[caption id="attachment_396869" align="aligncenter" width="400" caption="Timbangan/foto www.Bol.com.nl"][/caption]
Kebetulan dan beruntung sekali teman Facebook saya kompasianer Widianto Didiet berbagi dalam statusnya tentang sebuah artikel yang berasal dari blog wordpress seseorang yang mengulas soal ' 1 ons bukan 100 gram-Pendidikan yang menjadi boomerang.'
Saya tidak akan mengulas kisah yang ada dalam blog wordpress. Tetapi lebih akan fokus kepada apakah benar '1 ons bukan 100 gram.' Hal ini penting agar kita mendapat pengarahan meskipun tidak secara detail tetapi bermanfaat untuk meng-antisipasi kepanikan. Dampak skalanya pasti akan besar terkait sektor perekonomian. Kita akan berurusan dengan ' bagaimana dengan cara hitung untuk jenis timbangan benda padat seperti gram, kilogram dan ton?'
Masih mending kalau yang panik itu ibu rumah tangga yang senang buat kue, nah kalau yang panik itu pabrik yang sehari harus memproduksi kue-kue kering dalam jumlah ratusan atau ribuan kilogram atau ton-an. Wah pasti kisahnya jadi panjang jatuh pada media massa dan audio visual. Belum lagi terkait birokrasi. Coba saja kalau kita ekspor produk keluar negeri dan kita memakai sistem timbangan yang disinyalir  salah besar. Bisa kita tebak kisah ramainya itu seperti apa. Karena kita sebagai negara pengekspor pasti dapat gugatan karena melakukan perhitungan yang keliru dan merugikan mereka, atau sebaliknya. Harap saja tidak terjadi.
Ukuran kuno yang unik tetapi merugikan
Mungkin kita masih ingat bagaimana orang jaman baheula menggunakan sistim ukur yang unik dan kuno untuk mengukur 100 cm. Yaitu dengan merentangkan sebelah tangan (kiri atau kanan) kemudian mengukur dari titik tengah leher bagian depan sampai ujung jaring tengah sebagai ukuran rentang yang paling panjang. Dan ini diadopsipada ukuran kuno yang unik sebagai 100 cm atau 1 meter. Siapa bilang kalau itu benar 100 cm atau 1 meter. Kalau tangan ternyata ukurannya pendek, gimana?
Atau kita masih ingat bagaimana orang dijaman baheula mengukur luas hectare are tanahnya pada transaksi jual beli tanah yaitu dengan menggunakan ukuran langkah kaki untuk mendapatkan berapa meter persegi dan berapa are. Atau masihkah kita mengingat bagaimana cara kuno mengukur timbangan untuk berat, yaitu menggunakan genggam tangan saja, Misalnya 1 genggam dihitung sebagai 100 gram dan seterusnya.
Tepatkah cara menghitung kuno ini? Dahulu memang kehidupan masih sederhana dan belum modern. Dan manusia memiliki sarana sederhana sebagai alat komunikasi.
Satu hal yang akhirnya dianggap tidak tepat dari cara mengukur kuno yang unik ini adalah, manusia itu sadar bahwa tiap-tiap orang itu memiliki bentuk atau struktur tubuh yang berbeda. Seperti ukuran kaki dan tangan itu pasti ada yang panjang dan yang pendek. Jadi, sangat menguntungkan bila orang yang struktur tubuhnya pendek belum lagi mencapai 150 cm ( 1 meter 50 cm) melakukan transaksi jual beli, baik menjual bahan pakaian atau mengukur luas persil tanah. Dan mereka yang struktur tubuh tinggi dan organ tangan atau kaki lebih panjang akan merugi.
Sekilas sejarahnya
Sistim perhitungan untuk timbangan berat seperti miligram, gram, kilogram dan ton memang ada peraturannya. Dan yang harus kita tidak lupakan adalah bahwa setiap elemen itu memiliki peraturan hitung yang berbeda. Ya, anda tidak salah baca; bahwa setiap elemen itu memiliki satuan perhitungan berat yang berbeda. Ukuran berat untuk elemen seperti beras, gula pasir itu tidak akan sama dengan hitungan ukuran yang dilakukan oleh seorang Apoteker untuk menimbang berat obat-obatan atau penjual emas atau logam mulia.