Pelajar adalah generasi emas yang akan melanjutkan tongkat estafet kehidupan yang ada. Setiap manusia pasti pernah melewati masa-masa belajar yang dimana masa belajarlah yang memberikannya bekal untuk di masa mendatang dalam menghadapi manis dan pahitnya kehidupan. Mendengar kata 'pelajar' tentu sudah tidak asing lagi di benak kita. Pelajar identik dengan orang yang sedang mengenyam pendidikan dan orang yang terpelajar adalah bukti positif yang diharapkan dari usaha para pelajar dalam menjalani masa pendidikan dimanapun berada. Pelajar yang  baik adalah pelajar yang selalu mengedepankan ajaran dharma agama di setiap sendi kehidupannya yang akan dijadikan tolok ukur dalam pengambilan tiap keputusan yang sedang dihadapi. Namun, di era globalisasi dimana teknologi berkembang dengan sangat pesat ini dapat memberikan beberapa dampak yang cukup signifikan terhadap para pelajar. Tak dapat dipungkiri dampak tersebut tentu ada negatifnya apabila tidak disaring oleh para pelajar yang rata-rata adalah generasi muda. Apabila terlena dengan globalisasi, tentu saja akan berdampak buruk kepada diri sendiri bahkan kepada orang lain juga. Kemampuan pelajar menjadi orang yang terpelajar diuji dalam menghadapi era globalisasi untuk memikirkan jalan agar tetap teguh pendirian dan berada di jalan yang benar sesuai dengan ajaran dharma agama yang ada.
Dalam agama Hindu telah diberikan pedoman-pedoman tentang jalan untuk mendekatkan diri kepada Brahman guna menghindari pengaruh-pengaruh negatif menguasai diri kita. Terdapat empat bagian atau empat jalan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan yang disebut dengan Catur Marga. Dengan catur marga, dapat menghantarkan umat Hindu untuk memperhatikan jalan apa yang bisa ditempuh untuk dekat dengan Brahman. Tentu saja ajaran ini wajib dilakukan sesuai kemampuan umatnya. Pada dasarnya, Tuhan tidak memaksakan umatnya harus sempurna dalam memujanya, hanya dengan ketulusan hati dalam memuja sejatinya jalan apapun yang ditempuh niscaya akan selalu terpusat dengan Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa. Bagian-bagian catur marga sebagai berikut.
Bhakti MargaÂ
Istilah bhakti berasal dari akar kata "bhaj" yang artinya hormat, sujud. Bhakti merupakan perwujudan rasa hormat manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) beserta segala manifestasiNya. Bhakti adalah salah satu ajaran yang sangat ditekankan oleh agama Hindu sebagai aktivitas mendekatkan diri pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Secara umum, ber-bhakti dapat dilakukan oleh umat manusia dengan cara menyembah Tuhan yang tak berwujud atau Tuhan yang dimanifestasikan.
Karma MargaÂ
Karma Marga adalah cara atau jalan untuk mendekatkan diri pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan melakukan perbuatan mulia dan bermanfaat tanpa pamrih (Sudharta dan Atmadja, 2001:24). Jalan karma dilakukan demi peningkatan kualitas diri, dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi kebaikan orang banyak. Bagi diri sendiri, Karma Marga dilakukan dengan mendisiplinkan diri, senantiasa menjaga dan mengendalikan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Bagi orang banyak dilaksanaan dengan saling membantu dan menolong, serta senantiasa mendahulukan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi.
Jnana MargaÂ
Jnana dalam bahasa Sansekerta berarti pengetahuan (Tim Penyusun, 2006:50). Jnana Marga merupakan jalan mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui mempelajari pengetahuan ataupun mengabdikan diri pada pengetahuan. Pengetahuan yang dipelajari dan diamalkan bersumber dari kitab suci Veda, baik pengetahuan dalam kategori para widya (bersifat kerohanian) maupun apara widya (bersifat keduniawian).
Raja MargaÂ
Raja Marga merupakan cara atau jalan mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui berpantang diri, mengendalikan indriya-indriya, dan melaksanakan tapa, brata, yoga, dan samadhi. Dalam hal ini, umat Hindu dituntut untuk mampu melepaskan diri dari segala macam ikatan dan hawa nafsu yang membelenggu dirinya untuk mendapatkan pencerahan dan ketenangan batin.
Keempat jalan tersebut sejatinya adalah hal yang mutlak untuk dilaksanakan sesuai kemampuan yang dimiliki. Menghadapi era globalisasi bagi pelajar yang sekaligus generasi muda bangsa, hendaknya mempertajam pengetahuan-pengetahuan suci yang dimiliki agar pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri melainkan bagi orang lain juga. Dalam kitab Sarasamuscaya I.4 disebutkan bahwa