Mohon tunggu...
Laila Nur Fitria
Laila Nur Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"Hidup adalah suatu cara dimana kita akan terus mengalami proses yang mungkin rumit, namun percayalah akan ada jalan dari setiap kesulitan yang kita lalui"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sifat Pemalu pada Anak, Benarkah Jika Dipengaruhi oleh Faktor Gen Sejak Usia Dini?

27 November 2022   20:36 Diperbarui: 27 November 2022   21:01 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shy people tend to keep their distance from the people around them. Very reluctant and avoids social interaction anywhere and anytime. He didn't even want to do nice things for her. He meant that he would prefer that which saved him from his embarrassment.

Bagi sebagian orang tertentu khusunya orang yang memiliki rasa pemalu, tampil di depan umum atau berbaur dengan keadaan disekitarnya tampak seperti halnya mimpi buruk bagi mereka. 

Mengapa demikian? karena jika kita amati secara intens orang yang memiliki rasa malu (shame) akan cenderung menyukai lingkungan yang sepi serta jauh dari keramaian. Hal tersebut dapat membuat mereka merasa nyaman dan tidak terancam jika harus beradaptasi dengan orang disekitarnya. 

Orang yang memiliki rasa malu akan lebih suka dan menghindari lingkungan yang cukup ramai dengan banyak orang, karena hal tersebut akan membuat orang pemalu dalam keadaan aman menurut individu tersebut.

Pada anak usia sekitar 6 bulan, dalam hal ini anak biasanya mulai tidak nyaman atau terasa asing ketika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Anak akan memunculkan banyak reaksi seperti menangis, bersembunyi, hingga menatap dengan penuh ketakutan. Hal tersebut sebenarnya memang wajar, namun sebagai orangtua juga harus memperhatikan serta memberikan anak stimulus agar ia lebih berani dan percaya diri. Nah, sebelum kita ulas secara lebih lanjut mengenai rasa pemalu anak, yuk kita kenali beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi pemalu.

Terdapat dua faktor utama penyebab anak menjadi pemalu, yakni faktor biologis dan faktor lingkungan. Jika faktor biologis sangat terlihat pada anak yang malu sejak ia dilahirkan, dan dapat secara jelas perbedaan antara anak yang pemalu dengan anak yang mudah bergaul dengan lingkungan.

Dikutip berdasarkan laman Psychology today terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa respon emosional yang terjadi terhadap lingkungan dapat terlihat pertama kali sejak anak berusia empat bulan. 

Dalam hal ini anak sudah menunjukkan respon emosionalnya dalam hal ini pemalu, anak tersebut cenderung akan sangat menghindari interaksi dengan teman, bahkan lingkungan sekitarnya karena si anak sudah memiliki rasa malu sejak ia berusia dini tersebut.

Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang juga mempengaruhi perkembangan emosi anak pemalu. Sudah disebutkan diatas bahwa anak sudah mulai menunjukkan rasa malu pada usia 4 tahun berdasarkan faktor bilogisnya. 

Nah, dalam hal ini jika dimisalkan terdapat orangtua yang sangat protektif dan pola pengasuhan otoriter. Dimana anak tidak diperbolehkan bermain serta berinteraksi dengan teman sebayanya serta lingkungan disekitarnya. Dari hal tersebut pengaruh kepribadian anak sudah terbentuk, jika anak yang pemalu akan semakin menjadi malu dengan kurangnya bersosialisasi dengan lingkungan.

Apakah Benar Sifat Pemalu Anak Dipengaruhi Oleh Genetika? 

Nah, kembali pada pembahasan awal yakni mengenai perasaan malu pada seorang anak, apakah dipengaruhi oleh gen (keturunan) sejak ia berusia dini. Anak yang memiliki sifat pemalu akan merasa sulit jika dihadapkan pada situasi yang baru. Hal tersebut akan sangat berdampak serta mengganggu dalam kehidupan sosialnya, dalam hal ini peran orangtua sangat dibutuhkan dalam membangun serta menumbuhkan rasa percaya diri serta keberaniannya.

Meskipun umum terjadi pada anak-anak, namun sebenarnya ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan seorang anak menjadi pemalu, seperti meniru sifat orang tua, tidak diajarkan bersosialisasi sejak dini, korban perundungan (bullying), dan selalu dituntut menjadi untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. 

Sebenarnya anak pemalu mungkin ingin bersosialisasi, namun mereka kerap merasa takut, ragu, dan tidak tahu bagaimana caranya. Dalam hal ini peran orangtua sangatlah penting untuk pembentukan karakter anak.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan anak akan menjadi pemalu (shame). Menurut Dirk Flower seorang psikolog anak, ia menyatakan bahwa terdapat 3 penyebab munculnya sifat pemalu dan yang pertama adalah faktor genetika.[1]

"Sifat pemalu bisa menurun dari orangtua dan akan membuat seorang anak cenderung lebih sensitif bila berada di tempat ramai. Logikanya seperti ini, ibu yang pemalu tidak akan nyaman berada di tempat ramai, hingga ia jarang mengajak anaknya ke tempat serupa. 

Sang Ibu pun tidak akan mengajak anaknya bermain di playground, karena ia tidak percaya diri jika harus bertemu dengan ibu dan anak lainnya. Kondisi inilah yang akhirnya membuat seorang anak jadi sangat peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya dan tumbuh sebagai pemalu," ungkap Dirk.

