Juls (bukan nama sebenarnya), hari ini tiba-tiba saja perutnya mulas, mesti beberapakali ke toilet. Sekolah ditelepon, hari ini Juls tidak masuk karena sakit.
Ini bukan kejadian yang pertama. Dua hari yang lalu tanpa sebab Juls terserang demam, menggigil sampai orang tuanya harus bawa ke dokter. Dan minggu lalu mengeluh sakit gigi, bulan lalu sakit kepala.Â
Kalau dikumpulkan sakit hampir setahun, maka catatan sering mangkir tidak masuk sekolahnya Juls cukup beralasan mencurigakan. Oleh karena pada mata pelajaran tertentu Juls tiba-tiba saja terserang penyakit aneh.Â
Setiap pertemuan antar orang tua dan mentor (guru) kelasnya, selalu terjadi diskusi panas. Mentor menganggap alasan sakit Juls mengada-ada. Orang tua mempertahankan dengan gigih situasi anaknya. Dan alhasil Juls dapat nilai berprestasi sangat kurang di sekolahnya. Logis, acap mangkir.
Banyak orang tua sampai hari ini mengikuti saja keinginan anaknya ini dengan pemikiran, ‘’ah mangkir satu hari kan gak kenapa.’’
Kita justru harus mencari tahu mengapa anak kita acap sakit tidak mau masuk sekolah. Mendidik anak kita, juga mendidik kejujuran dan kebenaran. Kebenaran bukan hanya untuk anak kita saja, tetapi juga kebenaran untuk semua pihak, dalam hal ini pihak sekolah terkait guru atau pendidik.Â
Tidak selamanya anak murid salah, dan tidak selamanya pendidik benar.Â
Di Eropa intimidasi oknum para pendidik dari tahun ke tahun meningkat memprihatinkan. Bahkan intimidasi juga berlangsung antar kolega para pendidik dalam arena akademisi.
Intimidasi pendidik karena depresi atau faktor sosial arah kehidupan pribadi
Tindakan intimidasi yang dilakukan oleh oknum pendidik, baik yang ada di negara maju atau sedang berkembang, apalagi negara miskin, hampir semuanya memiliki pola yang sama. Yaitu, secara sadar atau tidak mereka lakukan untuk menekan anak didik guna kepentingan dirinya sendiri. Â Baik secara fisik, mental, cyber atau finansial. Â
Memprihatinkan dunia pendidikan kalau hal ini lolos dari perhatian lembaga terkait. Oleh karena secara langsung dan tidak akan mempengaruhi citra pendidikan di masa depan dan kualitas cara anak didik membentuk karakter menemui jati diri dalam memahami proses belajar.