai pembawa logam berat dan polutan lainnya. Mereka bisa menyerap polutan ini dan memindahkannya ke lingkungan, sehingga organisme akuatik terpapar polutan berbahaya. Contohnya, mikroplastik jenis PE (Polietilena) telah terbukti berinteraksi dengan polutan lain seperti seng oksida, yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan mikroalga di laut. Ini tentunya bukan hal yang baik bagi ekosistem kita.
Lingkungan tanah juga bisa terpengaruh oleh mikroplastik, terutama karena sifatnya yang dapat menjadi pembawa logam berat. Mikroplastik dapat memfasilitasi perpindahan logam berat ke lapisan tanah yang lebih dalam, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Selain itu, akumulasi mikroplastik di tanah juga berdampak pada hewan. Mikroplastik sulit dicerna oleh hewan, dan mereka kesulitan mengeluarkannya, sehingga menyebabkan penumpukan mikroplastik dalam tubuh mereka. Akumulasi mikroplastik ini berbahaya bagi tubuh hewan, sebagai contoh, tikus yang tinggal di tanah yang terkontaminasi mikroplastik menunjukkan kerusakan pada usus dan penurunan laju metabolisme.Â
Dampak Mikroplastik Bagi Kesehatan Manusia
Mungkin kamu tidak menyadari bahwa mikroplastik sebenarnya sudah masuk ke dalam makanan dan minuman kita. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti madu, garam, dan air minum dalam kemasan, ternyata mengandung mikroplastik. Ada tiga jalur utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia, yaitu terhirup, tertelan, dan kontak dengan kulit. Mikroplastik yang terhirup di udara berasal dari debu perkotaan, tekstil sintetis dan ban karet kendaraan. Mikroplastik yang tertelan bisa berasal dari makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sementara itu, meskipun kulit kita berfungsi sebagai penghalang, ada kemungkinan mikroplastik bisa menembus kulit melalui luka kecil atau pori-pori.
Mikroplastik dapat mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh manusia, termasuk sistem pencernaan, pernapasan, endokrin, reproduksi, dan kekebalan tubuh. Ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan kita akan mengenalinya sebagai benda asing dan memicu peradangan. Proses peradangan ini bisa terjadi di berbagai organ, tergantung di mana mikroplastik bersarang. Bayangkan jika kita terus terpapar mikroplastik, tubuh kita akan mengalami peradangan kronis yang berlangsung terus-menerus. Tentu saja, ini sangat berbahaya, bukan?. Mikroplastik juga dapat bertindak sebagai pembawa bagi zat beracun lingkungan seperti BPA (bisphenol A), yang diserap ke dalam tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit pada sistem endokrin dan sistem reproduksi. Selain itu, mikroplastik juga membawa zat beracun lainnya, yaitu DEHP (Di-2-ethylhexyl phthalate), yang diketahui dapat memicu kanker. Kita dapat melihat bahwa kasus penyakit seperti autoimun dan kanker terus meningkat setiap tahunnya. Apakah mikroplastik berperan dalam peningkatan ini? Saat ini, kita belum memiliki jawabannya. Masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
Bagaimana Cara Mencegahnya?
Mengatasi masalah mikroplastik memang bukan perkara mudah. Karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik sulit dilihat dan bahkan lebih sulit untuk dihilangkan dari lingkungan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa. Langkah paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Mengapa? Karena semakin sedikit plastik yang kita gunakan, semakin sedikit juga sampah plastik yang berpotensi menjadi mikroplastik di masa depan. Mulailah dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, gunakan tas belanja yang bisa dipakai berkali-kali ketika berbelanja, hindari penggunaan sedotan plastik, dan bawa botol minum sendiri alih-alih membeli air minum dalam kemasan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!