Penggambaran situasi tersebut tentu akan sangat berdampak pada pertumbuhan serta perkembangan dari  anak. Anak akan merasa canggung jika dihadapkan dengan situasi dimana sekelilingnya banyak orang, karena rasa percaya diri pada dirinya seakan-akan diuji dari hal yang kecil, sehingga dapat memicu rasa malu pada dirinya. 

Meskipun dipengaruhi oleh faktor keturunan, sifat pemalu dapat diatasi dengan berbagai cara sejak usia dini. Dirk juga mengungkapkan jika diatasi sejak dini, maka seorang anak pemalu akan berubah menjadi lebih percaya diri dalam menjalani kehidupannya.

Apa Perbedaan dari Shame dengan Embarassment?

Menurut Tangney (1999) shame merupakan emosi menyakitkan yang biasanya disertai perasaan menjadi 'kecil', tidak berharga, serta ketidakberdayaan. Shame ini menyakitkan serta berdampak negatif  pada perilaku interpersonal. 

Malu juga merupakan salah satu emosi yang disertai rasa sakit yang luar biasa dan sangat negatif. Jika seseorang yang mengalami malu, maka ia memiliki keinginan untuk bersembunyi, menghilang atau mati. 

Hal tersebut merupakan diri yang rusak disertai dengan peningkatan hormon kortisol. Shame (malu) tersebut dapat mengakibatkan seseorang merasa terganggu ketika beraktivitas, bingung dalam berpikir, dan tidak mampu berbicara. Respon/ pola tindakan malu ini dapat dilihat dengan ciri tubuh gemetar dan menciut, bahu menurun, serta perasaan ingin menghilang dari keadaan sekitarnya.

Kemudian perbedaan antara shame dengan embarassment yaitu jika shama lebih ke perasaan malu karena melakukan sesuatu yang tidak benar atau menyesal telah melakukan sesuatu. 

Sedangkan jika embarassment merupakan perasaan malu  yang lebih ketidaknyamanan atau canggung pada seseorang. Misalnya, jika kita salah untuk masuk kelas dan kita sampai dilihat oleh orang banyak itu disebu dengan shame. Jika embarassment dapat dimisalkan dengan malu ketika kita melakukan presentasi di depan kelas.

Lalu, apakah Orang Pemalu Sama Halnya dengan Orang Introvert?

Orang yang memiliki rasa atau cenderung sangat pemalu akan sangat menjaga jarak dengan orang yang ada disekitarnya. Mereka akan sangat enggan dan lebih memilih untuk menghindari interaksi sosial yang terjadi dimanapun serta kapanpun. Bahkan dengan keadaan tersebut orang pemalu akan lebih kurang dalam mengeksplor kemampuan yang ada pada dirinya, sehingga hal yang berdampak baik untuk dirinya sendiri menjadi terbuang sia-sia.

Ternyata orang pemalu berbeda dengan orang yang introvert. Orang yang introvert adalah seseorang yang butuh ruang sendiri untuk mengisi energinya. Sedangkan orang pemalu adalah orang yang benar-benar segan melakukan sesuatu. 

Biasanya disertai dengan rasa takut atau rasa percaya diri yang rendah. orang dengan sikap pemalu yang ekstrem biasanya punya rasa takut dihakimi atau dipojokkan oleh orang lain. Jantung akan berdebar cepat, muncul keringat dingin, atau wajah memerah saat ada seseorang yang mendekatinya. Sikap pemalu yang ekstrem biasanya akan disertai dengan gejala-gejala fisik.[2]

Sebagai orangtua, kita harus memberikan serta menumbuhkan sikap keberanian pada anak agar ia tidak memiliki sifat pemalu yang dapat membuat ia gagal di masa yang akan datang. 

Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti dorong anak untuk bercerita apa yang membuat ia merasa malu, jangan gampang menyebut anak dengan sebutan pemalu, hindari memarahi anak, ajarkan anak untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, bangun serta beri contoh kepada anak untuk menumbuhkan sikap percaya diri, dan berikan apresiasi/ dalam bentuk pujian. Mungkin itu sedikit pembahasan diatas, semoga dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Dan saya mohon maaf apabila ada salah kata dalam penulisan ini. See you next article.........

 

DAFTAR REFERENSI

[1]      A. Dkk, "Sifat Pemalu Dipengaruhi Oleh Keturunan." https://motherandbeyond.id/read/747/sifat-pemalu-dipengaruhi-oleh-keturunan.

[2]      E. Wijayanti, "Sifat Pemalu Seseorang Benarkah karena Faktor Keturunan?" https://www.fimela.com/lifestyle/read/4273516/sifat-pemalu-seseorang-benarkah-karena-faktor-keturunan.

[3]      Hayani, Nurhayani, 'Peran Rasa Malu Dan Rasa Bersalah Terhadap Pengajaran Moral Anak', Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 7.1 (2019), 63-77

[4]     Khoerunnisa, Siti. 'Pemalu Pada Anak Usia Dini', Research in Early Childhood Education and Parenting, 01.02 (2021), 87-92

[5]     Palmer, Alyssa R., 2019. Shreya Lakhan-Pal, and Dante Cichetti, Emotional Development and Depression, Handbook of Emotional Development, 17332-6_26

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun