Mohon tunggu...
Laila Nur Fitria
Laila Nur Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"Hidup adalah suatu cara dimana kita akan terus mengalami proses yang mungkin rumit, namun percayalah akan ada jalan dari setiap kesulitan yang kita lalui"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sifat Pemalu pada Anak, Benarkah Jika Dipengaruhi oleh Faktor Gen Sejak Usia Dini?

27 November 2022   20:36 Diperbarui: 27 November 2022   21:01 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, kembali pada pembahasan awal yakni mengenai perasaan malu pada seorang anak, apakah dipengaruhi oleh gen (keturunan) sejak ia berusia dini. Anak yang memiliki sifat pemalu akan merasa sulit jika dihadapkan pada situasi yang baru. Hal tersebut akan sangat berdampak serta mengganggu dalam kehidupan sosialnya, dalam hal ini peran orangtua sangat dibutuhkan dalam membangun serta menumbuhkan rasa percaya diri serta keberaniannya.

Meskipun umum terjadi pada anak-anak, namun sebenarnya ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan seorang anak menjadi pemalu, seperti meniru sifat orang tua, tidak diajarkan bersosialisasi sejak dini, korban perundungan (bullying), dan selalu dituntut menjadi untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. 

Sebenarnya anak pemalu mungkin ingin bersosialisasi, namun mereka kerap merasa takut, ragu, dan tidak tahu bagaimana caranya. Dalam hal ini peran orangtua sangatlah penting untuk pembentukan karakter anak.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan anak akan menjadi pemalu (shame). Menurut Dirk Flower seorang psikolog anak, ia menyatakan bahwa terdapat 3 penyebab munculnya sifat pemalu dan yang pertama adalah faktor genetika.[1]

"Sifat pemalu bisa menurun dari orangtua dan akan membuat seorang anak cenderung lebih sensitif bila berada di tempat ramai. Logikanya seperti ini, ibu yang pemalu tidak akan nyaman berada di tempat ramai, hingga ia jarang mengajak anaknya ke tempat serupa. 

Sang Ibu pun tidak akan mengajak anaknya bermain di playground, karena ia tidak percaya diri jika harus bertemu dengan ibu dan anak lainnya. Kondisi inilah yang akhirnya membuat seorang anak jadi sangat peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya dan tumbuh sebagai pemalu," ungkap Dirk.

Penggambaran situasi tersebut tentu akan sangat berdampak pada pertumbuhan serta perkembangan dari  anak. Anak akan merasa canggung jika dihadapkan dengan situasi dimana sekelilingnya banyak orang, karena rasa percaya diri pada dirinya seakan-akan diuji dari hal yang kecil, sehingga dapat memicu rasa malu pada dirinya. 

Meskipun dipengaruhi oleh faktor keturunan, sifat pemalu dapat diatasi dengan berbagai cara sejak usia dini. Dirk juga mengungkapkan jika diatasi sejak dini, maka seorang anak pemalu akan berubah menjadi lebih percaya diri dalam menjalani kehidupannya.

Apa Perbedaan dari Shame dengan Embarassment?

Menurut Tangney (1999) shame merupakan emosi menyakitkan yang biasanya disertai perasaan menjadi 'kecil', tidak berharga, serta ketidakberdayaan. Shame ini menyakitkan serta berdampak negatif  pada perilaku interpersonal. 

Malu juga merupakan salah satu emosi yang disertai rasa sakit yang luar biasa dan sangat negatif. Jika seseorang yang mengalami malu, maka ia memiliki keinginan untuk bersembunyi, menghilang atau mati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun